3

1525 Words
"Lea?" Orlando menoleh saat sebuah suara masuk ke gendang telinganya. Kencana, sang mama yang bertanya sembari duduk di samping anak lelakinya. "Iya, bilang kangen padahal baru Olan anter pulang tadi," ujar Orlando sambil terkekeh kecil. Kencana ikut tersenyum lalu melihat semua bantal sofa tergeletak di karpet. "Kenapa di turunin semua bantalnya?" tanyanya heran. Orlando nyengir, "Karena tadi Olan udah tidur, Ma. Masa mau tidur lagi," janyengir Kencana menggelengkan kepalanya. Anaknya itu memang aneh, meskipun Dokter bilang tidak ada masalah tapi kebiasaan tidurnya yang unik itu membuat Orlando sejak kecil menjadi bahan ejekan kakak-kakak perempuannya. "Mama udah masak?" tanya Orlando saat melihat Mamanya sudah bersantai duduk di sampingnya. Kencana menoleh sambil mengganti chanel tv di depannya. "Udah, Mama cuma masak ayam goreng," jawabnya. Orlando mengangguk lalu mulai sibuk dengan ponselnya. Ada beberapa pesan yang dikirim oleh karyawannya karena hari ini Orlando memang tidak berangkat ke kantor. Orlando memiliki usaha kecil yang menyediakan segala macam perlengkapan dan peralatan yang biasa digunakan saat pesta. Maka perusahaan kecilnya itu banyak bekerjasama dengan weeding organizer dan Event organizer yang beberapa dikelola kenalannya atau hasil dari pencarian Orlando semasa merintis. Bisnisnya bisa dibilang sukses karena sekarang dia sudah bekerjasama dengan puluhan WO dan EO. "Ganteng kayak papamu, mapan juga, tapi masih betah jomblo," Orlando menoleh. Ternyata mamanya sempat menoleh ke arah ponsel Orlando yang menampakan laporan pemasukan bulanan dari salah satu karyawanya. Orlando mendesah pelan sambil menyenderkan tubuhnya. "Belum ketemu jodohnya, Ma," balasnya diplomatis. Terdengar Kencana berdecih pelan. Orlando meringis, menyadari bahwa Mamanya itu jelas tidak setuju dengan jawabannya. "Jodoh tuh engga cuma ditunggu, tapi dicari pake usaha. Wong kamu sibuk di kantor sama di samping Anika mulu, gimana mau ketemu jodoh. Apalagi kalau jalan keluar selalu bawa Azalea, ya orang nyangkanya Azalea anak kamu," gerutu Kencana. "Azalea memang anak Olan, Ma." Jawaban santai dari Orlando itu membuat Kencana reflek memukul kepala anaknya. "Mama! Olan laporin ke komnas perlindungan anak, nih!" ancam Orlando. Kencana justru mencibir ucapan anaknya itu, "Kamu udah bangkotan. Bukan anak-anak lagi! Lagian sembarangan ngomong Azalea anak kamu, kalau Faris denger bisa-bisa dia nyangka kamu main serong sama Anika," geram Kencana, dia tidak mengerti apa yang ada di otak anaknya itu. Orlando cemberut sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit. Kencana memukulnya cukup keras tadi. "Yaudah sabar aja, Ma. Nanti juga kalau udah waktunya pasti Olan nikah kok. Nanti Olan janji deh bakal bikin cucu yang banyak buat Mama," ucap Orlando santai. Ia buru-buru menghindar saat terlihat mamanya sudah mengambil ancang-ancang untuk memukulnya lagi. "Enak banget ngomong bikin cucu bikin cucu, PD banget kamu kalau kamu itu subur," cibir Kencana. Orlando memelototkan matanya sambil mengelus d**a dramatis, "Astagfirullah Nyonya Kalan ini kalau ngomong kok engga pake Bismillah. Doain yang baik-baik dong, Ma," protes Orlando. "Kalau Mama ngomong tadi pake Bismillah, nanti bakal dikabulin kamu engga subur," ucap Kencana santai. "Udah sana panggil Papa sama Orin, kita makan malam," titahnya lalu berjalan meninggalkan Orlando yang hanya bisa menggelengkan kepala. "Enak banget hidupnya Nyonya Kalan itu, abis ngatain anaknya engga pake minta maaf langsung ngacir gitu aja, Ck," gumam Orlando tapi kemudian ia bergegas melaksanakan perintah ibunya. ** "Lea, merem dong! Mama udah tamat ngedongeng dari tadi loh," keluh Anika. Ia lelah karena sepulang dari menyaksikan pentas Azalea, dia menyempatkan diri datang ke toko kuenya karena ada satu pegawai baru yang masih butuh dimonitori olehnya. Dan sepulang dari toko dia harus menyuapi Azalea dan menemaninya tidur. Tapi anak cantik yang biasanya selalu tertidur di menit-menit kelima dongeng Anika, kini bahkan masih terlihat segar bugar dan tidak mmengatuk sama sekali. Azalea justru menatap Anika dengan ragu-ragu, seakan ada yang hendak dikatakan anak itu pada ibunya. "Ada apa?" Anika akhirnya memilih bertanya. Ia memperhatikan reaksi anaknya yang tampak semakin ragu. "Ma, kalau Om Olan jadi papa Lea, berarti Papa Faris udah bukan papa Lea lagi?" tanya Azalea polos. Anika membeku mendengar pertanyaan anaknya. Dia bingung darimana anaknya bisa bertanya seperti itu. "Kenapa..kenapa Lea nanya begitu?" Anika berusaha menyingkirkan kegugupannya. Ia sama sekali tidak menduga jika Azalea berpikir bahwa Orlando bisa menjadi papanya. "Karena tadi sehabis pentas, mamanya Cla bilang papa Lea cakep tapi nunjuknya ke Om Olan. Padahal papa Lea kan Papa Faris," jawab Lea dengan mata yang mengerjap lucu. Anika tersenyum tipis, lalu tangannya mengelus kepala Azalea sayang. "Papa Lea memang cuma Papa Faris. Mamanya Cla bilang gitu karena engga tahu kalau Om Olan itu bukan Papanya Lea," jelas Anika. Dia berkata selembut mungkin agar anaknya dapat memahami apa yang ia katakan. Azalea terdiam, matanya tampak menerawang menatap lanngit-langit kamarnya. "Berarti Om Olan engga akan jadi papanya Lea ya, Ma?" tanyanya lirih, ada nada sedih dari suaranya. Anika tidak tahu apa alasan anaknya tiba-tiba berharap Orlando menjadi ayahnya. Padahal selama sekian tahun tidak pernah ada pembahasan seperti ini. Maka yang bisa ia lakukan hanya mengalihkan perhatian Azalea dan menyuruh anaknya itu mulai memejamkan mata. Sekitar sepuluh menit kemudian terdengar nafas Azalea mulai teratur. Dengan perlahan Anika bergerak menuruni ranjang anaknya dan keluar. Tapi ia tidak langsung menuju ke kamarnya walaupun tubuhnya sudah berteriak minta diistirahatkan. Anika justru berjalan ke arah dapur dan mengambil sereal dan s**u dari kulkas lalu menyeduhnya di mangkok kecil. Sedari dulu setiap kali dia gugup pasti dia akan merasa lapar. Tadi dia merasa gugup menghadapi pertanyaan yang anaknya ajukan. Tentang Orlando yang menjadi ayah baru bagi Azalea, sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Anika. Demi Tuhan, mereka berteman lebih dari sepuluh tahun dan selama itu tidak pernah sekalipun ada perasaan romantis yang melintas di hati Anika untuk Orlando. Baginya Orlando adalah sosok kakak yang tidak pernah dimiliki olehnya karena terlahir sebagai anak tunggal. Jadi tentu saja Anika tidak pernah berpikir untuk jatuh cinta pada kakaknya sendiri kan. Anika terkekeh kecil. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana bahannya dan mendial nomor orang yang tadi dimention oleh Azalea. "Belum tidur?" tanya Anika begitu sambungan terhubung. "Belum," jawab Orlando. Anika berdecak, kesal kalau Orlando hanya menanggapi singkat pertanyaannya. "Tadi Lea tiba-tiba nanya, lo bisa jadi papanya apa engga," beritahu Anika. Mengabaikan kekesalannya tadi. Terjadi jeda di antara mereka. Orlando tampak tidak merespon apapun. "Gue engga tahu kenapa Lea tiba-tiba ngomong gitu, sedangkan selama ini engga pernah dia nanya aneh-aneh kayak tadi," Anika kembali menyambung ucapannya karena dia yakin Orlando di seberang saja mendengarkan. "Yaudah biarin aja. Mungkin dia cuma lagi kangen papanya," jawab Orlando pada akhirnya. Anika mengangguk walaupun dia sadar Orlando tidak akan melihatnya. Lalu setelah sereal di mangkuknya tandas, ia mematikan sambungan telepon tanpa bicara apapun lagi. ** Orlando sedang merekap gaji bulanan yang akan ia transfer besok untuk para karyawannya saat tiba-tiba panggilan dari Anika masuk. Sudah biasa jika Anika menghubunginya di waktu-waktu yang tidak normal. Perempuan itu kerap menelpon Orlando di jam kerja tanpa tahu bahwa Orlando mungkin saja sedang dalam meeting penting. Orlando sebisa mungkin mengangkat setiap panggilan Anika tapi jika ia terpaksa mereject panggilannya, maka ia harus siap menyaksikan drama yang akan dilakoni sahabatnya itu. Tapi Orlando tidak pernah menduga jika yang menjadi alasan Anika meneleponnya adalah tentang ocehan Azalea yang menanyakan akankah Orlando menjadi ayahnya. Benar kata Anika, sebelumnya Azalea sama sekali tidak pernah melempar pertanyaan semacam itu karena yang gadis kecil itu tahu bahwa Orlando adalah Omnya. Dan papanya adalah Faris yang merupakan mantan suami Anika. Mendengar Anika memberitahunya tentang hal itu, mau tidak mau membuat Orlando mati gaya. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa karena selama ia berteman dengan Anika tidak pernah ia membayangkan akan hidup bersama wanita itu dalam ikatan yang sakral. Terlalu banyak keburukannya yang diketahui oleh Anika, begitupun sebaliknya. Maka akan aneh jika hubungan mereka yang selama sepuluh tahun hanya sebatas sahabat tiba-tiba berubah menjadi suami istri. Orlando bergidik saat pikiran konyol itu melintas di kepalanya. Sepertinya ia memang harus segera mencari pendamping hidup agar otaknya bisa sedikot normal. Tapi wanita mana yang bisa menerimanya dengan kebiasan aneh yang bahkan keluarganya saja kerap kali menjadikannya objek bullyan. Orlando menutup laptopnya dan bersandar di sisi ranjang. Tangannya menyugar rambut panjangnya dan tersenyum kecil. Dulu ia sempat hampir menyukai Anika saat gadis itu bereaksi biasa saja setelah mengetahui kebiasaan anehnya. Tapi perasaan itu belum sempat berkembang karena saat itu Anika tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya baru saja menerima pernyataan cinta dari kakak kelas yang juga kakak kandung dari temannya. Orlando biasa saja. Tidak ada adegam dramatis dimana dia merasa patah hati lalu pura-pura tersenyum dan baik-baik saja saat mendengar kabar itu. Karena kenyataannya dia memang baik-baik saja. Bahkan Orlando bisa tertawa dengan keras saat tidak sampai satu bulan hubungan Anika dan si kakak kelas putus. Alasannya? Karena Anika yang saat itu masih polos menolak saat pacarnya itu hendak menciumnya. Bahkan setelah kejadian itu Anika malah mendatangi Orlando dengan menangis dan meminta Orlando untuk menghajar pria yang sudah memaksa untuk menciumnya. Tentu saja Orlando hanya menertawakan tapa menuruti permintaan Anika. Mengingat kembali bahwa dulu dia hampir jatuh hati pada sahabatnya sendiri yang sekarang sudah menjadi ibu dari satu orang anak, membuat Orlando menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. Apa jadinya jika ia dan Anika benar-benar sampai menjalin hubungan dan menikah? Tentu saja wajah Azalea akan lebih cantik dari sekarang karena menurut Orlando dirinya jauh lebih tampan dari mantan suami sahabatnya itu. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD