Beruntung aku menarik cepat tanganku dan Mas Satria juga langsung melepasnya. Pak Agus menyipitkan matanya, melihat ke arahku dan Mas Satria. Duh … jangan-jangan dia sudah melihatnya. "Kalian berdua kenapa? Kayak lihat penampakan saja." Melihatku dan Mas Satria yang tampak tegang Pak Agus terlihat bingung. "Tidak, Pak. Hehehe." Aku hanya nyengir mendengar pertanyaan kepala cabangku itu. "Hmm … ya sudah langsung ke ruanganku," pinta Pak Agus kemudian. "Baik, Pak." Aku mengangguk dan segera beranjak. "Rania aja, ngapain kamu ikut?" tegur Pak Agus, saat melihat Mas Satria juga ikut ke luar dari ruangannya. "Saya mau ke toilet, Pak." Mas Satria menjawab sambil menunjuk lorong yang menuju ke toilet. Aku yang sedari tadi tegang jadi menahan tawa melihat keduanya. Wajah Mas Satria terl

