Insiden Tak Sengaja

1460 Words
Thea memutuskan untuk masuk toilet yang berada di lantai paling bawah. Ia mencuci mukanya yang sudah penuh dengan air mata. Sementara itu, di kamar pribadi seorang CEO yang masih dalam keadaan terkunci dari dalam, laki-laki yang berperawakan kekar bernama Reno Adijaya meremas kepalanya kuat setelah pergulatan ranjang yang ia lakukan dengan wanita dewasa yang bukan istrinya. “Kamu bodoh Reno! Bodoh!” omelnya menyalahkan diri sendiri. “Kamu tidak bodoh, Sayang,” seru wanita dewasa yang merupakan mantan kekasih dari Reno sembari merebahkan kepalanya di punggung laki-laki yang masih terlihat tampan itu. “Jangan sentuh aku, Rissa!” hardik Reno sembari menjauhkan punggungnya dari sentuhan mantan kekasihnya itu. Amarah dalam dadanya semakin membara. “Kenapa kamu harus marah? Bukankah kamu begitu menikmati aksi panas kita tadi?” Dengan santainya wanita yang baru saja bercinta dengan Reno membalas ucapan pria itu. “Cih! Itu karena dengan bodohnya aku meminum minuman yang sudah kamu beri obat perangsang bukan?!” Reno mengingatkan. Terdengar gelak tawa dari wanita dewasa bernama Carissa Magdalena itu. Mantan kekasih yang Reno tinggalkan sebab ia menikahi Hanny, istrinya, karena sebuah ‘Insiden yang tidak disengaja’. “Kamu masih sangat mencintaiku Reno, ayolah kita bersatu kembali. Kamu ceraikan istrimu dan aku akan meminta cerai dari suamiku.” “Kau gila?! Aku mencintai istriku dan sudah hilang rasa terhadapmu,” umpat Reno sembari menggeram, menahan amarah. Urat-urat di wajahnya terlihat jelas. Tubuh Carissa menegang mendengar ucapan menyakitkan dari laki-laki yang masih sangat dicintainya itu. Namun, seketika ia mengembalikan ekspresinya. Ia menyunggingkan senyum. Carissa turun dari ranjang dan menempatkan dirinya di pangkuan Reno. “Kamu?! Turun!” Reno kembali hendak menyentak badan sang mantan kekasih, namun kali ini Carissa lebih dulu mengalungkan erat kedua tangannya pada leher Reno. “Husst! Dengarkan aku dulu. Kali ini Mas Reno nggak akan bisa lepas dariku.” “Omong kosong!” sentak Reno tajam. “Ingat, kita sudah tidur bersama dua kali. Dan aku yakin Mas Reno ingat bagaimana kita melakukannya tanpa pengaman, jadi___” “Jangan berharap! Keinginanmu tak akan terjadi!” potong Reno yang berusaha mengelak kemungkinan buruk yang akan menimpa kehidupan rumah tangganya akibat perbuatan nistanya dengan mantan kekasih yang merupakan cinta pertamanya itu. Carissa memajukan wajahnya, hendak membungkam bibir Reno dengan bibirnya. Sayangnya, gerakan dari Carissa mudah sekali terbaca, alhasil, Carissa hanya bisa mencium pipi kanan Reno saat pria yang dicintainya itu memalingkan wajahnya. “Ingat satu hal Carissa. Seperti apapun kamu menjebakku, hatiku, cintaku hanya kupersembahkan untuk istriku dan anakku. Jangan berharap secuilpun bahwa aku akan berpaling kepadamu!” Carissa seketika beranjak dari posisi intimnya dengan Reno. Ia berjalan menghampiri pakaiannya yang berceceran di atas lantai dan memakainya dengan santai. Sedangkan Reno, ia sudah memakai celana kainnya dari tadi, hanya saja dadanya masih dibiarkannya telanjang. Reno segera mengalihkan pandangannya dari Carissa yang sebenarnya masih menarik di mata para pria dewasa. Carissa sungguh terlihat begitu pintar menjaga kesempurnaan tubuhnya meskipun yang ia tahu, bahwa dirinya pun sudah memiliki satu anak laki-laki dari hasil pernikahannya dengan suaminya. Reno memutuskan untuk masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dari perbuatan zina yang baru saja ia lakukan meskipun dirinya sangat tahu bahwa acara mandinya itu tak akan bisa menghilangkan jejak pengkhianatannya terhadap istrinya. CKLEK! Baru saja Reno membuka pintu kamar mandi, ia mendapati Carissa sudah berdiri dihadapannya dengan penampilan yang begitu rapi, sama persis saat ia pertama kali memasuki ruang kerjanya. “Baca ini baik-baik!” Carissa menyodorkan sebuah amplop putih pada Reno yang sudah berstempel logo sebuah rumah sakit. Carissa melipat tangannya di depan d**a, namun pandangannya tertuju tajam pada pria yang terlihat seksi di depannya. “Aku baru memeriksakannya tadi pagi karena setelah insiden malam kita waktu itu, aku sering merasa tidak enak badan.” Dengan jantung yang berdebar-debar Reno mengambil amplop putih dari tangan Carissa, namun Reno masih begitu pintar menyembunyikan ekspresi keterkejutannya atas ucapan sang mantan kekasihnya itu. “Aku harap, kamu masih menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Aku pergi dulu.” Dengan anggun Carissa berbalik badan dan berjalan menjauhi Reno. Sesaat setelah ia membuka handle pintu, Ia kembali berseru, “Jika Mas Reno ragu, aku siap melakukan tes DNA.” Kalimat terakhir yang diucapkan Carissa sontak membuat Reno bergeming. Rasanya ada sebuah batu besar yang tiba-tiba menghantam dadanya. “ARGGHHH!!!” Carissa kembali melanjutkan langkah sembari tersenyum lebar. Senyuman licik tersungging pada bibirnya. “Kali ini, aku pasti menang, Mas,” batinnya percaya diri. *** Thea berulang kali memuntahkan isi dari dalam perutnya saat peristiwa yang dilakukan ayahnya tadi melintas begitu saja dalam pikirannya. Thea kini merasakan jijik pada ayah yang selama ini selalu ia bangga-banggakan di hadapan para temannya. Akibat rasa mualnya itu, Thea belum juga beranjak keluar dari kamar mandi. Ia kembali mencuci muka cantiknya dengan air dingin yang keluar setelah kran ia nyalakan. “Pokoknya aku minta cerai, Mas!” Suara wanita terdengar nyaring di telinga Thea dan tak lama kemudian netranya menangkap sesosok wanita dewasa yang telah berumur namun masih terlihat begitu cantik itu berjalan di belakangnya sembari menempelkan ponsel pada telinganya. Thea masih setia memandanginya dari pantulan cermin di depannya. “Dari dulu, aku tuh nggak pernah cinta sama kamu! Aku hanya terpaksa menikah denganmu!” seru wanita dewasa itu lagi. Semakin lama Thea memperhatikan raut wajah wanita dewasa yang kini masih bersandar di dinding seraya bertelpon ria itu, Thea menyadari satu hal. Wajah itu adalah wajah wanita yang ia lihat di kamar pribadi ayahnya tadi. Wanita dewasa yang sudah berani menggoda ayahnya. “Dasar tak tau malu!” umpat Thea dalam hati. Sebagaimana hati Thea yang merasakan amarah yang menggebu, ia menampung air ke dalam telapak tangannya lalu secepat kilat, ia berbalik badan dan menyiram air tadi ke wajah wanita dewasa di belakangnya. “Astaga! Apa yang kamu lakukan gadis sialan!” seru Carissa gelagapan saat wajahnya tiba-tiba terguyur air. “Kamu yang sialan, tega-teganya menggoda ayahku di ruang kerjanya!” Mendengar ucapan gadis muda di depannya, sesaat Carissa terdiam. Ia meneliti wajah gadis muda dihadapannya itu dengan seksama. Wajah ini …. “Kau anak w*************a itu! Yang telah merebut kekasihku Reno!” “Jangan ngaku-ngaku sebagai kekasih ayahku dan mengata-ngatai bundaku. Karena Anda yang merupakan wanita m*rahan!” PLAK!! Thea mendapatkan tamparan keras di pipinya dari Carissa. “Kau?! Dasar wanita tak tau diri!” Thea menjambak keras rambut Carissa. Carissa merintih kesakitan. Namun di dalam toilet yang letaknya berdekatan dengan area parkir kendaraan, tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan aksi brutal seorang Thea. “LEPAS!” teriak Carissa. “Tidak akan!” jawab Thea. Thea bahkan semakin kencang menjambak rambut Carissa tanpa belas kasihan, membuat Carissa merasakan rambutnya terlepas beberapa helai. Thea kemudian melepaskan jambakkannya dengan kasar, membuat tubuh Carissa menabrak dinding di belakangnya cukup kuat. “Awas saja, jika aku kembali melihatmu berada di perusahaan ayah! Kamu tidak akan pernah kuampuni!” Thea beranjak meninggalkan Carissa, namun sebelum Thea benar-benar keluar dari pintu toilet, Carissa berseru,” Kamu yang menjadi alasan Reno dulu meninggalkanku, karena Bundamu yang hamil dirimu, anak haram yang ada di luar pernikahan! Kamu penyebabnya anak sialan!” Fakta yang baru saja Thea dengar dari mulut w*************a di depannya berhasil membuat nya terkejut. “Tapi tidak apa-apa, karena nyatanya ayahmu masih sangat mencintaiku dan berhasil menumbuhkan benih pada rahimku. Kau siap-siaplah memiliki adik tiri, Sayang,” seru Carissa seraya mengelus perutnya yang masih terlihat datar. Thea seketika tertawa, ia membalikkan badannya. “Kau pikir aku gadis bodoh? w************n sepertimu sangat pandai membual. Aku tidak yakin kalau di dalam perutmu itu adalah anak ayahku. Dan aku yakin itu adalah anak dari pria m*rahan sepertimu!” Thea kembali memutar badannya dan keluar dari pintu toilet, meninggalkan Carissa yang merasa tertohok akan ucapan anak dari mantan kekasihnya itu. “Kurang Ajar!” Carissa berdiri cepat, berjalan mengikuti Thea dan seketika rencana jahat bersarang pada otaknya saat melihat tangga yang menjulang panjang di depan Thea. “Mati, kau!” Carissa berseru sembari hendak mendorong punggung Thea. Kenyataanya, dirinyalah yang bernasib naas. Sesaat setelah mendengar umpatan dari wanita yang ada di belakangnya, Thea menggeser tubuhnya ke kiri. Bahu kanannya tersenggol keras sebelum pada akhirnya ia melihat jelas bagaimana tubuh wanita yang dijambaknya tadi terguling-guling pada setiap undakan tangga dan berhasil mendarat dengan kepala yang bersimbah darah. Anehnya Thea, tidak merasakan takut ataupun syok melihat wanita yang terkapar bersimbah darah di bawahnya. Thea bahkan menyunggingkan senyumnya. Ia menyibakkan rambutnya yang terurai sepinggang dan berjalan santai menuruni tangga, melangkahi w*************a yang sekarang mungkin sudah menjadi mayat tanpa ada keinginan untuk menolongnya. “Setidaknya, aku tidak bersusah payah memberimu pelajaran. Karena kaulah yang memilih mengakhiri hidupmu sendiri.” Thea berjalan kembali meninggalkan manusia tak bernyawa itu tanpa rasa iba sedikitpun. Sayangnya, di salah satu mobil yang terparkir rapi di belakang Thea, ada seorang laki-laki seumuran Thea tengah mengetatkan rahangnya. Tangannya mengepal erat dibalik kemudi mobil sportnya. “Kau sudah membunuh ibuku!” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD