BAB 42

1069 Words

Kukira saat bangun sudah sampai, nyatanya masih dalam perjalanan, bahkan sekarang sedang berhenti karena lampu merah. Kepalaku terasa pening, leherku juga terasa pegal linu. Saat aku gerakkan bunyi "krak" terdengar dari leherku. Kak Ali langsung menoleh. "Jangan biasa gitu, nanti urat lehernya putus kamu enggak bisa ikut upacara, lho." "Lah, apa masalahnya urat leher putus enggak bisa upacara?" tanyaku sambil cekikikan. "Ya enggak bisa ikut, lha, orang upacara, kan, harus tegak. Kalau orang yang lehernya putus mana bisa tegak. Nanti goyang-goyang kepalanya, iuuh." Bangun-bangun malah dibuat cekikikan. "Ini kapan sampainya, sih, Kak? Terus sekarang udah sampai mana?" "Sebentar lagi, ini udah di Bandung kok, kamu tidur pulas banget, padahal tadi sempet aku tinggal beli minum di jalanan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD