-
didalam mobil aku dan dinda bahas untuk hari minggu kita memang janjian untuk jalan² ke mall untuk beli buku
"eh jadi kan minggu?" tanyaku pada dinda
"jadi dong." jawab dinda sambil memainkan handphone dinda "oiya wa tadi kak anil ngomong apa aku denger samar² sih" sambung dinda
"enggg.. enggak ngomong apa apa" jawabku terbata bata
"masak sih, iya mungkin ya gak ngomong apa²" jawab dinda dengan wajah bingung
"dinda aku lepas hijab ya gerah" jelasku pada dinda
"iya iya gak apap kok" jawab dinda
aku memang memutuskan berhijab saat kelas VIII di sekolah menengah pertama kukira sekolah yang akan masuki mayoritas berhijab ternyata dikelas hanya 4 anak yang berhijab termasuk aku .
pas lampu merah ada anil serta cewe yang tadi dibelakangnya juga berhenti di lampu merah tidak sengaja menoleh sebelah kiri dan akhirnya melihatku tak mengenakan hijab
"hah itu cewe yang tadi kenapa cantik bgt pas gak berhijab" dengan wajah terpesona sedangkan aku tidak menyadari tatapan dari kak anil karena sedang merapikan rambut yang agak berantakan karena kubuka hijabku
"masak cewe yang itu sih" dalam hatinya dengan penasaran di majukan wajahnya untuk memastikan apa bener cewe yang dia sebut pendek
"ternyata bener cewe itu" sambil memiringkan senyumnya
"kenapa beb" tanya qween
"hah. enggak kenapa kenapa kok" jawab anil gugup
qween mencari sumber yang bikin kekasihnya sedang memperhatikan apa tapi nihil qween yang tidak tau apa apa tidak menemukan siapa²
lampu menjadi hijau
"hah bukannya itu kak anil dan cewenya" dinda memberitahu sambil menunjuk mereka
tapi aku tidak terlalu antusias ingin tahu jadi ku biarkan dia hanya melirik sekilas saja.