Kita Hanya Masa Lalu

1530 Words
Ia duduk tenang di bawah pohon ditemani buku dengan musik di telinganya. Sesekali ia mengangguk-anggukan kepala tatkala musik yang didengar menghentaknya. Dengan teliti ia membaca dan memahami kata satu persatu. Ia tidak melewatkan satu katapun dan memahaminya dengan baik. Jika ada kata yang tidak dimengerti, ia membuka kamus online di ponselnya. Ia memang sangat menggemari kebiasaannya yang satu itu. Jika ia tidak tahu harus berbuat apa, maka ia memilih untuk membaca sesuatu untuk pekerjaannya. Tetapi bukanlah buku yang bersangkutan dengan pelajaran yang dibaca, melainkan buku-buku cerita seperti novel dan komik. Di dalam kamar pun ia membuat tempat khusus untuk meletakkan koleksiannya. Dirinya sudah mengoleksi sejak masih duduk di bangku SMP. Walau sering terjadi kontroversi antara dirinya dan Mama tentang yang dilakukannya, tidak membuatnya jera untuk terus membeli buku-buku baru. “Apa gunanya kamu membaca itu semua?” tanya Steffi – Mamanya – kala itu. “Membuat aku tahu tentang segala hal.” “Segala hal? Kamu yakin? Yang ada bikin kamu kebanyakan menghayal.” “Menghayal ada bagusnya juga, nggak membuat otak aku kosong.” “Jangan pernah lagi kamu bawa pulang buku-buku nggak penting seperti itu.” “Kenapa? Aku membelinya dengan duit yang aku tabung sendiri. Aku nggak minta pada kalian khusus untuk membelinya.” “Kamu dibilang banyak membantahnya.” “Bukan aku membantah. Tapi itu hobi aku. Setiap manusia punya hobi tersendiri, yang nggak bisa dilarang oleh orang lain. Bagaimana jika aku minta Mama membuang semua bunga yang Mama beli dan rajin Mama rawat itu? Mama juga akan bertindak sama seperti aku.” Zi memang tidak bermaksud demikian terhadap Steffi. Tetapi memang tidak pernah ditemukan kecocokan antara mereka berdua. Zi lebih sering beradu mulut dengan beliau. Dan itu hal yang membuatnya selalu memilih keluar dari rumah. Ia tidak pernah betah di rumah, karena hanya akan memancing keributan antara dirinya dengan Steffi. Tidak ada yang dapat meleraikan jika mereka berdua sudah terjebak dalam adu mulut. Zahlul, selaku kepala keluarga, menyerah menghadapi mereka berdua. Mereka sama-sama memiliki watak keras dan tidak ingin mengalah. “Zi, ngapain sendirian di bawah pohon?” Suara itu melepaskan pandangannya dari kata-kata. “Nggak ajak-ajak ke taman. Dari tadi ditelpon juga nggak angkat.” “Memangnya kalau ke taman harus diajak ya? Dan maaf bukan nggak diangkat telponmu, tapi ponsel aku tertinggal di ruangan. Kalian kenapa bisa datang ke cafe bareng? Janjian ya??” “Cemburu ya??” “Aku cemburu dengan kalian berdua? Permisi aku mau ketawa lebar-lebar.” “Bilang aja kalau kamu cemburu. Aku ngerti, kok, mungkin kamu masih menyimpan rasa untuk Virky.” “Kire, kalau ngomong dipikir dulu dong, aku dengan dia udah putus lima tahun yang lalu, nggak mungkinlah rasa itu masih ada. Ya nggak, Ky?” ucapnya mantap sambil menyenggol lelaki di sampingnya. Lelaki itu juga mengangguk mantap. Mereka memang sepasang mantan kekasih yang berawal dari teman dan berakhir dengan pertemanan, pertemanan yang sangat erat. Tiga tahun menjalin hubungan, tidak ada konflik hebat yang terjadi di antara mereka. Teman-teman mereka iri melihat hubungan yang dijaga dengan baik hingga terhindar dari konflik. Mereka sebagai aktor utama pun bingung mengapa mereka tidak dihampiri oleh konflik seperti pasangan lainnya. Tetapi di balik itu semua mereka bersyukur karena dapat tetap bertahan sebagai teman yang lebih baik. “Ky, kalau kita nggak pacaran lagi gimana?” tanyanya kala itu. Virky yang sedang santai menikmati pemandangan di depan mereka tersontak kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan kekasihnya itu. Virky sengaja mengajak Zi jalan-jalan ke pantai, karena sudah lama ia tidak berjumpa dengan pujaan hatinya dikarenakan terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Selain itu, tempat yang sangat disukai Zi untuk dikunjungi memang pantai. Dia sangat suka air. “Kamu kenapa bertanya hal seperti itu? Ada suatu masalah yang merasukimu? Atau kamu kesambet jin?” “Nggak ada sesuatupun yang merasuki aku. Aku hanya merasa kita tetap seperti ini, nothing special. Nggak pernah ada yang namanya galau, sakit hati, menangis rindu. Nggak pernah, kan, kita melalui fase-fase itu? Beda jauh dengan orang lain. Mereka pacaran satu bulan aja mungkin nangis udah tiga kali, rindu sepuluh kali, dan sebagainya. Kita? Kamu pernah nggak memikirkan hal itu?” “Aku pernah berpikir bahwa kita nggak seperti kebanyakan orang pacaran lainnya. Tapi aku ambil positifnya aja, bahwa kita mampu mengatasi semua masalah sebelum masalah itu datang sehingga masalah pun nggak jadi menghampiri kita.” “Bukan itu. Menurut aku, kita nggak pernah punya perasaan itu. Di saat aku melihat kamu bercanda dengan perempuan manapun, aku nggak pernah cemburu atapun marah seperti kebayakan perempuan. Bertanya siapa dia, kenapa kamu dengan dia, ada hubungan apa kamu dengan dia. Begitu juga sebaliknya, kamu nggak pernah permasalahkan aku bergaul dengan siapa, lelaki mana saja.” “Itu karena kuatnya kepercayaan di antara kita. Aku percaya, walau kamu berteman dengan mereka bukan berarti kamu memiliki hati untuk mereka. Begitu pula dengan aku. Kita sama-sama percaya dengan hubungan kita.” “Aku merasa nggak seperti itu. Kamu pernah nggak nangis karena aku? Galau karena rindu aku? Nggak pernah, kan?” “Kamu juga gitu?” “Tuh, kan. Itu artinya kita memang nggak pernah punya rasa itu. Kita hanya merasa nyaman satu sama lain. Nyaman karena kita bisa saling berbagi, bisa saling membantu dalam segala. Nyaman dengan dunia kita. Dan kita mengartikan semua itu dengan cinta. Selama tiga tahun ini kita salah mengartikan kenyamanan kita.” “Jadi?” “Kita tetap seperti biasa, terus melanjutkan kenyamanan kita sebagaimana mestinya, tetapi dalam lingkaran persahabatan. Nggak lebih dari itu. Dan aku yakin kenyamanan kita akan lebih lama dari tiga tahun ini.” “Aku sayang kamu, Zi.” “Aku juga sayang kamu, lelaki behel,” ledeknya. Meski hubungan berhenti dalam detik itu, bukan berarti semua ikut berhenti. Hanya satu ikatan yang berhenti, dan masih banyak ikatan yang dapat mereka jalin di balik  sebuah kegagalan itu. -------------------- Zi melempar tasnya di atas lantai, terduduk tanpa tahu harus berbuat apa. Ia melihat ke sekeliling kamarnya, penuh dengan coretan-coretan  yang  sengaja dibuatnya agar terlihat lebih bervariasi. Zi akan bosan jika kamarnya hanyalah sebuah dinding yang polos tanpa sesuatupun. Akan terasa tidak menyenangkan tidur di tempat yang demikian. Kamarnya adalah dunia yang sangat dibutuhkan, karena kamar merupakan tempat ia lebih banyak menghabiskan waktu dibanding ruangan lainnya. “Sibuk, nggak?” tanya suara yang mendongak dari balik pintu kamarnya. “Masuk aja. Ada apa? Anginnya rada-rada berhembus mesra nih,” tanyanya curiga yakin. “Kamu kenal Masha, nggak?” “Masha and The Bear? Jelas aku tahu, itu kartun kesukaan aku. Kenapa? Abang mau aku kasih film-film dia?” “Selain film kartun, novel, dan komik, apa lagi yang kamu tahu? Masha yang aku maksud adiknya mantan kamu.” “Mantan aku?” “Kamu pacaran baru sekali, jadi mantan yang kamu punya satu, nggak perlu nanya lagi mantan aku?” “Abang jatuh cinta dengan adiknya Virky?” “Kamu pinter banget baca hati aku. Dia itu cantik, lembut, bikin aku gimanaa gitu.” “Abang masih sehat? Dia lebih muda dari aku. Bukannya Abang lebih tertarik dengan yang lebih tua?” “Jika yang lebih muda lebih menarik, kenapa nggak? Satu hal yang nggak dimiliki dari semua perempuan yang aku dekati, yaitu alim. Beda jauh dengan kamu. Kalau Abang nikah dengan dia, kamu akan mendapat siraman rohani dari dia, dan kamu juga akan berubah menjadi seperti dia.” “Abang nikah dengan dia? Hahaha. Kenalan aja belum, udah bilang ini itu tentang dia. Aku udah kenal dia lebih dari delapan tahun, nggak pernah sekalipun dia siram rohani aku. Dan Abang bisa lihat sendiri aku nggak seperti dia.” “Belum aja. Karena dia merasa dia belum punya hak untuk membuat kamu berubah. Tapi ketika dia jadi kakak ipar kamu, dia punya hak itu. Kalau dia nggak berani, aku yang akan nyuruh dia ubah kamu.” “Bang, nggak ada yang namanya nggak ada hak untuk merubah orang lain. Siapapun kita, jika kita berniat ikhlas maka kita mempunyai hak untuk membantu seseorang berubah. Tergantung dengan orang itu, dia mau berubah atau nggak.” “Berarti intinya kamu yang nggak mau berubah. Ya, kan?” “Aku akan berubah suatu saat.” “Kapan?” “Ketika rahmat ilham hidayah datang menghampiriku,” ucapnya dengan puitis. “Siapa mereka? Pacar baru kamu?” “Abang nggak pernah sekolah ya? Rahmat, ilham, dan hidayah yang diberikan Allah untuk aku.” “Ketiga itu nggak akan datang kalau kamu tunggu. Kamu harus mencarinya. Lebih cepat kamu berubah lebih baik, jangan tunggu mereka baru berubah. Nanti udah keburu bau tanah kamunya.” “Semua orang udah bau tanah, hanya saja kita nggak pernah tahu kapan masuk tanah.” “Maka dari itu, sebelum masuk tanah, kamu persiapkan segala kebutuhan kamu untuk memasukinya.” “Siap Abangku. Doakan adikmu agar tidak tersesat di akhirat,” ucapnya memberi hormat. “Kamu bantu aku dulu, biar aku doain.” “Bantuin apaan? Jangan bilang minta aku dekati Abang dengan Masha.” “Walau kamu larang untuk bilang itu, aku akan bilang itu. Kamu tega lihat Abangmu yang ganteng ini jomblo terus-terusan?” “Ngaku-ngaku ganteng dan ngaku jomblo. Bang, aku minta maaf sebesar-besarnya. Abang boleh minta aku untuk kenali Abang dengan perempuan manapun, tapi tidak dengan Masha.” “Kenapa?” “Abang tahu sendiri alasannya.” “Abang janji akan membeli novel dan komik yang banyak untuk kamu.” “Masha tidak semurah itu, Abang.” “Terus gimana?” “Abang cari duit yang banyak, beli mahar, dan lamar Masha. Itu saran aku. Selain itu aku nggak bisa bantu. Sorry, bro.” “Zi, bantu Abangmu yang dilanda cinta ini.” “Maaf Abangku yang dilanda cinta, adikmu yang terlalu cantik ini tidak dapat memberikan bantuan padamu.” Zi mendorong tubuh Zelo keluar dari kamarnya. Ia tidak ingin mendengar permohonan-permohonan gila Abangnya. Ia sangat tahu sifat Abangnya itu, selalu meminta bantuannya untuk mendekati perempuan-perempuan cantik. Setelah mereka pacaran, perempuan itu tergila-gila padanya, ia tinggalkan karena ia merasa bosan pada mereka. Dan Zi tidak menginginkan hal itu terjadi pada perempuan baik yang telah lama dikenalnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD