Caca, wanita itu mendiamkannya. Bahkan setelah ia melindungi wanita itu habis-habisan. Di saat itulah ia merasa benar-benar terpuruk. Karena sejauh apapun ia bertindak, sebesar apapun pengorbanan yang ia lakukan, nyatanya masih sama. Wanita itu sama sekali tak mengindahkannya—tetap mengacuhkannya. Membuatnya banyak berpikir akan dibawa ke mana pernikahan mereka jika ternyata yang masih menginginkan untuk bertahan, hanya dirinya sendiri. Ia tak berani bertanya tentang hal yang ia debatkan di dalam hatinya pada wanita itu, karena ia takut, ia akan menerima luka yang sama. Bahkan ada kemungkinan lebih menyakitkan. Maka dari itu, ia lebih baik mengabaikan keteracuhan itu. Lebih baik ia sisip kasih sayang yang ia punya serta cinta yang tak pernah habisnya di setiap perbuatannya. Setidaknya deng

