Tiga

2941 Words
Happy Reading. * Flasback. "Tidak Eomma" teriak Jimin emosi. "Jim!" "Tidak aku bukan barang yang bisa Eomma jual kepada siapa yang Eomma suka" teriak Jimin emosi. "Ini wasiat Harabojie-mu Jim!" Kata Taeyeon. "Aku tidak peduli! Mau itu wasiat Harabojie atau wasiat nenek moyangku pun aku tidak peduli. Aku tidak mau menikah dengan Aliya. Aku tidak mencintainya!" "Tidak ada yang bisa kau lakukan pernikahanmu sudah ditetapkan dan semua persiapanya sudah selesai. Kau hanya tinggal datang dan menjalaninya" Kata Jungsoo. "Aku bilang aku tidakk mauuu" * "Kau bahagia?" Aliya menunduk mendengar pertanyaan sinis Jimin. "Jangan harap kau akan hidup bahagia denganku. Kau hanya akan menderita dan siapkan saja mentalmu" Aliya semakin meremas gaun yang ia kenakan, ia sangat takut mendengar ancaman Jimin. "Aku membencimu" * Aliya menutup rapat mulutnya agar suara isak tangisnya tidak terdengar dari luar. Sakit, bukan hanya tubuhnya tapi juga hatinya. Jimin mengambil paksa harta yang paling berharga dalam hidupnya. Jimin sangat kasar dan tidak berperasaan saat merenggut kesucianya bahkan saat Jimin mendapatkan pelepasanya tadi, bukan nama Aliya yang disebut tapi nama Seulgi. Aliya tahu siapa itu Seulgi. Sunbae-nya disenior High School dulu dan kekasih Jimin saat ini. Aliya tidak buta, ia tahu apa yang terjadi pada Jimin. Jimin dipaksa menikahinya oleh orang tuanya. "Hiks! Appo!" * Tidak satu hari pun dilalui Aliya dengan bahagia. Selalu ada isak tangis yang terdengar seriap malam. Jimin selalu pulang dengan keadaan mabuk dan Aliya lah yang menjadi sasaan kebejatan Jimin. Hari ini Aliya merasa pusing yang sangat luar biasa, ia terus mual dan akan merasa lemas jika melakukan pekerjaan berat sedikit dan betapa terkejutnya dirinya saat ia tahu jika ia telat datang bulan. Tanpa babibu Aliya langsung datang kerumah sakit untuk memeriksakan kondisinya dan benar saja ada janin yang tumbuh dalam perutnya dan usianya sudah berjalan 5 minggu. "Otokaji?" * "Hamil?" Aliya memejamkan matanya erat saat mendengar teriakan Jimin. "Kau hamil? Bagaimana bisa?" Tanya Jimin berang. "Kau Ayahnya Jimin-shi!" Lirih Aliya. "Ayah? Benarkan dia anakku? Aku tidak yakin dengan itu! Bisa saja kau datang ke laki-laki lain dan tidur denganya. Lalu mengatakan jika bayi itu anakku. Wah kau hebat sekali Nona Kim, kau pemain sandiwara yang ulung" Aliya menatap Jimin tidak percaya. Ia bukan wanita jalang yang rela mengangkangkan lebar kakinya untuk sembarangan orang. Aliya bukan orang seperti itu. "Aku bersumpah jika ini anakmu Jimin-shi. Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki lain selain dirimu. Kau selalu meniduri saat pulang dengan keadaan mabuk dan karena itu benih ini tumbuh!" Lirih Aliya menahan sakit yang ada didadanya. Jimin hanya menatap Aliya datar, ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Aliya. "Jika itu memang anakku, kau harus menggugurkanya. Aku tidak mau anakku lahir dari wanita sial sepertimu" Jimin menarik Aliya paksa. Sementara Aliya meronta mencoba melepaskan tarikan Jimin. "Tidak Jimin-shi kumohon! Jangan lakukan ini" Jimin menilukan telinganya. Ia tidak mau ada bayi diantara mereka. "Ikuti saja aku" * Jimin menarik Aliya disalah satu klinik aborsi yang ada di Seoul. Jimin membuat keributan dengan menyeret Aliya masuk kedalam ruang aborsi. "Gugurkan kandunganya!" Kata Jimin setelah melemparkan Aliya keranjang. "Tuan!" "Kau tuli? Gugurkan janin wanita itu" teriak Jimin. "Jangan kumohon jangan bunuh anakku" isak Aliya. "Tuan!" "Akan kubayar berapapun asal kau buang janin sialan itu. Aku tidak menginginkanya jadi tidak ada gunanya juga dia lahir. Jadi cepat buang janin itu" Jimin gelap mata dan melakukan apapun untuk membuang janin yang tumbuh pada perut Aliya. Ia tidak mau menjadi Ayah. Apalagi Ayah dari anak Aliya, Jimin tidak sudi. "Jimin-shi kumohon!" Jimin hanya menunjukkan wajah dinginya. "Cepat!" Dokter itu mengangguk dan mulai mengambil alih Aliya. "Tidak jangan bunuh anakku. Dia tidak bersalah" Aliya meronta saat dipegangi Dokter itu. "Tolong Nyonya!" "Tidakkk" Jimin hanya menatap dingin Aliya dan berjalan keluar dari ruangan Aliya. * Aliya dan bayinya selamat. Dokter tidak berani mengaborsi kandungan Aliya karena usia Aliya masih sangat muda dan akan beralibat fatal jila prosesi aborsi itu dilakukan. Jimin yang mengetahui itu langsung emosi, Jimin juga sempat mengancam dan mengahajar Dokter tadi, tapi Dokter tadi tetap tidak mau mengaborsi Aliya. Jimin tidak kehabisan akal dia membawa Aliya ke klinik lain tapi hasilnya sama, tidak ada yang mau mengaborsi Aliya. Mereka semua takut dengan resikonya. Nyawa Aliya bisa melayang jika proses aborsi dilanjutkan. Tidak bisa menggugurkan kandungan Aliya di klinik, Jimin mencoba menggunakan obat peluruh kandungan dah hebatnya janin itu masih selamat. Seolah ia masih kuat menghadapi siksaan yang Ayahnya berikan padanya. Sama dengan Aliya ia hanya bisa diam saat Jimin sengaja menaruh obat itu dalam minumanya. Ia tidak mau ambil pusing. Jika memang ia harus mati, maka ia akan pergi dengan sekarela. Kegilaan Jimin berhenti saat Taeyeon tahu jika Aliya hamil. Taeyeon menugaskan seorang maid untuk menjaga menantunya dan Aliya dalam pengawasan Taeyeon penuh dan karena itu Jimin tidak bisa berbuat apapun. Tidak ada yang tahu apa yang Aliya alami saat menikah dengan Jimin. Aliya terlalu pandai menutupi aib Jimin, bahkan sampai saat ini tidak ada yang tahu jika Jimin tidak menginginkan anaknya. Maid yang dibawa Taeyeon sudah diam. Maid itu tidak berani berkata jujur pada Taeyeon tentang apa yang Aliya alami. Ia hanya bilang Aliya baik-baik saja saat Taeyeon bertanya tentang kondisi Aliya. Dan itu semua karena permintaan Aliya sendiri. "Kau kuat nde! Eomma tidak sabar melihatmu" ujar Aliya sambil mengelus perut buncitnya penuh kasih sayang. Sementara Jimin mengepalkan tanganya kuat saat melihat bagaimana Aliya mengusap perut buncitnya penuh kasih. Ada perasaan mengganjal dihati Jimin dan ia sendiri tidak tahu apa itu. Perasaan benci semakin menyelimuti Jimin, bukan pada Aliya tapi pada dirinya sendiri. Jimin masih ingat saat ia kembali menaruh obat peluruh kandungan pada Aliya yang ketiga kalinya didalam minuman Aliya. "Jangan siksa anakku lebih jauh lagi. Jika memang kau membenciku, maka lampiaskan padaku. Demi Tuhan aku tidak keberatan jika kau membunuhku sekarang bahkan aku akan dengan suka rela menyerahkan nyawaku saat ini juga. Kematian adalah hal yang akan terjadi pada setiap manusia, dan jika aku harus mati demi anakku maka aku akan dengan senang hati merelakan nyawaku untuknya. Aku tahu jika Seulgi Eonni sudah menikah dan pergi jauh dari Seoul. Jika kau ingin mengejarnya akan kupersilahkan bahkan aku akan mendukungmu. Pergilah!" Kata-kata Aliya benar-benar menusuk Jimin. Wanita itu terlihat sangat tegar menghadapi semua siksaan dan penderitaan yang Jimin berikan. Bahkan sampai saat ini Jimin tidak pernah mendengar kemarahan yang dilontarkan Aliya padanya. "Kau membuatku semakin membenci diriku sendiri" desis Jimin sambil berlalu. * 9 bulan mengandung benih Jimin akhirnya Aliya melahirkan anaknya. Anaknya lahir dengan sehat dan selamat tanpa kurang satu apapun. Bayi kecil yang cantik, dengan wajah yang mendominasi dari Jimin. Mata, hidung dan bibir yang diturunkan persis dari Jimin. Jimin dalam versi wanita benar-benar terihat sempurna apalagi dengan sentuhan dagu bulat Aliya, bayi kecil itu terlihat semakin menawan. "Kau tidak mau menggendongnya Jim?" Jimin menggeleng cepat. "Aku takut dia menangis Eomma" Aliya yang mendengar alasan Jimin hanya tersenyum simpul. Bukan karena takut menangis Jimin tidak sudi menggendong anaknya. Bukankah dulu Jimin sudah menegaskan jika di tidak sudi mengakui bayi itu sebagai anaknya. Lain halnya dengan fikiran Aliya. Jimin benar-benar jujur dengan ucapanya. Ia sangat takut jika bayi itu menangis. Jimin bukan orang tolol yang akan melupakan kesalahanya begitu saja, ia mengingat semua dosa yang pernah dirinya lakukan pada bayi mungil itu. Bahkan Jimin berulang kali mencoba melenyapkan bayi yang saat itu masih ada dikandungan Aliya. Baru saja tangan Jimin hendak menyentuh wajah mungil itu suara Aliya lebih dulu menginstruksi nya. "Eomma aku ingin menyusuinya" Taeyeon mengangguk dan berjalan menuju Aliya. "Nah ini dia Sayang!" Taeyeon menyerahkan bayi mungil itu kegendongan Aliya dan saat Aliya menerimanya, Aliya memberikan kecupan sayang pada wajah cantik putrinya. Dan itu membuat Jimin merasa sangat iri. Jangan kan mencium menyentuhnya pun Jimin tidak yakin akan mendapatkan ijin dari Aliya. "Minum yang banyak Aegi" * Bayi kecil itu diberi nama Park Ji Yeon oleh Jungsoo. Jungsoo memang punya keinginan ingin menamai cucu pertamanya dan Aliya juga tidak merasa keberatan toh Jimin juga tidak peduli pada bayinya. "Ji Yeon-ah! Tidur nde!" Aliya memisahkan kamarnya dengan Jimin. Ia memilih kamar kecil yang ada dipojok untuk ia gunakan bersama Ji Yeon. Keputusanya untuk tidak tidur satu ranjang lagi dengan Jimin sudah bulat. Lagi pula Aliya juga sudah menyuruh Maid yang Taeyeon kirim untuk kembali. Aliya tidak mau berpura-pura terus. Toh tidak ada gunanya juga. Setiap malam Jimin selalu mencuri kesempatan untuk melihat Aliya dan anaknya jika sedang tidur. Ada perasaan iri dalam hati Jimin, melihat Aliya yang begitu leluasa bermain dan mencium anaknya. Sedangkan dirinya? Usia Ji Yeon sudah memasuki bulan ketiga dan Jimin sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menggedong Putri kecilnya. "Katakan saja aku gila! Dulu aku berusaha untuk selalu membunuhnya dan sekarang aku begitu menginginkanya ada dipelukanku. Merasakan gengaman kecilnya dan melihat mata jernihnya yang menatapku. Akan sangat menyenangkan saat aku bisa mencium pipinya atau sekedar menyentuh wajah cantiknya" lirih Jimin sambil kembali menutup kembali pintu kamar Aliya dan langsung duduk didepan pintu kamar Aliya. 3 bulan setelah pindahnya Aliya dari kamar mereka Jimin tidak pernah tidur dikamar itu lagi. Jimin akan selalu tidur didepan pintu kamar Aliya. Mendengar bagaimana Ji Yeon yang menangis tengah malam atau mendengar suara tawa Ji Yeon yang sedang bercanda dengan ibunya. Jimin hanya akan diam mendengarkan sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Apalagi dirinya yang hanya bisa diam saat mendengar rengekan Ji Yeon jika sedang sakit, rasanya Jimin ingin berlari kekamar Aliya dan memeluk tubuh kecil Malaikatnya dan Jimin harus sadar jika itu tidak akan pernah terjadi. "Appa merindukanmu Princes" lirih Jimin sambil memejamkan matanya untuk tidur. * Ji Yeon yang berusia 8 bulan diambil oleh Yuri untuk menginap dikeluarga Kim dan itu artinya hanya ada Aliya dan Jimin dirumah. Aliya bukan tidak peduli pada Jimin tapi bisa dibilang Aliya sangat peduli. Mereka memang tidak saling bertegur sapa, tapi Aliya selalu menyiapkan kebutuhan pribadi Jimin. Aliya tidak pernah memasak, ia hanya akan membeli makanan disalah satu restoran di Seoul dan menghidangkanya pada Jimin. Jimin pernah bilang jika dirinya tidak sudi memakan makanan yang Aliya siapkan dan karena itu Aliya tidak pernah memasak untuk Jimin. Dia hanya akan memasak untuk dirinya sendiri dan menghidangkan makanan yang ia beli pada Jimin. Aliya berfikir jika Jimin memakan makanan yang ia beli itu, tapi Aliya salah besar. Jimin tidak pernah menyentuh secuilpun makanan yang Aliya beli untuknya. Saat Aliya sibuk dengan Ji Yeon, Jimin akan mencuri kesemapatan untuk memakan makanan yang Aliya buat. Menikmati bagaimana rasa masakan Aliya dilidahnya dan Aliya tidak tahu apa yang dilakukan Jimin dibelakangnya. Baju Laundry Jimin akan selalu datang setiap pagi. Aliya tidak pernah menyentuh baju Jimin lagi. Karena dulu saat pertama kali Aliya menyentuh bajunya, pria itu akan marah dan membakar bajunya seketika. Jadi Aliya selalu menggunakan jasa Laundry dan memberikannya pada Jimin. "Kau mau kemana?" Tanya Jimin pada Aliya yang terlihat rapi. Sedangkan Aliya terkejut mendengar pertanyaan Jimin baru kali ini Jimin bertanya padanya. "Ah aku mau belanja! Kau mau titip sesuatu?" Tanya Aliya kikuk. "Belikan aku Soju!" Aliya mengangguk dan langsung berjalan pergi. Ia tidak mau terlalu lama berbicara dengan Jimin. Sedangkan Jimin hanya tersenyum tipis. Suara Aliya benar-benar merdu ditelinganya. "Kau lucu" * Malam harinya turun hujan deras, Ji Yeon tidak bisa dipulangkan karena ada badai juga, dan artinya Aliya akan tidur sendirian tanpa putrinya. "Menyebalkan!" Aliya menggerutu dan hendak mengambil minuman dikulkas. Pandangan matanya jatuh pada Soju yang Jimin minta tadi pagi. "Bagaiamana ya rasanya?" Aliya mengambil satu botol Sujo dan membuka penutupnya. "Taehyung Oppa bilang ini enak? Bagaimana rasanya?" Aliya perlahan meminum Soju itu dan meringis saat merasakan rasa aneh diindra pencecapanya. "Apa ini? Kenapa rasanya aneh? Tapi boleh juga!" Aliya kembali meminum Sojunya dan ia tidak sadar dengan efek yang akan ditimbulkan dari minuman itu. "Hah kepalaku pusing" baru seperempat botol Aliya sudah kelimpungan. Dan bagaimana jika Aliya meminun semuanya? * Aliya terbangun saat merasakan sinar matahari yang menusuk indra penglihatanya. Bukanya langsung membuka matanya Aliya justru semakin menelusupkan kelapanya pada benda keras yang ada didepanya dan menyamankan posisinya. "Ah kepalaku pusing!" Keluh Aliya sambil memegang kepalanya. "Ji Yeon-ah kita tidur lagi nde? Kepala Eomma masih pusing. Sini Eomma peluk" gumam Aliya yang tidak sadar. Aliya bukan memeluk Ji Yeon, masa ada bayi berusia 8 bulan yang punya dada kotak-kotak. "Yeonie kenapa dadamu keras sekali Sayang? Kau makan apa?" Aliya mulai mengumpulkan nyawanya dan betapa terkejutnya Aliya saat tahu jika bukan Ji Yeon yang ia peluk tapi dada bidang dan keras seseorang. "Sudah bangun!" Aliya terhenyak saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya. Dan saat Aliya mendongak wajah Jimin adalah yang ia lihat pertama kali. "Pagi!" Aliya tidak salah lihatkan? Kenapa ia bisa tidur dipelukan Jimin. Dan apa yang terjadi sebenarnya? "Kepalamu masih pusing!" Aiya agak merasa aneh saat kulinya seperti terasa bebas. Tunggu dulu, ia tidur dengan memeluk dada Jimin ah dada polos Jimin. Hei dada polos Jimin? Aliya melebarkan matanya saat ia berhasil menyadari situasi ini. Mereka tidur berpelukan dengan keadaan telanjang! Hei telanjang. "Yakh apa ini?" Aliya melilitkan selimut pada tubuhnya dan segera berlari kekamar mandi. Sementara Jimin tertawa melihat tingkah Aliya. Senyum Jimin semakin mengembang saat mengingat kejadian semalam. Saat Jimin hendak mengambil minuman didapur Jimin melihat Aliya yang meletakkan kepalanya diatas meja makan. Dan saat Jimin menyadarkan Aliya ternyata wanita itu mabuk karena minum Sojunya. Jimin akhirnya mengangkat Aliya untuk tidur dikamarnya tapi saat Jimin hendak menjauh tanganya ditarik oleh Aliya hingga tubuh mereka menempel. Jimin laki-laki normal, tentu saja saat dada berisi Aliya menempel didadanya libidonya langsung naik seketika dan Jimin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menelanjangi Aliya dan menyatukan tubuh mereka dalam kenikmatan duniawi. * Aliya tidak bisa menahan mual yang ia rasakan saat ini. Kepalanya pusing dan tubuhnya juga lemas. "Tunggu dulu kenapa ini mirip seperti gejalaku saat hamil Ji Yeon dulu ya?" "Jangan-jangan? Ania mana mungkin ini terjadi?" * Aliya lemas saat melihat hasil tesnya. Lagi? Ia hamil lagi. "Ya Tuhan apa lagi ini?" Gumamnya frustasi. "Apa dia akan memintaku mengugurkan kandunganku lagi?" Aliya menggeleng tidak mau. "Aku harus menyembunyikan ini. Ya Jimin tidak boleh tahu tentang kehamilanku ini" * Aliya benar-benar merahasiakan kehamilanya dari Jimin dan ia tidak berniat mengatakan kebenaran ini pada Jimin. Hari ini ulang tahun Ji Yeon yang kesatu. Ada pesta meriah dirumah Keluarga Kim, Aliya dan Jimin tentu saja harus hadir. "Yeon-ah tenang dulu!" Aliya mulai kesusahan mengurusi Ji Yeon. Putrinya ini sangat aktif dan ia tidak sanggup untuk mengatasi keaktifan putrinya. "Yeon-ah Eomma mohon" Ji Yeon hanya tersenyum manis mendengar keluhan ibunya. "Aish anak ini!" * Dalam gendongan Aliya, Ji Yeon meniup lilinya dan ada Jimin disampingnya. Para tamu undangan mengucapkan selamat pada Ji Yeon kecil, seakan mengerti bayi satu tahun ini tersenyum manis. "Chukae Aegi!" Aliya menerima hadiah dari Kyuhyun untuk Ji Yeon. "Gumawo Harabojie" kata Aliya menirukan suara anak kecil. Dan yang lain hanya tersenyum melihat tingkah Aliya begitu pun Jimin. "Aigoo tumbuh dengan baik nde? Kau harus menjadi anak yang berbakti untuk orang tuamu dan jadilah kakak yang baik untuk Dongsaengmu jika sudah lahir nanti!" Tubuh Aliya menegang saat mendengar ucapan Kyuhyun. "Dongsaeng? Kau hamil Sayang?" Tanya Yuri kaget. "Hamil? Kau hamil lagi?" Mulut Aliya terkunci rapat. Tidak ada satupun pertanyaan yang bisa Aliya jawab. "Kau tidak memberitahu mereka Aliya?" "Ahk" Aliya memekik saat Jimin menarik kasar tanganya menjauh dari yang lain bersama Ji Yeon yang ada digendonganya. "Jim lepas" "Diam!" * "Wae? Aku salah? Apa yang akan kudapatkan jika berkata jujur padamu? Kau pasti akan menyeretku ke klinik aborsi lagi dan jika tidak berhasil kau pasti akan memberikan aku obat peluruh kandungan lagi. Dan apa? Anakku pasti mati" Ji Yeon menangis histeris saat mendengar teriakan ibunya. "Atau yang lebih parah kau akan membuangku bersama Ji Yeon. Itukan yang ingin kau lakukan!" Jimin mempercepat laju mobilnya. Matanya memerah menahan amarah yang siap meledak kapanpun. "Seharusnya dari dulu minta cerai..." "Diammmm" Tubuh Aliya bergetar mendengar teriakan Jimin, Ji Yeon juga semakin menangis keras. "Kau tidak tahu apapun jadi diam saja. Kau benar? aku memang tidak menginginkan pernikahan ini, kau tahu apa alasanya? Karena aku membencimu. Karena kau kebebasanku terengut dan aku harus kehilangan kekasihku dan itu semua karena pernikahan sialan ini. Aku melampiaskan semua ini padamu karena aku membencimu. Dan kebencianku semakin bertambah saat tahu jika Seulgi Noona menikah dengan laki-laki lain dan kau juga sedang mengandung. Kau tidak pernah tahu bagaimana menjadi aku! Hidupku penuh paksaan dan dektean. Aku tidak pernah diberi kebebasan dari kecil dan ini akibatnya. Aku menjadi bruntal dan urakan. Kau benar! Sekarang kau harus ikut aku kerumah sakit untuk membuang janin itu" teriak Jimin membalas tuduhan Aliya. "Kau gila? Aku tidak mau!" Teriak Aliya histeris. "Aku tidak peduli! Bukankah itu yang kau fikirakan tentangku jadi mari kita wujudkan" desis Jimin sambil menambah kecepatan mobilnya. "Tidak Jim! Aku tidakkk....Jim...awasssss" Arggggg! Brakkkkk. * Mobil mereka masuk kedalam jurang. Ji Yeon koma, Aliya keguguran dan Jimin Amnesia. Hebatkan, kehancuran dalam semalan hanya karena salah faham. Semuanya berjalan sempurna dan semakin sempurna saat Taeyeon menyarankan untuk memulai semua dari awal. Merekayasa kecelakaan Jimin dan memulai status baru sebagai teman Jimin, dan Aliya dengan bodohnya menyetujui itu. Berharap Jimin bisa mencintainya dan menunggu Putrinya sadar. Tapi harapan hanya tinggal harapan. Jimin tidak pernah mencintai Aliya, Jimin justru tertarik pada Lisa yang notabenya calon kakak ipar Aliya, dan Aliya yang mengaku sebagai teman Jimin harus siap menjadi dewa cinta Jimin termasuk menjadi selimut ranjang Jimin. Seperti dulu saat mereka bercinta, Jimin akan menyebut nama Seulgi dan saat ini Jimin akan menyebut nama Lisa dan hanya Lisa. Tidak pernah ada nama Aliya dihati Jimin dan Aliya sudah menyadari itu. Baik Ji Yeon maupun dirinya tidak ada yang membutuhkan Jimin. Tidak ada gunanya Jimin ada dalam hidup mereka, dan Aliya tidak mau mempertahankan ini lebih lama lagi. Sudah cukup ia dan putrinya menderita dan ini sudah lebih dari cukup. Hanya ada Aliya Kim dan Kim Ji Yeon dan tidak ada lagi embel-embel marga Park dibelakang nama mereka. Tidak ada! Flasback end. T.b.c
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD