Episode 2

4198 Words
   Akhir pekanpun datang, Dhika sekeluarga pergi berlibur ke Lombok bersama Brotherhood yang lain. Sesampainya disana, mereka langsung menempati sebuah villa milik keluarga Dhika yang baru beberapa tahun silam di belinya. Leonna langsung berlari menuju kamarnya, bersama Michella mengikutinya dari belakang. "Come on Ona, bisa gak sih loe kagak perlu lari-lari." teriak Chella kesal dan kesulitan membawa tas ranselnya. "Lama!" teriaknya dengan cuek. "Butuh bantuan?" Michella menengok ke sumber suara, tepat sekali di belakangnya Vino berdiri dengan senyuman manisnya memperlihatkan lesung pipitnya yang terlihat semakin mempesona. Michella sempat terpaku sesaat karena senyuman Vino yang sangat indah. "Tidak perlu, Bang. Aku bisa sendiri," ujar Michella menormalkan kegugupannya. "Kamu terlihat sangat kerepotan, lagian kamu tidak mungkin bisa mengejar Princes Ona." kekeh Vino membuat Chella ikut terkekeh. Vino segera mengambil alih tas dari tangan Chella dan berjalan menuju kamar Leonna. "Lonja lihat deh pemandangannya indah banget," teriak Leonna saat menggeser pintu penghubung balkon dan kamar yang terbuat dari kaca. Angin berhembus menerpa wajah cantik dan rambutnya. Leonna menengok ke belakang dan sedikit kaget saat melihat ada Abang tercintanya di dalam kamar bersama dengan Chella yang masih berdiri di samping Vino. "Abang," ujar Leonna dengan manja dan ceria, ia berjalan menghampiri Vino. "Kebiasaan kamu yah, lari-lari di dalam rumah." Vino memencet dan menarik pelan hidung mancung Leonna membuatnya terkekeh. "Ya abis aku gak sabar pengen liat pemandangan pantai dan laut itu." Kekeh Leonna bergelayut manja di lengan kekar Vino. Chella hanya bisa menatap interaksi antara abang dan adik itu. "Kasian tau Chella di tinggal, mana kesusahan bawa tas itu lagi," ujar Vino. "Sorry Chell, abis loe juga bawa apa aja sih sampe berat begitu. Niat liburan atau pindahan?" ledek Leonna. "Dua duanya, Nona." ujar Chella mengerucutkan bibirnya dan itu membuat Vino sangat gemas melihatnya. "Ya sudah, kalian yang akur di kamar yah. Abang mau cari Leon dan Rian dulu." ujar Vino. "Iya Abang," ujar Leonna. "Chell, kalau Leonna kambuh lagi. Kamu getok saja kepalanya, nanti juga diam." ujar Vino menengok ke arah Chella. "Siap Bang," kekeh Chella. "Abang mah gitu, memangnya aku boneka apa." gerutu Leonna dengan manja sambil mengembungkan pipinya lucu. "Udah ah Abang ke kamar dulu yah, dah Princes, dah Chella." ujar Vino tersenyum manis ke arah Michella. "Chell, ayo sini." Leonna langsung menarik tangan Chella menuju balkon kamarnya, setelah kepergian Vino. "Loe baru pertama kali ke sini kan, lihat pemandangannya indah banget bukan.” "Bener Na, ini posisi yang perfect untuk melihat sunset dan sunrice." ujar Chella kagum melihat pemandangan di hadapannya. "Yups, loe bener. Papa Dhika memang paling is the best deh kalau menuhin keinginan gue." ujar Leonna dengan bangga. "Alah loe muji bokap loe, pas lagi ada maunya." Chella duduk di kursi kayu yang ada di sana. "Gue serius kali, bokap gue itu paling the best. Gue aja pengen punya suami kayak bokap gue yang romantis, perhatian, penyayang dan pastinya setia." ujar Leonna antusias. "Umur loe baru 20 tahun, malah bahas bahas suami. Kepala gue mendadak migren denger celotehan loe." keluh Michella memakai kaca mata hitamnya. "Ya gak nikah sekarang juga, tapi gak apa-apa kan kalau punya keinginan." "Pangeran Vino mau loe kemanain?" Tanya Chella. "Dan itu berita baiknya. Abang sama papa itu sedikit ada kesamaan. Abang juga sangat penyayang, lembut dan baik hati. Kalau masalah romantis dan setianya, gue gak tau. Abangkan belum pernah pacaran, tapi kalau papa Farel sih keliatannya kaku gitu dan pendiam. Sepertinya abang juga akan begitu, hanya saja abang lebih murah senyum." celoteh Leonna. "Tau deh yang lagi jatuh cinta," kekeh Chella. "tapi menurut gue, pria yang sempurna itu Leon. Ya tuhan dia itu sudah tampan bak dewa yunani, sikap dinginnya yang menawan, dia gak murahan kayak si Datan. My god! jantung gue selalu ser ser-an kalau dekat dengannya." ujar Chella. "Aisshh, mata loe gak lagi gangguan kan?" Tanya Leonna seketika membuat Chella membuka kaca matanya dan mengernyitkan dahinya bingung. "Gue akui dia memang sangat tampan, kan dia kembaran gue. Gue saja cantik, so pasti kan dia juga harus ganteng." ujar Leonna cuek membuat Chella mencibir lucu. "Tapi sikapnya itu lho, buat gue gedeg. Pria sok kecakepan gitu, cool dari mananya? Dia so jual mahal," ejek Leonna. "Heh, dia pangeran gue. Jangan loe ejek seenaknya, Ona jelek." amuk Chella membuat Leonna terkikik geli. "Iya iya deh nyonya es batu," kekeh Leonna menyebalkan. "Sekarang diamlah, gue mau menikmati hembusan angin ini dalam tidur gue." ujar Chella kembali memakai kaca matanya dan berbaring terlentang di atas kursi malas. "Ya deh silahkan, free buat loe. Gue mau ke bawah dulu nyari Rian." Chella hanya menjawab dengan mengangkat sebelah tangannya. Leonna berjalan keluar kamar sambil membaca chat di dalam handphonenya. Karena tak fokus, ia tak sadar ada anak tangga. Leonna tersentak kaget dan hampir saja jatuh ke bawah tangga. "Woaaaaaaaaa!" pekiknya hampir jatuh ke bawah tangga, tetapi sepasang tangan kekar memegang pinggangnya hingga Leonna jatuh ke dalam pelukan sang penolong. Mata coklat Leonna bertemu dengan mata biru terang milik seseorang yang sangat tampan dan mempesona. Leonna sampai di buat lupa untuk berkedip. "Kamu gak apa-apa, kan De?" Tanya suara bass merdu itu. "Ah yah, aku tidak apa-apa kak Verrel," Leonna segera mundur saat Verrel melepas rengkuhannya. "Lain kali kalau jalan, jangan sambil mainin handphone. Nanti kamu bisa jatuh dan terluka," ucapnya dengan lembut. "Iya Kak, terima kasih yah kak Verrel." ujar Leonna tersenyum manis. "Sama-sama. Kebetulan sekali kamu di sini, kakak lagi nyari Percy atau Datan. Kira-kira kamu tau dimana kamar mereka?" "Ayo kak, aku antar ke kamar para pria," ujar Leonna dengan ceria membuat Verrel tersenyum manis. Keduanya berjalan berdampingan. "Kakak baru pertama kali yah kesini?" "Iya De, dulu pas pada liburan kesini. Kakak gak bisa ikut karena ada pekerjaan di luar kota, tapi untunglah sekarang Kakak free dan bisa ikut keluarga untuk liburan bersama," ujar Verrel membuat Leonna mengangguk paham. "bagaimana kuliah kamu? sudah semester berapa?" "Aku baru semester 4 Kak, dan kuliah aku lancar-lancar saja. Walau kadang bikin sebel karena dosen killer," celoteh Leonna dengan lucu membuat Verrel terkekeh mendengarnya. Tanpa Leonna sadari, Verrel terus melirik ke arah Leonna yang bercerita dengan ceria dan sangat antusias. "Kakak tau, aku dan Datan sering di hukum oleh dosen killer itu.” "Kok bisa? Pasti kalian bandel yah." ujar Verrel membuat Leonna terkikik. "Karena dosen killer. Setiap menjelaskan materi bawaannya malah ngantuk, yah jadi kita ketiduran di kelas atau kami berpura-pura ijin ke toilet, padahal diem di kantin atau ruang kesehatan.”kekehnya. "Tapi gak seru juga kalau masa SMA atau Kuliah kita tidak bandel. Kakak dan kak Percy juga dulu gitu pas waktu kuliah, yang selalu nolongin kami itu Rasya dan si kembar Randa Rindi kalau kami berbuat ulah." ujar Verrel membuat Leonna melirik Verrel yang juga tengah meliriknya. "begitulah, masa sekola memang masa yang bebas dan masa gila-gilaan." ujar Verrel memalingkan wajahnya seketika, berusaha menstabilkan degup jantungnya yang berdetak kencang. "Kakak bener." jawab Leonna antusias. "Woyyy Verrel," teriak Percy yang baru saja keluar dari kamar. "hai Leonna," Percy tersenyum manis ke arah Leonna. "Hai kak Percy," ujar Leonna tersenyum. "Bay the way, si kunyuk Datan kemana?" "Kamu kayak yang gak tau dia saja, paling juga lagi nyari mangsa di pantai." "Ck,, dasar little buaya kunyuk." cibir Leonna lucu dan membuat Verrel terkekeh melihatnya karena gemas. "Kenapa Kak?" Tanya Leonna heran. "Kamu lucu." Verrel mencubit pipi Leonna dengan gemas, membuat Leonna mengaduh pelan. Tak lama pintu kamar di dekat mereka terbuka dan menampakkan Leon bersama Vino. "Abanggg,," panggil Leonna antusias dan beranjak mendekati Vino, kegiatan itu tak lepas dari pandangan Verrel.  Leonna terlihat bermanja kepada Vino dan terus berceloteh, dan kegiatan itu tak lepas dari pandangan Verrel yang terus menatapnya. ©©© Leonna baru saja selesai mandi, Chella masih tertidur di kamarnya. Leonna memutuskan untuk berjalan-jalan sambil mencari Abangnya. Leonna berjalan menuruni tangga menuju dapur dan terlihat mama tersayangnya sedang membuat kue. "Mama lagi apa?" Tanyanya seraya meneguk air minum dan duduk di kursi bar di hadapan Thalita. "Bikin bolu kukus buat semua tamu," ujar Lita. "Mau aku bantu?" "Tidak perlu princes Leonna, karena Tante ada disini untuk membantu mama kamu." ujar Serli yang datang sambil membawa sesuatu. "Aku kira Mama sendiri," kekeh Leonna. "Ma, yang lain kemana? Abang kemana?" "Abang sama Leon di suruh Papa keluar, mungkin nanti sore baru datang." jawab Lita. "Oh gitu, ya sudah aku ke depan yah." Leonna beranjak dari tempatnya. “Dah tante,” tambahnya seraya melenggang pergi meninggalkan dapur dan berjalan menuju keluar villa. Saat keluar dari Vila, tak sengaja ia melihat sebuah sepeda bertengker manis di teras villa di sudut kiri. “Ada sepeda nih." "Kamu mau kemana, Delia?" pertanyaan itu membuat Leonna menengok ke sumber suara. "Eh kak Verrel, ini aku mau jalan-jalan Kak. Kakak mau nemenin?" "Boleh, tapi sepedanya cuma satu yah." Verrel celingak celinguk menyisir seluruh area disana. "Ini Kakak yang pake saja, aku di bonceng Kakak." ujar Leonna. "Oke, ayo naik." Verrel menaiki sepeda itu dan Leonna duduk menyamping di depan Verrel. Verrel mulai mengayuh sepeda itu dengan Leonna yang duduk di depannya. Ia mampu merasakan aroma vanilla dari tubuh Leonna. "Waaaahhh, sejuk sekali." teriak Leonna sangat antusias membuat Verrel tersenyum melihatnya. "Kak, ayo yang cepat mengayuhnya. Ayo Kak." "Siap, pegangan yang kuat yah De." kekeh Verrel. "Whuuuuuuu," Teriak keduanya saat melewati turunan. Leonna sampai melepas kedua tangannya dan terangkat ke udara. Angin mampu menerpa wajah ceria mereka berdua dan rambut mereka. Hingga Verrel kembali mengayuh sepeda dengan normal. "Kakak ternyata jago juga bawa sepedanya, Leonna selalu jatuh kalau pas di turunan setinggi itu." celotehnya membuat Verrel menatap wajah Leonna dari samping. "dulu juga pernah yah, pas Leonna lagi main sepeda sendiri-" Leonna terus bercerita dengan antusias, sedangkan Verrel tersenyum memperhatikan wajah Leonna yang terlihat sangat cantik dan bersinar. Bahkan Verrel tak mendengarkan lagi obrolan Leonna karena terlalu fokus menatap wajahnya dari dekat. Leonna memiliki tubuh yang ramping dan tinggi di atas rata-rata wanita walau masih lebih tinggi Verrel. Ia memiliki perawakan yang bagus dan bisa di katakan sexy. Matanya bulat dan hitam mirip sekali dengan Thalita sang mama. Selain itu Leonna juga memiliki hidung yang mancung dan kecil, bibir merahnya yang tipis. Wajahnya yang tirus dan rambut panjang bergelombangnya membuatnya terlihat sangat indah dan cantik. Padahal Leonna tak tampak memakai make up, wajahnya sangat polos. Tetapi itulah yang membuat Verrel begitu menyukai wanita di depannya ini. "Begitu deh Kak ceritanya, konyol kan." kekeh Leonna menyadarkan Verrel dari keterpakuannya. "Iya kamu bener," jawab Verrel walau ia tak mendengarkan apa yang Leonna katakana barusan. "Kak berhenti di depan sana," ujar Leonna membuat Verrel menghentikan sepedanya di pinggir jalan. "Ayo masuk ke hutan itu, Kak.” "Mau kemana, Delia? Itu bahaya lho," ujar Verrel. Mereka berada di pinggir jalan yang sepi, dan sudah sedikit menjauh dari pantai dan villa. Kini di kanan kiri mereka terdapat hutan kecil dengan pohon yang menjulang tinggi. "Ayoo Kak." Leonna menarik tangan Verrel masuk ke dalam hutan itu saat keduanya sudah turun dari sepeda. Leonna membawa Verrel menerobos masuk ke dalam hutan. "ayoo Kak, Kakak pasti bakalan kagum deh," Verrel hanya bisa mengikuti Leonna hingga mereka sampai di sebuah air terjun kecil dan sangat indah karena airnya begitu jernih. "Indah banget kan, Kak." ujar Leonna antusias. "Kamu tau ada tempat ini dari mana?" "Aku pernah kesini dulu sendirian, saat jalan-jalan. Niatnya iseng-iseng masuk hutan taunya nemu tempat ini. Ini air laut lho Kak," ujar Leonna "Lain kali jangan pergi sendiri, Delia. Bahaya lho, bagaimanapun juga ini adalah hutan." ujar Verrel sedikit khawatir. "Kakak tenang saja, Leonna gak takut sama apapun. Leonna hanya takut sama tuhan dan sama Papa." kekehnya membuat Verrel tersenyum. 'Kamu sungguh istimewa Delia.' batin Verrel menatap Leonna. "Kak, lihat ini kepongpongnya mau jadi kupu-kupu. Lihat Kak," ujarnya bergitu excited seraya menunjuk ke sebuah daun yang ada di salah satu pohon. Verrelpun berjalan mendekati Leonna dan ikut melihatnya. "Hp hp, aku harus ambil gambarnya." Leonna merogoh saku hotpantsnya mengambil handphone. Ia lalu memotret kepompong itu yang sudah terlihat membelah karena sang kupu kupu akan keluar. "Kakak, kupu-kupunya warna merah muda dengan bintik bintik hitam. Lucu banget, Kak." Leonna terlihat excited. Verrel tersenyum melihat ke antusiasan Leonna. Leonna benar-benar gadis yang periang. Tangannya terulur memegang tangan kanan Leonna dan membimbingnya mendekati kupu kupu itu. Ia menengadahkan tangan Leonna hingga kupu-kupu itu hinggap di ujung jari tengah Leonna. "Kak-" ucapan Leonna tertahan saking tegangnya karena takut kupu-kupunya terusik. Verrel melepaskan pegangannya pada tangan Leonna dan merogoh handphonenya yang ada di saku celana. Cekrek,,, Verrel memotret Leonna tepat saat kupu-kupu itu terbang dari tangan Leonna. "Yahhh kupu kupunya terbang." ujar Leonna menatap kupu-kupu itu. "Biarkan kupu-kupu itu mencari kehidupannya." "Dadah kupu kupu Cantik," teriak Leonna membuat Verrel mengusap kepalanya saking gemas. "Ayo kembali ke villa." ajak Verrel, "Jangan dulu, Kak." tahan Leonna. "Kenapa?" "Aku mau berenang disini." kekeh Leonna. "Disini?" Tanya Verrel sedikit kaget dan Leonna hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia lalu melepas sandal dan menyimpan handphonenya di atas batu yang ada disana. Iapun mulai menuruni sungai kecil itu. "Yeeeeee,,, Segerr banget, Kak." teriaknya dari bawah sana dan menciprat cipratkan air ke arah Verrel yang hanya menampilkan senyuman manisnya. "ayooo Kakak, kemari." "Tidak, aku baru saja selesai mandi." Leonna cemberut lucu. Cekrek,, Verrel kembali memotret Leonna yang terlihat lucu. Leonna terlihat kembali bermain air di bawah air terjun itu. Ia memilih duduk di pinggir sungai sambil memperhatikan Leonna yang terlihat antusias memainkan air sambil menciprat cipratkan air ke udara. Ia kembali memotret Leonna yang terlihat sangat cantik. "Aaww!" pekik Leonna membuat Verrel terpekik kaget. Verrel langsung menyimpan handphonenya dan langsung turun ke air tanpa melepas sandalnya. "Kamu kenapa De?" Tanya Verrel saat sudah berdiri di samping Leonna karena dalamnya hanya sebatas pinggang. "Kaki aku nginjak duri Kak," ringisnya. Verrel langsung mengangkat tubuh Leonna ala bridal style membuat Leonna terpekik kaget tetapi kedua tangannya langsung melingkar di leher Verrel. Mata hitam Leonna bertemu dengan mata biru milik Verrel yang tajam, keduanya saling bertatapan penuh arti. "Sshhhtt," ringis Leonna menyadarkan Verrel. Verrelpun segera membawa Leonna ke pinggir sungai dan mendudukannya disana. Ia menyentuh kaki putih mulus milik Leonna yang memakai gelang kaki berwarna hitam dan sangat kontras sekali dengan kulit putihnya. Terlihat ranting pohon kecil menusuk telapak kaki Leonna, Verrel mencabutnya dan meniupi telapak kaki Leonna yang sudah di angkat hingga berada tepat di depan wajah Verrel. Kegiatan Verrel itu berhasil membuat Leonna spechlees melihatnya. "Apa masih sakit?" Tanya Verrel dan Leonna menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Verrel menatap Leonna yang terlihat mengusap kedua lengannya karena dia hanya memakai t-shirt pendek dan hot pants biru.  Tanpa pikir panjang Verrel melepas kaos abunya yang sedikit basah lalu memakaikannya ke tubuh Leonna. "Pakai ini, supaya kamu tidak kedinginan." "Tapi Kakak jadi telanjang d**a," ujar Leonna sedikit tersipu saat melihat tubuh sixpack Verrel yang putih mulus tanpa luka, hanya ada beberapa bulu halus yang tumbuh di daerah d**a bidangnya. "Tenang saja, Kakak akan baik-baik saja." Verrel mengusap kepala Leonna saat sudah memakaikan kaos itu ke tubuhnya. "Ayo pulang." Verrel mengambil handphone Leonna dan juga miliknya, lalu memasukkannya ke dalam saku celana jeansnya. Setelah itu Verrel mengangkat tubuh Leonna ala bridal dengan menjinjing sandal Leonna. Leonna hanya terdiam saja menatap wajah Verrel yang terlihat fokus menatap ke depannya. Perasaan nyaman yang pertama kali hinggap di hati Leonna, ia tidak tau kalau Verrel akan sangat perhatian. Leonna tersadar dari lamunannya saat Verrel mendudukkannya di atas sepeda dan di susul dengan Verrel yang menaiki sepeda. Entah dorongan dari mana, Leonna memeluk perut Verrel dan menyandarkan kepalanya ke d**a telanjang Verrel saat Verrel sudah mengayuhkan sepedanya. Dan tindakan itu membuat Verrel tidak tenang, jantungnya berdetak sangat kencang, sampai sepedapun beberapa kali oleng saking gugupnya. Darahnya terasa berdesir hebat saat kulit mulus Leonna menyentuh tubuhnya yang juga tidak tertutup kain apapun. Verrel memang sudah pernah berpacaran sebelum sebelumnya, tetapi baru Leonna yang membuatnya seperti ini. Leonna adalah cinta pertamanya saat dirinya berumur 13 tahun dan saat itu Leonna berumur 8 tahun. Verrel memacari gadis lain untuk menghilangkan Leonna dari pikirannya, tetapi semakin lama perasaan itu semakin bertambah walau mereka jarang sekali bertemu. Hingga akhirnya Verrel memutuskan untuk tetap sendiri dan fokus pada karirnya. Saking nyamannya, Leonna sampai tertidur di pelukan Verrel saat mereka sampai di vila. Verrel menunduk dan melihat wajah Leonna yang terlelap dengan beberapa helai rambutnya yang menempel di wajah Leonna yang basah. Tangan Verrel terulur merapihkan anak rambut itu. "Cantik," gumamnya tersenyum melihat wajah tenang Leonna saat terlelap. Verrel tak ingin Leonna sampai terbangun, akhirnya dia kembali memangku tubuh Leonna memasuki villa. "Verrel," Panggil seseorang membuat Verrel menengok dan ternyata itu adalah Dhika yang tengah bersama Daniel dan Angga. “Om, aku dan Delia tadi habis jalan-jalan. Tetapi Leonna tertidur." ujar Verrel karena Dhika berjalan ke arahnya diikuti Daniel dan Angga. "Kenapa badan kalian basah? Dan kenapa kamu tidak pakai baju?" Tanya Dhika memicingkan matanya. "Leonna berenang di sungai, dan karena kedinginan aku pakaikan bajuku untuknya." "Biar Om yang bawa Leonna ke kamarnya," Dhika mengambil alih tubuh Leonna. Dhika berlalu pergi membawa Leonna ke kamarnya. "Jangan tegang, om Dhikamu itu memang sangat posesive pada princes satu-satunya itu." ujar Angga menepuk pundak Verrel ringan membuat Verrel terkekeh. "Kamu juga pergilah ke kamar dan ganti baju, nanti kamu masuk angin." perintah Daniel yang di angguki Verrel. ©©© Malam menjelang, Leonna dan Michella heboh melihat sunset di balkon kamar mereka. "Whoaaaaaaa, indah banget!" pekik keduanya sangat antusias. "Ona ayo kita selfie dulu," Michella mengeluarkan handphonenya dan berselfie bersama Leonna dengan berbagai pose alay mereka. "Mana gue liat, Chell." Leonna mengambil handphone Chella dan melihatnya. "keren keren, pokoknya share ke ig gue, okay." "Siap," ujar Chella. Keduanya kembali menatap ke depan, menatap keindahan sunset di depan mereka. "Kapan yah, gue bisa liat sunset sambil di peluk sama Leon dari belakang." gumam Chella membuat Leonna menengok ke arahnya. "Bhuahahahahahaaa," tawa Leonna meledak membuat Chella mengerucutkan bibirnya kesal. "Apanya yang lucu, Ona??" Tanya Chella kesal. "Khayalan loe,hahaha. Si Leon mana mau meluk meluk loe, si es batu mana bisa romantis." tawa Leonna semakin membuat Chella mencibir kesal. "Dasar nyebelin loe, ipar s***p dasar." ujar Chella kesal dan melenggang pergi meninggalkan Leonna yang masih tertawa. "Mau kemana loe, Lonja?" teriak Leonna karena Chella sudah sampai di ambang pintu kamar. "Cari Leon, buat minta di peluk, puas!" teriak Chella dengan kesal membuat Leonna terkekeh. "Semoga sukses," teriaknya dan melenggang pergi memasuki kamar mandi untuk melaksanakan kewajibannya pada tuhan. Chella berjalan dengan masih mendumel kesal menuruni tangga. Duk ,, Chella mengusap keningnya yang sakit karena baru saja membentur sesuatu. "Eh maaf maaf, Chell." ujar seseorang itu yang tak lain adalah Vino. "Sakit tidak?" "Sedikit Bang," ujar Chella masih mengusap keningnya. Vino mendekatkan wajahnya dan memeriksa kening Chella membuat Chella menengadahkan kepalanya dan pandangannya tertuju pada wajah tampan Vino. Ini pertama kalinya Chella berdekatan dengan jarak 5 cm dengan seorang pria. Dan itu berhasil membuat dirinya menjadi gugup dan darahnya berdesir saat Vino mengusap lembut keningnya. Ia bahkan tak sadar kalau dia tengah menahan nafasnya. Seketika Chella melangkah mundur menjauhi Vino membuat Vino mengernyitkan dahinya. Keduanya mendadak di landa kecanggungan yang sangat hebat. "Maaf Chel, aku tadi cuma-" "Sudahlah Bang, aku duluan yah." Chella buru-buru kabur meninggalkan Vino sendiri. Vino terus menatap Chella yang berlalu pergi tanpa menengok lagi, Vino tersenyum sendiri melihat tingkahnya yang mendadak salting. Pesona Chella membuatnya tak berkutik. "Abang!" teriak seseorang. "Aduh," Vino tersadar saat teriakan seseorang hampir memecahkan gendang telinganya. "Hahaha," Leonna tertawa melihat Vino yang merengut dan mengusap telinganya. "Apaan sih Leonna, teriak teriak. Sakit nih telinga Abang." ujarnya merengut. "Hehe peace Abangku sayang," ujar Leonna mengangkat dua jarinya telunjuk dan jari tengah sambil nyengir lebar.  "habis dari tadi di panggil gak nyaut nyaut malah senyum senyum gak jelas. Abang kesambet yah," Leonna menyentuh kening Vino lalu menyentuh keningnya sendiri seakan membandingkan. “Normal,” "Kening kamu tuh yang panas, sudah ah abang mau ke belakang dulu." Ujar Vino, "Eh Abang tunggu," Leonna menahan lengan Vino. "Ada apa?" Tanya Vino kesal. "Ciee ngambek," kekehnya menggoda Vino, "senyum dulu dong, liatin lesung pipitnya." ujar Leonna mencubit kedua pipi Vino. "Gak mau," ujar Vino masih cemberut. "Beneran marah yah," ujar Leonna melepas cubitannya. "maaf," ujarnya dengan manja seraya menjewer kedua telinganya sendiri dan mengangkat sebelah kakinya. Akhirnya Vinopun tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya. "Iya abang maafin, mana mungkin Abang ngambek lama lama sama Princesnya Abang," ujar Vino mengusap kepala Lonna dengan sayang membuat Leonna tersenyum senang dan melepas jewerannya seraya menurunkan sebelah kakinya kembali. ©©©    Chella tengah duduk di bibir pantai dimana di belakangnya para orangtua sedang berkumpul. Di sampingnya ada Randa Rindi, Rasya dan Pretty sedang berbincang bincang. Pandangan Chella tertuju pada Leon yang sedang bermain dengan Adrian dan Datan. "Anak mami kenapa hanya diam saja?" Tanya Elza yang duduk di samping Chella. Ia hanya tersenyum kecil ke arah Elza. "Tidak apa-apa, Mam." "Pasti lagi merhatiin Leon yah," ujar Elza sesuai tebakan dan itu membuat Chella tersipu. "Mami kok tau sih?" Tanya Chella malu-malu. "Karena aku ini Mami kamu, ibu mana yang gak tau isi hati anaknya," ujar Elza membuat Chella memeluk Mami tersayangnya.   Walau Elza bisa di bilang ibu paling galak di antara yang lain, tetapi Chella tau kalau Elza sangat menyayangi keluarganya. "Leon bagaikan bintang di langit, yang hanya bisa ku pandangi sinar indahnya tanpa bisa ku gapai, Mam." ujar Chella membuat Elza mengelus lengan putri semata wayangnya. "Semuanya butuh waktu sayang, percayalah. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bagaimana kita berusaha untuk menggapainya.” "Mungkinkah itu?" gumam Chella masih menatap Leon. "Mungkin saja sayang, karena ada tuhan yang akan mengabulkan segala permintaan kita." Chella semakin memeluk tubuh Elza dan tersenyum senang. Pelukan ibunya memang yang paling ampuh untuk menenangkan hatinya. Tak lama Leonna datang dan tanpa aba-aba ia langsung berlari ke arah lautan menerjang ombak dengan ceria. "Leonna jangan terlalu mendekati ombak," teriak Lita khawatir. "Anak loe memang aktif banget, gak ada capenya tuh anak lari-lari," ujar Angga menggelengkan kepalanya melihat tingkah Leonna yang berlarian menerjang ombak dengan kaki polosnya. "Dia benar-benar kayak ikan, excited banget lihat air." ujar Okta. "Iya karena Lita dulu ngidamnya dandanin loe, Gator. Ya jadi nurun kan ke Leonna seneng main di air kayak loe." ujar Dhika. "Noh si Datan juga sama aja kayak si Leonna seneng main air," ujar Seno saat melihat Datan yang malah berenang menabrak ombak. "Datan sih jangan di tanya, dia kan beneran titisan sang penghuni rawa rawa." kekeh Angga. "Dasar loa loa gendeng," cibir Okta. "Kalian sudah tua juga masih saja saling ejek." Ratu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Usia memang tak mampu mengubah seseorang. Kini semua anak anak mereka tengah bermain air, dan saling kejar mengejar satu sama lain. Leon hanya mengajak main Adrian, Verrel mengikuti Leonna yang terus berjalan ke ombak yang lebih besar. "Delia awas!" Pekik Verrel membuat para orangtua menengok, Dhika bahkan sudah berdiri dari duduknya. Anak-anak yang lain melihat ke arah Leonna yang hampir terlilit ombak besar. Verrel langsung menerjang dan memeluk tubuh Leonna saat ombak besar menyambar mereka berdua dan menggulung tubuh keduanya. Dhika sudah hendak maju bersama Vino dan Leon karena Verrel dan Leonna belum nampak juga. Hingga tak lama, tubuh Verrel dan Leonna berguling ke arah pantai dengan pandangan keduanya yang terkunci. Tubuh mereka sudah penuh dengan pasir pantai dan basah kuyup. Verrel menghentikan gulingannya dengan Leonna berada di atas tubuhnya. Keduanya bertatapan cukup lama, Leonna seakan terhipnotis dengan mata biru yang menenangkan itu. "Leonna," Leonna tersadar begitupun juga dengan Verrel saat mendengar suara sang papa. Leonna segera berdiri dari atas tubuh Verrel diikuti dengan Verrel. "kamu ini kayak anak kecil saja, bahaya Leonna menerjang ombak sebesar itu!" ujar Dhika kesal. "Maaf Papa," Leonna menjewer kedua telinganya dan mengangkat sebelah kakinya. "Ya sudah, sekarang cepat bersihkan tubuh kamu. Sebentar lagi kita akan makan malam bersama." ujar Dhika akhirnya luluh juga melihat wajah menggemaskan Leonna, ia hanya mengusap kepala Leonna. Dhika memang sangat posesive pada anak perempuan satu satunya itu, apa lagi sikap Leonna yang sangat aktif dan senang menguji adrenalinnya membuat Dhika semakin ektra untuk menjaganya. Bukan hanya Dhika, tetapi juga Vino dan Leon yang begitu menjaga adik perempuan mereka. "Kalau gitu Leonna masuk," ujar Leonna. "Kak Verrel, makasih yah." ujar Leonna tersenyum dan berlalu pergi meninggalkan mereka semua. "Verrel terima kasih, anak itu memang begitu kekanakan." keluh Dhika. "Sama sama Om." ujar Verrel, "Sekarang pergilah ganti bajumu juga," ujar Dhika yang di angguki Verrel. "Lita, sepertinya kita memang akan menjadi besan." bisik Serli membuat Lita terkekeh. "Leonna masih kecil, Ser. Bahkan Dhika masih memperlakukan dia layaknya anak berumur 10 tahun," ujar Lita. "Umur 20 sudah cukup kok buat nikah, loe gak liat apa tadi tatapan mereka. Mereka so sweet banget, ngingetin gue dulu waktu pertama kali ketemu Daniel," bisik Serli karena takut Daniel yang duduk di sampingnya mendengar. Thalita terkekeh mendengar ucapan Serli. "Entahlah, untuk menikahkan Leonna kayaknya Verrel harus menghadapi tiga bodyguard Leonna dulu deh. Terutama Papanya," bisik Lita "Urusan kak Dhika, biar Daniel yang bujuk atau suruh si gator yang bujuk. Paling kak Dhika lelah kalau Gator sudah minta sesuatu," ujar Serli membuat Lita terkekeh dan mengangguk setuju. "Bisik bisik apaan sih, kok gue gak di ajak." Tanya Irene. "Ssstt, ini urusan sesama besan." ujar Serli. "OMG, kaliannn?" pekik Irene heboh dan tetap tak berubah. "Astaga kaleng rombeng, sudah jadi nenek nenek peot juga tuh suara masih saja ngalahin mpok Nuri. Melengking," ejek Okta. "Dasar buaya aki aki, sesama udah peot jangan saling menghujat." jawabnya membuat yang lain terkekeh. "Badan gue boleh tua, tapi jiwa gue masih jiwa muda. Iyakan Nela saying." ujar Okta mengedipkan sebelah matanya kearah sang istri. "Dasar aki aki genit," celetuk Chacha membuat yang lain tertawa. ©©©
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD