Episode 3

2890 Words
Pagi sekali, Michella sudah duduk di bibir pantai dengan menatap ke hamparan langit luas yang masih gelap karena matahari belum mulai menunjukkan wujudnya. "Sendirian saja?" Chella tersentak mendengar suara bass itu, ia menengok ke sumber suara tepat di belakangnya. "Bang Vino," "Kenapa keluar pagi sekali?" Tanya Vino "Aku ingin melihat sunrice Bang, pasti indah banget." ujarnya tersenyum membuat Vino terpaku melihat senyuman Michella. Chella memiliki senyuman yang sangat manis, wajahnya begitu ayu dengan kulit coklatnya. Hidungnya mancung dan bibirnya berisi, keistimewahan Chella adalah Chella memiliki mata abu yang cerah dan senyumannya yang sangat memukau. Kulit coklatnya sangat eksotic. Vino merebahkan tubuhnya di atas pasir lembut itu membuat Chella mengernyitkan dahinya. "Posisi seperti ini untuk melihat sunrice lebih nyaman Chell." Chella sempat ragu tetapi akhirnya mengikuti Vino merebahkan tubuhnya di atas pasir tepat di samping Vino. "Saat langit berwarna seperti ini sangat indah terlihat di atas langit." "Abang pasti seru yah hampir tiap hari terbang terus," ujar Chella melirik Vino membuatnya terkekeh. "Lumayan menyenangkan, terkadang semua beban hilang saat di atas sana. Tapi tanggung jawab baru datang, karena harus memastikan keselamatan banyak orang di dalam pesawat." "Aku pernah beberapa kali naik pesawatl, rasanya menyenangkan Bang. Kita bisa lihat awan dengan jarang yang sangat dekat. Apalagi saat malam lebih indah." ujar Chella. "Kamu benar, saat malam saat yang paling indah." ujar Vino. Dan mengalirlah pembicaraan mereka mengenai berbagai hal. Dan sedikit candaan yang membuat mereka tertawa bersama. Dari atas balkon kamar, Leonna juga sedang berdiri menatap ke depan untuk menyaksikan sunrice yang indah. Tapi seketika pandangannya jatuh ke dua orang yang tengah bercanda sambil merebahkan tubuh mereka di atas pasir pantai. "Abang," gumamnya menajamkan penglihatannya karena bagaimanapun langit masih gelap. Ia berlari ke dalam kamar dan mengambil teleskop berukuran sedang yang sering dia gunakan untuk melihat bintang dari balkon kamarnya. Leonna mengarahkan teleskop itu ke arah Vino. Deg "Chella." gumam Leonna kaget melihat Chella dan Vino yang tengah bercanda seperti itu. Bahkan orang lain yang melihatnya akan menyangka mereka itu berpacaran. Leonna menurunkan kembali teleskop dari matanya dan menunduk sedih melihat pemandangan itu. 'Oh ayolah Leonna, kamu bukan gadis cengeng dan jangan langsung menyimpulkan apa yang kamu lihat. Siapa tau mereka memang kebetulan bersama.' batin Leonna. "Kenapa Chella tak melihat sunrice disini bersamaku," gumamnya.  'Jangan dulu menyimpulkan yang belum jelas Leonna. Ayolah semangat, kamu bukan gadis lemah.' "Benar, siapa tau mereka hanya kebetulan bertemu." ujar Leonna menghibur dirinya sendiri sambil mengusap matanya yang berair. "positive thingking Leonna, positive positive positive." Gumamnya memukul pelan kepalanya sendiri. Leonna memilih menatap ke depan karena sang surya sudah mulai menunjukkan wujudnya. "indah." ©©© Setelah sarapan, mereka semua pergi menuju ke sebuah perkampungan menggunakan mobil jeef untuk membagikan sumbangan yang sudah di siapkan. Leonna bahkan membawa camera digitalnya untuk dia abadikan momentnya. Leonna berdiri di mobil paling depan bersama Chella saat angin menerjang wajah dan rambut mereka, dengan sopir sang papa Dhika dan Lita duduk di samping Dhika. Verrel yang berada di mobil kedua belakang mobil Leonna, duduk bersama Datan dan Percy. Pandangan Verrel terus mengarah ke arah Leonna di depannya yang begitu excited. Entah kenapa, semua yang ada di diri Leonna begitu memukau bagi Verrel. Entah tingkah kekanak kanakannya, keceriaannya, cerewetnya, kenekatannya, wajahnya apalagi. Semua yang ada di diri Leonna begitu di sukai Verrel. Mengingat hal itu Verrel hanya bisa tersenyum sendiri memikirkan tingkahnya yang seperti abg labil yang sedang jatuh cinta. "Kenapa senyum senyum?" Tanya Percy yang duduk di sampingnya. "Tidak apa-apa, gue lagi seneng saja," kekeh Verrel. "Wah, sepertinya bang Verrel kesambet nih, senyum senyum gak jelas udah kayak iklan pasta gigi," celetuk Datan. "Nggak Datan, gue gak apa-apa. Gue hanya tengah mengingat kejadian lucu," ujar Verrel tetap menatap ke arah Leonna. "Dari arah pandangnya sih kayaknya ke penumpang depan tuh. Entah yang kiri atau kanan." celetuk Percy membuat Verrel terkekeh renyah. "So tau loe," ujar Verrel dan kini mengalihkan pandangannya ke layar handphonenya. "Verrel, katanya kemarin kamu dapat tender besar yah," Tanya Okta yang tengah menyetir mobil. "Iya Om, alhamdulillah aku dapet tender besar. Mungkin minggu depan aku akan ke Korea." ujar Verrel. "Wihhh,, ikut dong Kak. Pasti cewek korea pada lucu lucu dan cantik," ujar Datan dengan semangat. "Gue sebulan disana, Datan. Loe yakin mau ikut?" Tanya Verrel, "Dad, Datan boleh yah bolos ngampus sebulan," ujar Datan. "Iya boleh, tapi pulangnya langsung pindah kamar ke kandang si Conel seterusnya yah." ujar Okta membuat Verrel dan Percy tertawa. "Ya elah Dad, gue kan juga butuh hiburan," keluh Datan. "Sudah sering kamu liburan Datan, fokus kuliah biar cepet jadi dokter," ujar Okta. "Iya sayang, kamu harus fokus kuliah. Jadi dokter gak mudah lho Sayang, apalagi kalau kamu banyak bolos." ujar Chacha, "Oke oke Mom," ujar Datan akhirnya. "Tenang Datan, nanti gue bawa oleh oleh cewek asli Korea buat loe." "Kayak kak Randa Rindi boleh juga Kak, cantik." ujar Datan santai, "Deketin Rindi saja, dia kan jomblo." goda Verrel dan Percy langsung menonjok pelan lengan Verrel membuat Datan dan Verrel terkekeh. ©©© Tak lama merekapun sampai di perkampungan itu. Brotherhood family di sambut hangat oleh kepala desa disana. Bahkan warga sudah berkumpul di lapangan yang sudah di bangun sebuah tenda. Dhika juga datang kesini untuk sebuah program di rumah sakit miliknya. Di sana di buka tenda kesehatan gratis untuk para warga yang akan di periksa oleh Lita, Angga, Dhika dan Chacha. Yang lainnya membantu membagikan bingkisan ke para warga. Leonna sibuk mengambil gambar mereka yang terlihat begitu antusias. Verrel terus mencuri pandang ke arah Leonna seakan tak ingin Leonna terlepas dari jangkauannya. Dan pemandangan itu tak lepas dari tatapan sang bunda, Serli tersenyum melihat Verrel yang terus melirik Leonna.  "Ayah, lihat putra kita. Dia sedang jatuh cinta." bisik Serli membuat Daniel melihat arah pandang Verrel. "Bunda benar, sepertinya kita harus lamarkan Leonna untuk Verrel." ujar Daniel yang di angguki Serli dengan antusias. Bruk Seorang anak kecil yang berlari ke arah tenda terjatuh dan menangis. Leonna segera berlari ke arah anak itu dan menolong gadis kecil itu untuk bangun. "hikz," isak anak itu, karena lututnya berdarah. "Kaki kamu sakit yah, ayo ikut Kakak," Leonna membawa anak itu ke tenda dan membantunya untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana. Leonna mengambil satu botol aqua dan alat p3k yang ada disana. "tahan yah De, ini akan terasa perih." Ucapnya seraya membersihkan luka itu dengan air lalu memakai alcohol dan ditutupi dengan plaster bergambar. "sudah selesai, apa masih sakit?" Tanya Leonna membuat anak itu menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu jangan nangis lagi yah." Leonna menghapus air mata anak itu. 'Dia benar-benar gadis yang sangat istimewa, ya tuhan aku bisa mati karena perasaan ini.' batin Verrel tersenyum melihat sikap Leonna. "Verrel jangan melamun," tepukan Daniel menyadarkannya. "Iya, Yah." kekeh Verrel, "Tenang, Leonna gak akan kabur." bisik Daniel membuat Verrel malu sendiri. Tak jauh berbeda dengan Vino yang tengah membantu membawakan barang yang sedang di bawa Chella padahal barang itu tak berat. "sama aku saja, Bang." "Tidak Chell, biar aku saja." ujar Vino tersenyum manis. "Baiklah, kita berdua saja yang bawa," Chella membantu Vino menurunkan barang dari mobil. Vino dan Chella sesekali bercanda, mereka terlihat sudah mulai akrab satu sama lain. Cekrek,, Leonna memotret Verrel yang tengah menyerahkan bingkisan ke salah satu nenek. "Kenapa di foto?" Tanya Verrel saat nenek itu sudah pergi. Leonna hanya tersenyum seraya mengedikkan bahunya, dan seketika pandangannya terarah ke arah luar tenda dimana mobil terparkir. Disana Chella dan Vino terlihat tengah bercanda bersama. Ada rasa cemburu di hati Leonna melihat kedekatan mereka. Verrel yang heran melihat perubahan raut wajah Leonna, iapun melihat arah pandang Leonna. Verrel sedikit mengernyitkan dahinya, kenapa Leonna menjadi murung karena melihat kakaknya bersama Michella. "Hei, ada apa?" Verrel memegang pundak Leonna membuatnya tersentak, Leonna menengok kearahnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Eh kenapa Kak?" Tanyanya segera mengubah raut sedihnya dan tersenyum manis walau Verrel tetap mampu mengetahui kesedihannya. "Ke sana yuk," Verrel menarik tangan Leonna seakan ingin Leonna tak melihat lagi apa yang membuatnya sedih. Verrel membawa Leonna ke sebuah pohon jambu yang terlihat sudah berwarna merah dan begitu menggiurkan. "Buahnya lebat banget Kak, sepertinya enak." ujar Leonna antusias. "Sebentar, aku minta ijin dulu pemiliknya," Verrel berlalu pergi menuju rumah yang ada di samping pohon itu. Dan tak lama Verrelpun kembali. "kamu tunggu yah, biar aku yang naik." "Siap Kak," ujar Leonna. Verrel melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Leonna walau terlihat kebesaran. Leonna hanya mengernyitkan dahinya sedangkan Verrel mengusap kepala Leonna diiringi senyuman kecilnya. "tunggu yah," Verrel melepas sandalnya dan mulai menaiki pohon. "Kak Verrel." panggil Leonna membuat Verrel menengok ke arahnya. Cekrek,, Leonna memotret Verrel yang sedang memanjat pohon. "bagus Kak, mirip tarzan." Kekehnya. Verrel hanya tersenyum kecil dan kembali memanjat pohon itu. "Kak lemparin yah, Leonna akan tangkap." teriak Leonna dan Verrel hanya mengacungkan jempolnya. Tak lama pemilik pohon keluar dengan memberikan kantong keresek ke Leonna. "Siap tangkap?" teriak Verrel, "Siap Kak." teriak Leonna antusias, ia bahkan meloncat-loncat di bawah sana. "ayo Kak lempar, harus masuk kantong kresek yah."          "Siap," Verrel mulai melemparkan jambu itu hingga masuk ke dalam kantung kresek. "pindah ke kanan dikit, De." teriak Verrel dan Leonna menurutinya. "Ayo Kak lempar lagi," Setelah merasa cukup, Verrelpun menuruni pohon.  "Banyak gak?" Tanyanya saat sudah turun dari pohon. "Banyak Kak," ujar Leonna. Keduanya duduk untuk menikmati jambu itu sambil beristirahat. Leonna mengambil satu buah jambu dan membersihkannya menggunakan tissue yang ia bawa di tas kecilnya. "ini buat Kakak," Leonna menyodorkan jambu merah itu ke Verrel membuat Verrel mematung melihat perhatian Leonna. Verrel menerimanya dan masih belum memakannya, pandangannya masih setia menatap wajah cantik milik Leonna yang begitu dekat di sampingnya. "Emmm, manis Kakak." ujar Leonna menikmati jambu itu dengan lahap dan Verrel begitu menyukai pemandangan indah di depannya ini. "kenapa gak dimakan, Kak? Ini enak lho." ujar Leonna membuat Verrel tersenyum dan memakannya. "Delia," Panggil Verrel membuat Leonna menengok ke arahnya, tetapi Verrel hanya menatapnya saja sambil tersenyum manis membuat Leonna mengernyitkan dahinya bingung. “Ada apa Kak?” Tanya Leonna mengerjapkan matanya lucu. "Tidak ada, begitu saja." Verrel tersenyum membuat Leonna semakin bingung. "jangan mengernyit sekeras itu, nanti keriput lho." kekeh Verrel mengusap kening Leonna lembut membuat Leonna terkekeh. "Bagiin ini ke yang lain yuk, Kak." ajak Leonna yang di angguki Verrel. Keduanya berjalan beriringan menuju ke tenda kesehatan. "Abang,," panggil Leonna berlari menghampiri Vino. Verrel hanya berdiri di tempatnya menatap interaksi mereka berdua.  "Abang cobain jambu ini enak lho." Leonna menyuapkan jambu ke mulut Vino di depan Verrel. "enakkan Bang?" "Iya enak, kamu dapet dari mana? Kamu gak manjat kan?" Tanya Vino terlihat khawatir membuat Leonna terkekeh. "Nggak Abang, Leonna gak manjat." Verrel merasa kurang suka melihat keakraban Vino dan Leonna. Ia sadar kalau kedekatan Leonna dan Vino berbeda dengan kedekatan Leonna dengan Leon atau Adrian. Leonna terlihat merangkul lengan Vino dan mengajaknya untuk berfoto bersama membuat Verrel berlalu pergi meninggalkan mereka berdua. ©©© Sore itu, semuanya minus para orangtua tengah bermain di bibir pantai. Semuanya tengah bermain air.  Leonna dengan jahilnya meloncat ke punggung Vino membuatnya kaget tetapi tidak membuat Vino terjatuh. "Ayo Bang lari. Leon ngejar," teriaknya membuat Vino terkekeh. "Ona jelek, awas loe yah." Leon melempar pasir yang sudah di bentuk bulat ke arah Leonna. "Aaaaaa," teriak Leonna tetapi Vino menghalanginya hingga lemparan Leon mengenai tubuh Vino. "Gak kena wleeeeee, es batu jelek." ledek Leonna, "Kalian berdua benar-benar yah," kekeh Vino melihat kedua adik kembarnya yang tidak pernah akur. "Lari Bang, Leonn ngejarr." teriak Leonna mengalungkan tangannya di leher Vino membuat Vino berlari menghindari Leon yang masih melempari mereka. Verrel hanya berdiri tak jauh dari mereka, hanya memperhatikan Leonna dan Vino. "Nggak ikutan?" Tanya Randa menyenggol bahu Verrel. "Nggak, lagi gak mood." Jawab Verrel, "loe sendiri kenapa gak mau ikutan main?" Tanya Verrel menengok ke arah Randa yang terlihat memakai kaca mata hitamnya. "Takut kulit gue gosong," ujar Randa. "ck, manja." ujar Verrel membuat Randa mencibir. "si Percy mana?" "Lagi mojok kali," ujar Randa cuek. Verrel kembali melihat ke arah Leonna yang di serang Leon dan Datan. Leonna terlihat terus menyembunyikan dirinya di belakang tubuh Vino. "Loe menyukainya?" Tanya Randa membuat Verrel menengok kearahnya. "Siapa?" "Ya itu, anaknya om Dhika." ujar Randa, "So tau." "Habis dari kemarin gue perhatiin tatapan loe ke dia tuh beda." ujar Randa. "Beda gimana? Perasaan sama aja ah." Kilah Verrel, "Gue kenal loe dari orok, Rel. Gue tau mana tatapan biasa saja dan nggak biasa." "So tau," Verrel hendak beranjak pergi. "Mau kemana loe?" Tanya Randa. "Nyari ikan hiu, mau ikut?" ujar Verrel dingin. "Idih galak amat," ujar Randa, “Titip pesan saja kalau ketemu ikan hiu, biar makan loe.” Tambahnya diiringi kekehannya membuat Verrel mencibir dan berlalu pergi. Verrel lebih memilih menaiki karang dan duduk di atas karang sambil menatap lautan luas di depannya. Pikirannya melayang membayangkan saat saat kemarin dia bersama Leonna dan juga kedekatan Vino dan Leonna. "Kenapa gue jadi kayak gini? harusnya gue cuek saja, toh mereka adik kakak," ©©© Satu jam sudah berlalu dan semuanya kini melakukan permainan parasailing. Awalnya Percy dan Rindi lebih dulu, di susul Datan bersama Adrian, Leon hanya diam saja di atas perahu. Hingga Leonna hendak mengajak Vino untuk ikut menaiki parasailing tetapi langkahnya terhenti. "Chell, ayo naik parasailing." Ajak Vino, "Nggak Bang, aku takut ketinggian." ujar Chella. "Kamu tenang saja, abang akan jagain kamu." Vino menarik tangan Chella untuk melakukan permainan parasailing. Leonna berdiri tak jauh dari mereka dan hanya bisa melihat sendu ke arah mereka berdua. Bahkan Vino terlihat memakai peralatan parasailing dan membantu memasangkannya di tubuh Chella. Chella terlihat santai saja, karena dia pikir ini tak menyakiti hati Leonna. "siap?" Tanya Vino, "Takut Abang," ujar Chella. "Tenang, Abang kan seorang pilot. Abang akan membawa kamu terbang dengan sebaik mungkin." ujar Vino diiringi senyuman menggodanya membuat Chella terkekeh. “Abang akan menjaga kamu,” Vino dan Chellapun mulai melakukan parasailing di bantu petugas yang ada disana. "Aaaaaaaaaa," teriak Chella memejamkan matanya saat mereka sudah naik ke udara. "Buka mata kamu, Chell. Ini sangat indah," bisik Vino yang berada tepat di belakang tubuh Chella. "Ini sudah di atas?" Tanya Chella mengintip sedikit. "Iya sudah di atas, rasain saja hembusan anginnya. Ini indah Chell." "Waaaaw, indah banget Bang." ujar Chella antusias saat melihat ke bawahnya dimana hamparan laut biru membentang indah. Vino memegang kedua tangan Chella dan merentangkan tangan mereka. "Kita terbang Chell." bisik Vino, "Whuuuuuuuuuu!" Chella berteriak bahagia. Leonna masih mematung di atas perahu, tatapannya masih terarah melihat ke arah Vino dan Chella dengan tatapan sendu, ia merasa cemburu pada Chella. Di atas perahu juga ada Verrel dan Leon yang tidak ikut permainan parasailing. Leon berjalan mendekati Leonna dan menoel hidung mancung Leonna. "Ada apa?" Tanya Leon yang mampu merasakan kegundahan hati kembarannya itu. Leonna menggelengkan kepalanya dan hendak beranjak tetapi di tahan Leon. "Gue bisa ngerasain apa yang loe rasain, Ona." ujar Leon mengusap kepala Leonna. "Gue gak apa-apa, udah ah gue mau flying fish." ujar Leonna membuka kaosnya di depan Leon dan Verrel hingga memperlihatkan tangtop hitamnya. Leonna langsung memakai kaca mata menyelamnya berwarna bening.  "Dadah Leon." Byurr Leonna menceburkan tubuhnya ke dalam lautan sendiri. "Astaga Ona, tunggu gue," teriak Leon khawatir dan hendak membuka kaosnya tetapi di tahan oleh Verrel. "Biar Kakak saja, kamu perhatiin saja yang lain." ujar Verrel, "Iya kak, titip Ona yah. Dia benar-benar aktif," ujar Leon membuat Verrel tersenyum. "Kamu tenang saja," Verrel menarik kaosnya ke atas melewati kepalanya dan memakai kaca mata menyelamnya. Byur Verrel meloncat ke dalam lautan dan berenang ke dasar lautan yang tak terlalu dalam karena ini bukan bagian tengah laut. Mungkin hanya berjarang 10 meter dalamnya. Ia celingak celinguk mencari keberadaan Leonna yang tak terlihat sama sekali. Verrel terus menyelam mencari keberadaan Leonna hingga seseorang datang dari belakangnya dan menyenggol pundak Verrel membuatnya menengok dan ternyata Leonna tepat berada di sampingnya dengan menunjukkan kedua tangannya yang di katupkan. Leonna membuka katupan kedua tangannya di hadapan verrel dan seekor ikan kecil berwarna merah biru keluar dari tangannya dan berenang menjauhi mereka. Leonna menarik tangan Verrel untuk berenang bersama ke bagian lain hingga mereka berhenti berenang saat segerombolan ikan cantik berukuran sedang menerjang mereka berdua.  Keduanya berdiam diri di tempat dengan saling berhadapan dan saling memandang satu sama lain dengan kekehan mereka karena merasa kagum melihat puluhan ikan mengelilingi mereka.  Leonna kembali menarik Verrel untuk berenang ke dasar laut mengintip binatang kecil yang bersembunyi di balik karang atau tumbuhan. Leonna terlihat begitu antusias memperhatikan binatang binatang itu. Hingga setelah cukup lama, mereka berduapun berenang ke permukaan. Dengan masih saling berhadapan dengan jarak yang dekat. Leonna mengangkat kaca matanya hingga berada di atas kepalanya. "Tadi itu keren Kak, banyak banget ikannya," kekehnya. "Sayangnya gak bawa camera," ujar Verrel yang di angguki Leonna. "Ona, cepet naik. Udah sore," teriak Leon dari atas perahu dengan sudah lengkap ada yang lain. "Sepertinya mereka semua sudah kembali" ujar Verrel yang di angguki Leonna. Leonna dan Verrel berenang bersama ke arah perahu dan menaiki perahu di bantu Leon dan Vino.  Leon langsung saja melilitkan jaketnya ke tubuh Leonna yang hanya memakai tangtop. "jangan berenang hanya memakai pakaian yang kayak gini lagi," ujar Leon yang mirip Dhika sangat possessive. "Iya es batu," ujar Leonna merapihkan jaket Leon untuk dia pakai walau kebesaran. "Onaa, tadi di atas itu sumpah yah keren banget." ujar Chella dengan antusias. "Bukannya loe takut ketinggian?" tanya Leonna, "Iya memang, tapi serius tadi itu menakjubkan banget Onaa." Ujarnya begitu antusias. "Katro nih si Lonja, baru naik parasailing saja udah heboh setengah mati. Gimana kalau naik helicopter,” ejek Datan membuat yang lain terkekeh. "Syirik aja loe kunyuk," cibir Chella dan itu membuat Vino terkekeh melihatnya karena sangat lucu menurutnya. ©©©  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD