Episode 4

2501 Words
Sore ini para Father bertanding volly bersama para anak di bibir pantai. Team Father ada Dhika, Okta, Angga, Daniel, Seno dan Jack. Sedangkan team son ada Leon, Datan, Vino, Verrel, Percy dan Adrian. Dengan Edwin yang menjadi wasitnya. "Daddy awas lho asam uratnya kambuh," teriak Datan membuat yang lain terkekeh. "Dasar anak durhaka, doain Daddy yang gak bener." ujar Okta, "Bukan Dad, Datan cuma mengingatkan. Datan kan sayang sama Daddy," kekehnya. "Tenang saja Datan, Daddy masih kuat dan perkasa. Genjatan senjata aja sama mommy kamu masih kuat." ujar Okta asal. "Itu mulut, jaga kenapa." tegur Daniel. "Hehe, maklum lidah tak bertulang," kekeh Okta dengan santai. "Memang genjatan senjata itu apa, Dad?" Tanya Adrian. "Ahh dasar gator pe'a, anak gue jadi terkontaminasi kan." ujar Dhika. "Oke semuanya siap di tempat masing-masing, kita mulai." ujar Edwin dan semuanya siap di tempat masing-masing. "Dad, jangan nangis yah kalau kalah," teriak Datan membuat semuanya terkekeh. "Nela, loe gak pusing ngadepin anak sama bapak model begitu." kekeh Dewi. "Sudah biasa Kak, paling ngusap d**a saja. Aku udah kayak ngurusin dua bocah," kekeh Chacha. Permainan vollypun di mulai dengan heboh, para anak perempuan menyemangati team Son dan para istri menyemangati team Father. "Ayoooo semangat team Son," teriak para anak perempuan. "Team Father jangan mau kalah sama yang mudaa." teriak para istri heboh. "Crocodile ayoooo semangattt," teriak Chacha. "Mom, kenapa Datan gak di dukung???" teriak Datan tak terima. "Diem kamu little crocodile, Nela hanya akan selalu membela Crocodile." teriak Okta membuat Datan mencibir. "Gator, pukul bolanya yang keras." teriak Jack, "Tenang, jangan remehkan kekuatan sang raja buaya." ujar Okta dengan bangga. Plak … Bola mengapung ke atas hingga tinggi tetapi tak melewati ring, membuat semuanya tertawa puas. "segitu aja kekuatan raja buaya, Om?" Tanya Verrel meledek. "Itu barusan kesalahan teknis Verrel, belum terkumpul kekuatannya." ujar Okta mengeles. "Alah gator, loe ngeles aja. Bilang aja loe udah tuwir jadi kagak kuat." celetuk Angga. "Kayak loe gak tuwir aja, Loa loa. Sesama tuwir jangan saling menghujat," ujar Okta. "Ini kapan mainnya??? Malah jadi rapat kpk," ujar Datan. "Main deh mulai lagi, kali ini akan gue perlihatkan kekuatan tersembunyi dari sang alligator," ujar Okta. Bola di smash oleh Leon melewati ring, lalu di passing oleh Okta dengan sangat keras. Brak "Michella!" Semuanya terpekik karena kepala Chella terkena bola voli hingga pingsan. "Gatorr, anak Gue ! Tanggung jawab loeeee!" amuk Elza yang sudah menghampiri Chella. "Wow, singa betina ngamuk. Ibu tiri gue ngamuk," gumam Okta menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Thalita membantu menyadarkan Chella, Vino berlari ke arah Chella dan langsung duduk di hadapan Thalita. Ia mengambil alih kepala Chella ke atas pangkuannya. Kejadian itu sempat membuat yang lain heran karena Chella dan Vino tak terlalu dekat. Leonna juga melihatnya, dan berjalan mundur sedikit menjauhi mereka dengan tatapan bertanya-tanya melihat Vino yang begitu memperhatikan Chella. "Kepalanya tak apa-apa, mungkin dia syok jadi pingsan. Bawa ke vila saja," ujar Lita karena Chella masih belum sadar. Dan entah dorongan dari mana, Vino mencium bibir Chella untuk memberinya nafas buatan. Deg Bukan hanya Leonna yang melotot sempurna tetapi juga yang lain yang ada disana. Verrel menyadari kalau Leonna cemburu dan dengan segera menarik tangan Leonna hingga tubuh Leonna berbalik menabrak d**a bidangnya. "Jangan melihatnya," gumam Verrel membuat Leonna menengadahkan kepalanya menatap Verrel dengan mata yang berkaca-kaca. Verrel tersenyum manis dan mengusap air mata yang tiba-tiba saja luruh dari sudut mata Leonna. "Abang hanya menolongnya saja, Kak." gumam Leonna seakan menghibur dirinya sendiri seraya mengusap matanya yang basah dan berlalu pergi meninggalkan semuanya. Verrel hanya bisa melihat punggung Leonna yang semakin menjauh. 'Sepertinya cintamu bertepuk sebelah tangan, Verrel.' batin Verrel dan hanya bisa tersenyum kecil mentertawakan dirinya sendiri. oho oho oho… Chella terbangun saat tiupan ketiga. Vino membantu membangunkannya. "Sayang, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Elza menyerahkan sebotol air ke Chella. "Tidak Mam, kepalaku sakit." gumamnya mengusap kepalanya. "Ini gara-gara loe, Gator." celetuk Elza. "Ya maaf, kan tadi lagi berusaha ngeluarin kekuatan. Kalau tuwir tuwir gini masih kuat," ngeles Okta. "Chella sayang, maafin Daddy yah." "Iya Dad, gak apa-apa." ujar Chella lemas dan masih mengusap kepalanya. "Biar saya anterin Chella ke kamarnya, Tante." ujar Vino membuat Elza menatap beribu Tanya ke Vino. Vino langsung membopong tubuh Chella membawanya menuju villa. "Sepertinya sang Pakpol akan besanan sama mister Psyco," celetuk Okta. "Sepertinya," kekeh Irene. Vino membawa tubuh Chella menuju kamarnya. Chella awalnya begitu nyaman menyandarkan kepalanya ke d**a bidang Vino, tetapi saat di kamar. Terlihat Leonna tengah duduk di atas ranjang sambil melihat hasil bidik di camera digitalnya. Chella langsung turun dari gendongan Vino saat Leonna melihat ke arah mereka. Leonna tersenyum manis pada mereka berdua dan beranjak dari duduknya. "loe gak apa-apa kan Chell?" Tanya Leonna. "Gue sedikit pusing," ujar Chella sedikit tak enak pada Leonna. "Gue mau istirahat saja." tambahnya seraya beranjak menaiki ranjangnya. "Lalu Abang kenapa masih disini?" Tanya Leonna menyadarkan Vino yang masih memperhatikan gerakan Chella. "Abang hanya mengantarnya saja," ujar Vino sedikit malu. "Sudah sana keluar, Lonja biar Leonna yang jaga. Hush hushhh,,," Leonna mendorong tubuh Vino keluar kamarnya. "Jagain dia yah," ujar Vino sebelum berlalu pergi. Leonna berjalan menuju ranjang sambil mengambil kembali camera yang tadi dia simpan di nakas. "Ona, maaf." cicit Chella membuat Leonna mengernyitkan dahinya saat duduk di samping Chella. "Maaf buat apa?" Tanya Leonna. "Gue gak bermaksud ganggu pangeran berkuda loe," ujar Chella sangat merasa bersalah, tetapi Leonna hanya tersenyum saja. "Sudahlah, Abang gue memang selalu perduli sama sesame." ujar Leonna.                 'Tapi apa benar begitu? Abang bahkan belum pernah mencium bibirku.' batin Leonna. "Jadi loe gak marah sama gue?" Tanya Chella meyakinkan. "Iya, Lonceng gereja sayang." kekeh Leonna, membuat Chella merasa sangat lega mendengarnya. 'positive thingking Leonna, belum tentu kan Abang menyukai Chella.' batin Leonna. ©©© Malam menjelang, semuanya tengah melakukan pesta barbeque di pantai dengan suasana yang begitu romantic dan ramai. Para orangtua hanya duduk bersama di atas kursi dan meja yang ada di sana, sedangkan Rasya, Randa dan Pretty tengah membakar daging sapi. Leon dan Datan sibuk bermain gitar di dekat para orangtua dengan Chella yang duduk cukup jauh dari Leon. Percy dan Rindipun ikut bernyanyi disana, Vino juga duduk di samping Dhika bersama Adrian. Verrel berdiri tak jauh dari mereka semua yang sibuk bernyanyi bersama dengan Leon yang memainkan gitarnya. Kebersamaan yang menyenangkan itu tak di lewatkan oleh Leonna untuk selalu membidik dan mengambil moment indah itu. "Senyumm dong semuanya." ujar Leonna membuat mereka tersenyum ke arah camera. "Daddy tampan gak, Princes?" Tanya Okta. "Daddy oke, tapi masih oke papanya Leonna," ujar Leonna terkekeh "Ah princes gak asyik nih," ujar Okta merengut. "Tapi Daddy yang paling unyu di antara semuanya," ujar Leonna. "Nah ini nih, anak yang pintar dan jujur." ujar Okta. "Itu sih karena Leonna takut gak di kasih uang jajan sama loe," ujar Ratu membuat semuanya tertawa. "Delia," panggil Verrel membuat Leonna menengok ke arahnya. Verrel terlihat tengah berdiri di bibir pantai dengan kakinya yang di terpa ombak kecil. Leonna berlari menghampirinya. "Ada apa Kak?" Tanya Leonna saat sudah berdiri di dekat Verrel. "Lihat," Verrel menengadahkan telapak tangannya dan terlihat seekor penyu kecil berwarna hijau lumut. "Lucu banget sih penyunya." ujar Leonna terlihat antusias. Verrel mengambil sebelah tangan Leonna dan menyimpan Penyu itu di telapak tangan Leonna. "boleh di pelihara gak Kak?" Tanya Leonna terus melihat penyu di telapak tangannya. "Pelihara saja, sepertinya dia tersesat." ujar Verrel, "Mau di foto dong bareng penyu ini." Verrel mengambil camera yang menggantung di leher Leonna. Dan hendak berjalan untuk memotret Leonna tetapi di tahan Leonna. "Sama Kakak juga di fotonya," rengeknya. "Baiklah," Cekrek! Mereka berfoto bersama dengan penyu kecil itu. "siapa yah kira-kira nama yang cocok untuknya." gumam Leonna berpikir keras. "Chelonian mydas nama jenis penyu hijau ini, kita namai Oni saja gimana?" "Oni? Ona sama oni, boleh juga." kekeh Leonna. "hallo Oni, kenalin aku Leonna dan lelaki tampan di sampingku ini namanya kak Verrel. Kamu sekarang jadi anak angkat aku yah." kekeh Leonna sangat antusias seraya melihat wajah mungil penyu itu membuat Verrel terkekeh melihatnya. "Princes, sedang apa?" Vino menghampiri mereka berdua dan seketika Leonna tersenyum ke arah Vino dan beranjak menghampiri Vino. "Abang lihat, lucu yah penyunya. Kak Verrel nemu ini." ujar Leonna. "Iya lucu banget, sama kayak kamu." ujar Vino mencubit hidung mancung Leonna membuatnya terkekeh senang. Verrel langsung berlalu pergi meninggalkan mereka berdua yang sibuk mengobrol dan bercanda. "Papaaaaaa," Leonna berlari mendekati Dhika. "Apa princes?" Tanya Dhika menengok ke arah Leonna yang sudah duduk di sampingnya. "Papa, tadi kak Verrel nemu ini. Lihat lucu kan penyu nya." ujar Leonna. "Nemu dimana? Tapi setahu papa di sini gak ada pertenakan penyu," ujar Dhika. "Gak tau Pa, kayaknya nyasar. Kasian kan, aku mau pelihara. Boleh yah," ujar Leonna antusias. "Boleh saja sayang, tapi kamu harus merawatnya dengan baik." "Bener sayang, kamu harus bisa merawatnya dengan baik," timpal Lita yang duduk di samping Dhika. "Dari pada melihara itu, mending melihara buaya bule. Si Laura udah banyak tuh bertelur," ujar Okta. "Tidak ada reftil di rumah." ujar Lita buru buru, "Ah mama Lita cemen yah Adrian." ujar Datan. "Bapak sama anak akur," kekeh Seno, "Mama,, Leonna mau,, aaaa." ujar Leonna dan Lita menyuapinya. "Kamu makan gih, barbequenya masih banyak." ujar Lita, "Nggak Ma, Leonna gak laper." ujar Leonna masih asyik memainkan penyunya. "Siapa namanya Leonna?" Tanya Angga. "Oni, Om." "Kembaran loe dong, Ona Oni," tawa Chella. "Berarti si Leon dong." tawa Datan pecah, "Dasar buaya kunyuk," cibir Leon. "Kenapa di kasih nama Oni?" Tanya Serli. "Gak tau tante, kak Verrel yang kasih nama." ujar Leonna dengan polos membuat Serli tersenyum misterius. "De, masukin Oni kesini," Verrel datang dengan membawa toples dari kaca berukuran sedang dan sudah diisi air dengan beberapa hiasan yang Verrel cari tadi di sekitar pantai. "Kakak udah dapet rumahnya Oni." Leonna langsung berdiri di hadapan Verrel. "Iya, Kakak nyari dulu barusan. Ayo masuki sini," "Kamu yang betah yah di dalam, Oni." ujar Leonna memasukkan penyu itu ke dalam toples dan terlihat langsung bergerak bebas di dalam toples. "sepertinya dia menyukainya, Kak." Verrel mengangguk setuju. Hati Verrel merasa bahagia bisa memenuhi apa yang bisa membuat Leonna bahagia. ©©© Keesokan paginya, semuanya sibuk membereskan barang-barang mereka untuk kembali pulang. Adrian sedang menanyai Leonna mengenai powerbank miliknya. "Kakak, ayolah. Rian butuh buat di mobil." rengeknya. "Iya Rian, Kakak lupa nyimpen," Leonna kembali membongkar tas ranselnya. "Pokoknya gak mau tau, harus ada," rengek Adrian. "Sabar kenapa, ini lagi dicari." ujar Leonna. "oh iya, ada di bawah bekas semalam kayaknya."Leonna langsung berlari keluar. "Kakak jangan lari lari kenapa sih," teriak Adrian. "Kamu banyak complain, Rian." teriak Leonna yang tengah menuruni undakan tangga. "Jatuh, tau rasa lho." teriak Adrian yang berjalan santai menuruni tangga. Ucapan Adrian  seakan doa, Leonna terpeleset saat tinggal dua undakan tangga lagi. "kyaaaaaaa" Bruk ….Adrian mematung di tempat melihat sang kakak perempuannya terjatuh menabrak tubuh seseorang dan bibir mereka saling menyentuh. Deg Deg Deg Leonna melotot sempurna saat sadar dirinya tengah mencium bibir siapa. Begitupun seseorang yang ada di bawah Leonna. Leonna langsung beranjak dan berdiri tegak dengan wajah yang sangat merah. 'ya tuhan first kiss gue.' batin Leonna. "Khem," seseorang itu juga terlihat canggung dan salting. "Kak Verrel," "Delia," Keduanya bersamaan mengeluarkan suara, membuat keduanya semakin malu dan canggung. 'ya tuhan Verrel, kendalikan diri loe.' batin Verrel. Adrian terkikik di atas tangga melihat kakaknya yang biasanya tak tau malu kini terlihat malu-malu bahkan wajahnya terlihat sangat merah. 'Kalau saja aku bawa handphone, udah aku fotoin mereka dan kasih ke Papa biar langsung di nikahin.' batin Adrian terkikik. "Maaf," cicit Leonna menunduk malu. "Tidak apa-apa," jawab Verrel yang masih menormalkan detak jantungnya. 'Memalukan sekali ya tuhan, kabuurr Leonna.' Dewi batin Leonna berteriak dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi Leonna langsung ngacir tanpa mau melihat Verrel lagi. "Kakak mau kemana???" teriak Adrian masih tertawa. "Duluan kak Verrel," Verrel hanya tersenyum dan memegang bibir merah dan seksinya yang baru saja di cium Leonna. Setelahnya berlalu pergi meninggalkan tempat itu dengan wajah yang cerah. Di ruang keluarga Leonna mondar mandir tidak jelas dengan Adrian yang tertawa di ambang pintu. "Ya tuhan ya tuhan itu memalukan sekali, mau di simpen dimana muka gue pas ketemu kak Verrel nanti. Aghh... Leonna kenapa kamu bisa teledor begitu." Keluhnya sungguh sangat malu. "malu malu malu.."rengeknya. "Muka gue mau taruh dimana dong....aaaaaaaa!!" "hahahaaa,, Kakak lucu. Udah mukanya tukeran sama si Oni dulu." kekeh Adrian. "Heh bocah,, ini karena kamu. Kenapa kamu doain Kakak jatuh? Kualat kamu jadi adik." ceroscos Leonna kesal. "Kakak yang kualat, siapa suruh lari-larian di dalam rumah. Kakak pikir ini lapangan sepak bola," kekeh Adrian masih tertawa puas melihat wajah merah Kakak perempuannya. "Ini salah kamu,, pokoknya ini salah kamu Rian. Aiishh,, memalukan sekali." Leonna duduk di atas sofa dengan menghembuskan nafasnya kasar. "Hahaha,, kalau saja tadi aku foto. Pasti lucu." kekeh Adrian. "Awas yah kamu. dan jangan bilang ke Papa." ancam Leonna menatap Adrian garang. "Asal ada uang tutup mulutnya." ujar Adrian menyebalkan. Adrian memang 11 12 dengan Leon, hanya saja Adrian lebih ramah seperti Lita tidak sedingin Leon. "Aisshhh,, dasar matre." gerutu Leonna. Keduanya terdiam cukup lama, Leonna memikirkan kejadian tadi saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Verrel. Walau hanya menempel saja, tetapi ada perasaan lain yang menjalar ke dalam hatinya dan entah perasaan apa itu. Tanpa sadar Leonna menyentuh bibirnya sendiri dan menggigitnya pelan, bayangan wajah Verrel yang begitu dekat dengannya terus terbayang di kepalanya, membuat Leonna tanpa sadar tersenyum sendiri. 'Ciuman pertama gue.' "Cieee Kakak ngebayangin kak Verrel yah, pengen di cium lagi yah. aku panggil kak Verrel nya ahh." ujar Adrian menyebalkan. "kak Verrel,, sini kata kak Onaa" teriak Adrian.  "ka Verrehmmmppppp," Leonna langsung membekap mulut Adrian yang menyebalkan. "Awas loe teriak teriak lagi, aku masukin ke kandang conel." ancam Leonna tetapi Adrian menggigit tangan Leonna hingga terlepas dan membuatnya kesakitan. "kak Verrel...kak Verrel...kak Verrel," teriak Adrian berlari ke ruangan lain membuat Leonna mengejarnya sambil melempari Adrian dengan bantal sofa. "Adrian, awassss kamu." teriak Leonna mengejar Adrian yang berlarian bahkan sampai menaiki sofa untuk menghindari amukan Leonna. "kak Verrelllll.............." teriak Adrian. "Riannnnnnn!!!" Puk Leonna terpekik kaget saat timpukannya mengenai Papa tersayangnya yang baru saja datang bersama mamanya.  "Papa, maaf." cicit Leonna nyengir saat Dhika melihat ke arahnya. "Kalian berdua, turun dari atas sofa." ujar Lita karena Leonna dan Adrian sudah membuat ruangan itu bagai kapal pecah. "Iya mama sayang," kekeh Adrian turun dari atas sofa. "Kenapa berantem?" Tanya Dhika. "Ini Adriannya Pa, dia ledekin Leonna terus." rengeknya manja. "Abis tadi kak Onahmmmmpppp." Leonna kembali membekap mulut Adrian membuat Dhika dan Lita menghela nafasnya. Sudah tidak aneh, ketiga anaknya selalu membuat onar di rumah dan memberantakan rumahnya. "Rapihkan lagi ruangan ini, kalau tidak. Kalian berdua Papa tinggal," ujar Dhika. "Papa-" rengek keduanya. "Turuti saja, daripada di tambah hukumannya." ujar Dhika membuat mereka menghela nafas. "ayo sayang." Dhika merangkul Thalita hendak pergi. "Papa sama Mama mau kemana?" Tanya Adrian. "Mau pacaran dulu sebentar, kalian bereskan saja ruangan itu dan jangan ganggu kami," ujar Dhika membuat Lita terkekeh dan berlalu pergi dengan suami tercintanya. "Awassss Papa Mama, jangan berbuat mesum." teriak Leonna membuat Dhika dan Lita terkekeh. "Yang ada kak Ona yang buat m***m tadi." celetuk Adrian. Puk Leonna memukul Adrian dengan bantal sofa. "Nyebelin kamu," gerutu Leonna dan langsung memunguti barang-barang yang berjatuhan ke lantai. ©©©  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD