bc

TWO MEN (Spin-off Yes, Master!)

book_age18+
586
FOLLOW
4.8K
READ
billionaire
love-triangle
possessive
arrogant
dominant
CEO
drama
bxg
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Apa yang akan kau lakukan ketika hidupmu tiba-tiba dimonopoli dua orang lelaki penuh kuasa?

Gabriel Wyn Tyrone (24) dan Sean Leonardo Archilles (31) dua orang CEO egois, posesif, penuh kuasa dari dua perusahaan besar yang berusaha memperebutkan hati Adara Ressha Rexford (22), seorang gadis manja, keras kepala dan licik.

Semua bermula ketika Adara terjebak dalam lingkar kehidupan Sean yang memancing kembali kemunculan Gabriel dalam hidup Adara. Pertempuran pun semakin menjadi ketika Sean sadar Gabriel yang sedang dia hadapi adalah Gabriel yang sama dengan Gabriel yang di cintai Adelia Liesel Archilles (28), adiknya.

Tekad Sean untuk merebut Adara pun semakin besar, namun tekad Gabriel untuk mengambil hati Adara kembali pun tak kalah besarnya, hingga konflik rumit penuh emosi pun terjadi, cinta segi banyak pun tak bisa terelakkan.

Sampai pada akhirnya ... siapakah yang akan berhasil mendapatkan hati Adara?

chap-preview
Free preview
PROLOG
  Adara mengepalkan kedua tangannya, menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata bersiap tumpah, berlomba membasahi wajahnya yang tertutup make up tipis khas untuk berpesta. Dadanya mendadak sesak, nafasnya tercekat, suaranya tertahan di tenggorokan bersaman dengan iris matanya yang bertemu dengan iris mata lelaki yang sangat ia cintai. Gabriel.   Ya ... Gabriel ... Lelaki yang sangat ia cintai yang sayangnya kini tengah bersanding dengan perempuan lain di sana, di atas podium, saling melemparkan senyuman penuh kebahagiaan dengan kedua tangan saling bertautan.   Adara memalingkan wajah, kakinya melangkah pergi, menjauh, mengabaikan panggilan perempuan di sampingnya, mengabaikan panggilan orangtuanya dan mengabaikan semua pandangan yang terarah padanya, dalam pikirannya saat ini ia hanya membutuhkan pelarian. Ia hanya membutuhkan tempat untuk menenangkan diri sekalipun ia tak menemukannya sama sekali. Hingga ia berbelok, memasuki sebuah ruangan yang sedikit terbuka, lalu menutupnya. Di sudut ruangan ia berjongkok, memeluk kakinya sendiri, membenamkan wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Melampiaskan kesakitan yang mulai terasa perih, terasa semakin menganga lebar di dalam dadanya.   Rasanya ... baru kemarin lelaki itu memberinya seratus tangkai bunga mawar merah padanya, baru kemarin lelaki itu memberikan dua puluh empat tangkai bunga mawar merah, rasanya baru kemarin juga ia menerima setangkai bunga mawar merah yang begitu cantik dan rasanya baru kemarin juga ia menerima rangkaian sembilan puluh sembilan bunga yang begitu bermakna. Semuanya ... rasanya baru kemarin. Tapi mengapa hari ini ... saat ini ... setelah mereka tak dapat bertemu dalam waktu yang sangat lama yang ia saksikan justru pesta pertunangan lelaki itu dengan perempuan lain? Mengapa?   Mengapa setelah harapan yang lelaki itu berikan ... sekarang hanya luka yang ia dapatkan? Mengapa lelaki itu bertingkah seolah ia adalah dunianya jika memang ia tak bisa menjadi dunianya? Mengapa lelaki itu bertingkah seolah akan datang padanya, menjemputnya, kemudian hidup bersama dengannya, jika kenyataannya lelaki itu akan hidup bersama perempuan lain? Mengapa? Mengapa dia begitu kejam? Mengapa dia menyiksanya dengan cara seperti ini? Mengapa?!   Tak bisakah ia di lepaskan saja? Tak bisakah ia di tinggalkan saja tanpa harus meninggalkan kesan mendalam? Tak bisakah dia pergi saja tanpa harus memberinya harapan? Tak bisakah ... ?   Mengapa ... dia lebih memilih menyiksanya? Menerbangkannya seolah ia adalah satu-satunya di dunia ini kemudian dihempaskan layaknya sampah tak berguna. Apakah ia hanya dipermainkan? Apakah bagi lelaki itu ia hanyalah mainan tak berperasaan? Apakah begitu?   Adara menangis tersedu, kini terduduk diatas lantai dingin, tubuhnya bergetar hebat, menahan isak tangis yang sekuat tenaga ia tahan agar tak memancing perhatian. Tapi sepertinya semua yang ia lakukan gagal ketika ia mendengar langkah seseorang semakin mendekat ke arahnya, tak lama setelah itu sesuatu menyampir di bahunya, kemudian sebuah rangkulan yang di iringi dengan rematan lembut ia rasakan, juga di bahunya.   Bersama dengan itu, aroma tubuh khas seseorang yang sangat ia kenali menguar hingga masuk memenuhi rongga hidungnya, membuat ruang untuknya bernafas bebas menyempit, membuat dadanya serasa semakin diremat, sesak. Hingga ia merasa saat ini ia telah kehilangan seluruh pasokan oksigennya.   “Pergi.” Adara menepis tangan itu dengan cepat, menolaknya, tak ingin di sentuh sedikitpun.   Bukannya mengikuti ucapannya, lelaki itu justru semakin mengeratkan rangkulannya. Kini bahkan dengan berani tangan lain menarik tubuhnya hingga ia terhuyun jatuh dalam pelukan lelaki itu. Aroma khas itu semakin menguar di hidungnya, semakin memenuhi dadanya dan semakin membuatnya sesak. Sakit ... sangat sakit.   Ia tak bisa terus seperti ini, ia tak bisa terus menerus sakit seperti ini. Ia tak bisa. Ia harus lepas, ia harus bebas. Ia tak boleh lemah, ia tak boleh kalah, ia tak boleh lagi jatuh ... dalam perangkap penuh tipu muslihat lelaki yang tengah memeluknya itu.   Adara menggeliat, ia memukuli d**a lelaki itu dengan kencang dan juga cepat. Ia terus memukulinya dengan mata terpejam, air mata mengalir dan bibir yang di gigit erat, menahan erangan kesakitan dan isak tangis yang sudah bersiap tumpah.   “Kau jahat! Kau jahat! Kau jahat Gabriel! Kau jahat! Kalau memang kau akan bertunangan ... kalau memang kau tak berniat kembali padaku, mengapa kau melakukan ini padaku Gabriel? Mengapa? Mengapa kau melakukan semua ini padaku?!”   Tak ada jawaban. Lelaki itu hanya memeluknya tanpa memberikan jawaban atau respon apapun. Tubuhnya semakin bergetar, menangis dalam sunyi, menahan sesak yang semakin meremas d**a, menyempitkan seluruh ruang yang berada dalam hatinya.   Mengapa ... mengapa mencintai rasanya sesakit ini? Mengapa mencintai membuatnya luka? Mengapa mencintai tak membuatnya bahagia? Mengapa?   Orang-orang mengatakan cinta bagaikan candu yang akan membuatmu tak bisa lepas darinya, tapi mengapa candu yang ia rasakan justru melukai hatinya? Mengapa candu yang ia rasakan justru membuatnya hancur berkeping-keping?   Apakah cinta memang sesakit ini? atau memang ia tidak ditakdirkan untuk di cintai?   Pelukan itu mengerat seiring dengan kecupan lembut yang ia terima pada puncak kepalanya. Tangisnya mulai mereda, nafasnya mulai kembali teratur, hatinya pun mulai kembali tenang, seiring dengan kehangatan dari ciuman itu yang mulai merambat, mengalir hingga menyerap ke dalam dadanya, memenuhi seluruh ruang di dalam hatinya.   Beberapa saat kemudian pelukan itu terurai, tangan besar yang sebelumnya memeluknya itu kini beralih menangkup wajahnya, menyeka air mata yang membanjiri wajahnya secara perlahan dan begitu lembut. Sementara matanya ia biarkan terpejam, tak sanggup untuk berhadapan langsung dengan lelaki yang masih sangat ia cintai itu. Nafasnya tertahan, ketika sentuhan itu merambat, menyentuh setiap inchi wajahnya, dengan lembut dan perasaan sarat akan cinta. Ujung jari itu menyentuh alis, kelopak mata, ujung hidung hingga merambat ke bibirnya. Air matanya tak bisa ia bendung, cairan bening itu kembali mengalir, turun di tengah menikmati sentuhan hangat itu. Sentuhan terakhir dari pertemuan terakhirnya dengan cinta pertamanya.   “Adara ... bernafas.”   Hembusan nafas secara perlahan keluar perlahan dari hidung, seolah melepaskan semua beban yang berada dalam hatinya. Membuang semuanya, berusaha membebaskan diri dari jerat lelaki ini.   “Buka matamu ... .”   Iris matanya terbuka, menatap langsung ke arah iris mata lelaki itu yang menatapnya dengan sendu seolah penuh penyesalan. Tatapan yang untuk pertama kalinya ia lihat.   “Gabriel ... .”   “Hm?”   “Ucapkan selamat tinggal untukku dengan benar.”   Lelaki itu bungkam, rahangnya mengeras, mulutnya mengatup dengan rematan tangannya yang semakin mengencang.   “Katakan Gabriel ... agar ... setelah ini aku bisa menatap masa depanku dengan tenang. Tanpa ada bayang-bayangmu lagi. Katakan sekarang juga ... .”   Tangan lelaki itu merambat, naik mengelus wajahnya, kembali menyeka air mata yang mengalir, membasahi wajahnya.   “Katakan Gabriel.” Desak Adara.   Rahang lelaki itu mengatup, tatapannya berubah menjadi tajam membuat Adara meneguk ludah kasar, terkejut dengan perubahan yang terjadi. Dalam waktu singkat bukannya ucapan yang Adara inginkan yang ia dengar, lelaki itu kini justru menyudutkannya, memiringkan wajah kemudian menciumnya, melumat bibirnya dengan cepat.   “Gab ... .” Adara mendorong tubuh Gabriel. “Gabriel!”   Ciuman itu terlepas, kening lelaki itu kini menyentuh keningnya hingga iris mata mereka kembali bertemu, saling bertatapan dengan sendu, penuh kesedihan.   Kedua tangan lelaki itu merambat lagi, kali ini menjalar ke belakang lehernya.   Adara terjengit, ia menunduk ketika merasakan sebuah benda dingin melingkari lehernya. Matanya mengerjap ketika melihat sebuah kalung berbandulkan cincin perak tergantung indah di leher jenjangnya.   “Gabriel ... .” Adara menatap Gabriel lagi, menuntut jawaban atas semua tindakan yang lelaki itu lakukan.   Lelaki itu tak menjawab, dia hanya menatapnya beberapa saat, lalu menunduk mencium bandul cincin itu sebelum menatap ke arahnya lagi lalu memberikan setangkai bunga mawar yang tergeletak di lantai.   Adara menatap tajam Gabriel dengan tangan yang mengambil bunga itu, Adara menatapnya sesaat kemudian meremas bunga itu hingga kelopak indah bunga tersebut hancur dan tangkainya patah. Gabriel tampak terkejut,kedua bola mata lelaki itu membulat tapi Adara mengabaikannya. Ia melemparkan bunga di tangannya ke hadapan Gabriel lalu mengepalkan tangan dengan erat, setelah itu dengan sekuat tenaga ia mendorong Gabriel. Hingga Gabriel terjerembab jatuh di atas lantai.   Nafas Adara kembali memburu, menahan Amarah yang sudah melingkupinya kembali. “ Dengar Gabriel!” geram Adara. Ia kemudian mencengkram kerah lelaki itu, mencengkramnya dengan sangat erat.   “Aku! Sangat membencimu Gabriel!”      

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook