Tidur
Aku pernah mendengar seseorang berkata “Half of your life is sleep, so always tidy up your bed and happy sleep makes a happy life. It’s the secret of perfect life.” Ah, memang benar. Bagaimana tidur dapat membuatmu lupa mengenai masalah hidupmu, walau hanya sejenak. Sayangnya tidak bagiku. Di saat semua orang terlelap dalam tidurnya aku harus terjaga. Terjaga dalam ruangan gelap tanpa melakukan apapun dan memikirkan apapun. Ya, inilah caraku untuk mengendalikan diri, mengontrol neurosis yang semakin parah. Jujur saja aku tidak tahu bagaimana harus meluapkan nya, apalagi dengan kondisi seperti ini. Kau tahu bukan, pandemi membuat semuanya menjadi semakin parah tapi tetap saja aku tidak bisa menyalahkannya. Bercerita pada orang lain untuk menguranginya? Tentu aku sudah mencobanya, namun nihil. Tetap terjaga hingga pukul 4 pagi. Satu-satunya penolongku adalah pil-pil itu. Ya, obat tidur.
Hai. Aku Kana, bahkan namaku saja terdengar misterius bukan? Tahun ini umurku menginjak 20 tahun, tidak ada yang istimewa dengan kehidupanku. Keluargaku? Sama. Tidak ada yang istimewa sama sekali. Aku hanya seorang gadis dengan gangguan neurosis. Gangguan cemas namanya. Kau tahu bukan seseorang yang memiliki gangguan cemas berlebih? Seperti itu. Apakah kalian penasaran kenapa aku bisa memiliki gangguan itu? Ah, ternyata tidak. Baiklah aku tidak akan menceritakannya karena aku juga merasa akan membosankan jika menceritakannya haha. Oke. Kembali lagi, di sini akan kuceritakan bagaimana aku bisa menyalakan pemantik dan keluar dari ruangan gelap. Sebenarnya aku sudah pernah keluar dari ruangan gelap tapi entah bagaimana aku kembali terjebak di dalamnya.
Tahun ini mungkin menjadi tahun terberat bagi semua orang. Begitu juga dengan diriku. Pandemi benar-benar memperburuk keadaan. Semua tempat dibatasi, pekerjaan dan sekolah dilakukan secara online di rumah. Keadaan ekonomi juga memburuk akibat pandemi. Sudah satu tahun lebih aku pun melakukan segala aktivitas di rumah termasuk kuliah secara online. Aku pikir kuliah di rumah akan baik-baik saja, tidak perlu repot mandi pagi dan jalan kaki untuk pergi ke kampus. Ternyata tidak, ini merepotkan. Sangat. Sinyal yang tidak stabil menjadi salah satu kendala dalam melakukan kuliah online. Tidak hanya sinyal, ada juga gangguan lain seperti, kondisi rumah yang berisik begitu juga dengan tetangga yang sama berisiknya dan tentunya masih banyak lagi.
Hari-hari berjalan seperti biasa. Sesekali aku bertengkar dengan adik dan orang tua, sama seperti sebelumnya aku hanya mendengarkan tanpa membalas perkataan mereka sedikitpun. Tentu saja karena malas. Kepalaku cukup pusing memikirkan tugas dan hal lainnya. Namun, tidak selamanya aku hanya diam mendengarkan apa yang mereka katakan. Aku juga punya pemikiranku sendiri. Mungkin karena sudah lama aku tidak mengeluarkannya hari itu aku meledak, bertengkar hebat dengan adik dan orang tuaku. Aku masuk kedalam kamar dan membanting pintu dengan keras. Aku tahu ini tidak sopan tapi tetap aku lakukan. Duduk menghela napas panjang. Pikiran ku benar-benar kacau. Aku mengambil jaket di dalam lemari. Berjalan keluar sambil menghentakkan kaki, mengambil kunci, dan pergi dari rumah untuk mendinginkan kepala. Entah mau kemana, aku tidak punya tujuan hanya mengendarai motor mengikuti laju kendaraan lain. Motor kuhentikan sebentar di salah satu minimarket untuk membeli cola dan es krim. Setelah membayar, aku mencari tempat duduk untuk memakan es krim dan sedikit minum cola sebelum melanjutkan perjalanan yang entah mau ke mana.
Aku berkendara kurang lebih selama satu jam dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke pantai. Setelah sampai kuparkirkan motor, mengambil cola dan berjalan menyusuri pantai. Aku berteduh di bawah pohon cemara, mengeluarkan earphone dan memasangnya pada ponsel tanpa menyalakan apapun. Ah, itu salah satu kebiasaanku memasang earphone tanpa mendengarkan music. Dulu sengaja kulakukan untuk menghindari percakapan. Selama 30 menit aku hanya duduk diam tanpa melakukan apapun. Menenangkan diri mungkin lebih tepatnya. Sesekali kuteguk cola karena haus. Hari ini sangatlah panas. Aku memutuskan untuk pulang setelah merasa tenang. Terkadang aku berpikir ini sangatlah lucu. Saat marah dan muak lalu pergi keluar dari rumah tapi tetap saja pada akhirnya kembali ke rumah. Ya karena itu adalah rumah, tempat di mana kau pulang.
Sejak kejadian itu aku menjadi cukup sensitif pada orang lain dan diriku sendiri. Tidak pernah keluar dari kamar, hanya berdiam diri dan menyelesaikan tugas kuliah kecuali jika disuruh melakukan pekerjaan rumah. Pusing dengan tugas yang tidak selesai aku keluar kamar dan pergi ke dapur untuk menyeduh kopi lalu pergi ke teras untuk menyegarkan kepala sambil menatap bintang di langit, namun malam itu tidak ada bintang di langit. Sekarang sudah pukul sebelas malam, semua orang sudah tertidur. Lalu kenapa aku tidak tidur, tentu karena tidak bisa. Disisi lain aku harus mengerjakan tugas kuliah karena deadline yang sudah dekat. Setelah berdiam diri selama beberapa menit aku kembali ke kamar dan mengerjakan tugas.
Pukul setengah tiga pagi aku baru menyelesaikan semua tugasku. Badanku terasa kaku karena duduk berjam-jam. Aku berdiri dan meregangkan badan. Meminum pil pengantar tidur lalu berbaring di kasur seperti biasa menghadap langit-langit tanpa melakukan apapun dan memikirkan apapun untuk mengontrol neurosis agar tetap terkendali. Setelah beberapa lama dan akhirnya aku tertidur.