Ke tiga wanita itu masih asyik membicarakan tentang angan-angan masa depan. Terlebih lagi Mai dan Ola yang setahu blu keduanya memiliki kekasih. Berbeda dengan Ola yang pernah mengenal blu secara langksung dengan kekasihnya saat perasaan tahun baru, justru blu mengetahui kalau Mai memiliki kekasih saat tidak sengaja tahu Mai bersama seorang laki-laki.
Ia jelas ingat itu terjadi dua bulan lalu saat Mai mendapatkan jatah liburannya. Sedangkan saat itu blu sedang berpatroli dengan kuda miliknya , dan yang tanpa sengaja melihat sepasang kekasih berada di danau Utara nors. Tempat itu memang indah dan cocok untuk menjadi tempat berkencan. Tapi ia tidak menyangka kalau orang yang ia lihat adalah Mai. Sampai tanpa sengaja ia melihat si wanita itu membuka syal yang menutupi rambutnya kala itu.
Jelas blu langsung satu siapa orang yang berada di danau kala itu. Karena di nors tidak ada satupun orang selain Mai yang berambut oranye. Kebanyakan mereka yang memiliki ciri fisik seperti Mai itu tinggal di larres .
"Blu tipe ideal kamu itu laki-laki seperti apa?" Tanya Mai.
"Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan hal itu,"
" Saya jadi penasaran kira-kira laki-laki mana yang jadi suami nona," ucap Ola.
" Sudahlah jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting," ucap blu sambil mengambil lagi anggur di keranjang milik Mai.
" Ya siapa tahu nantinya suami kamu itu pangeran dari kerajaan sebelah," ucap Mai sambil tertawa.
" Jangan berkhayal oranye,"
" Ya namanya juga siapa tahu,"
Di tengah pembicaraan mereka bertiga , tiba-tiba saja ada seorang pelayan yang membawa tiga minuman ke arah meja mereka. Pelayan itu pun menaruh ketiga gelas minuman itu di meja dimana blu dan lainnya duduk. Mereka bertiga pun saling pandang karena mereka tidak merasa memesan minuman lagi .
"Maaf kami tidak memesan minum tambahan,". Ucap blu.
" ah ini kiriman dari tuan di meja yang ada di sebelah sana," ucap sang pelayan sambil menunjuk ke meja seseorang.
Blu pun menoleh ke arah sang pelayan tadi menunjuk , di sana terlihat ada dua orang pria yang pernah blu lihat sebelumnya. Orang itu adalah tuan muda yang pernah mencoba mendekatinya kurang lebih sejak tiga bulan yang lalu. Sedangkan satu orang lagi adalah seorang akademisi, yang setahu blu mengajar di akademi ibukota.
" Terimakasih," ucap blu.
"Mereka siapa nona?" Tanya Ola.
" Orang tidak waras," ucap blu sambil mengeluarkan sendok perak dari sakunya.
Ola menatap ke arah Mai , ia tidak mengerti mengapa blu menyebut kedua pria tampan itu orang tidak waras.
" Ah itu, orang yang Minggu lalu di tolak nona blu," Jawab Mai.
" Apa nona akan meminum itu?" Tanya Ola.
" Ini tidak beracun kok, coba cek punya kalian ," ucap blu sambil memainkan sendok perak di genggamannya.
Mai segera menerima sendok perak yang ada ditangan blu. Karena sendok perak memang bisa mengecek kandungan racun di dalam suatu makanan.
Akhir minuman itu di minum oleh ketiganya, karena mereka sudah yakin kalau minuman itu aman.
" Ah setelah ini kalian pulang duluan saja, aku ada sedikit urusan," ucap blu.
" Nona mau kemana?" Tanya Ola.
" Kamu ingat berry hutan yang aku pesan itukan, aku akan ke sana,"
" Harus sekarang nona?" Tanya Ola.
" Ya kan aku belum tentu memiliki waktu luang lagi setelah ini, ingat minggu depan kita sudah kembali ke ibukota,"
Ola hampir lupa kalau dua Minggu yang lalu blu mendapatkan surat pemindahan tugas. Waktu terasa begitu cepat , tidak terasa sudah tujuh tahun sejak blu pertama kali di tugaskan untuk memimpin pasukan di nors. Selama itu pula Ola setia menemani blu.
Kalau dihitung secara keseluruhan, sudah sepuluh tahun Ola mengabdikan hidupnya kepada blu. Ia sangat bersyukur saat terpilih menjadi pelayan orang seperti blu. Walaupun awalnya ia merasa takut dan ragu untuk mengikuti tuannya. Karena menurut banyak temannya sesama pelayan semakin tinggi jabatan tuan mereka, pasti akan semakin sulit para pelayan bekerja. Karena kebanyakan dari pelayan jarang di perlakukan seperti layaknya manusia.
Tapi sejauh ini blu adalah majikan yang paling baik, di saat temannya sesama pelayan jarang di beri hari libur. Ola justru rutin mendapatkan satu Minggu libur setiap bulannya tanpa potongan gaji.
" Jadi setelah ini nona sudah tidak menjadi komandan disini?" Tanya Mai.
" Iya, rencananya pengganti ku akan datang tiga hari lagi," jawab blu dengan ceria.
Mendengar hal itu membuat Mai yang awalnya berisik menjadi diam, ia berkaca-kaca saat mendengar ada orang yang akan menggantikan posisi blu. Mungkin ini adalah pertama kalinya mereka akan beda tempat tugas, karena semenjak pertama kalinya mereka bertemu di kamp pelatihan mereka selalu di tempatkan di tempat yang sama. Itu artinya sudah sudah sepuluh tahun blu menjadi rekan kerjanya.
" Hua nona blu, apa saya tidak boleh ikut bersama anda," ucap Mai sambil terisak.
"Astaga oranye, saya kan cuma berpindah tugas sementara jadi ada kemungkinan saya akan kembali ke sini atau mungkin kamu suatu hari mendapatkan surat pemindahan seperti saya," ucap blu sambil mengusap punggung Mai.
"Saya takut kalau pengganti nona itu tidak sebaik nona," ucap Mai.
" Tidak mungkin oranye, karena dia orang yang kamu kenal juga, lake "jawab blu.
" Ah jadi si lake yang menggantikan anda, astaga cepat sekali dia mendapatkan promosi," ucap Mai dengan nada menggerutu.
" Kalau kamu lupa lake memiliki fisik yang lebih unggul darimu oranye sejak di kamp pelatihan,"
" Ah hahahaha, kalau itu sih saya nggak bisa menyangkal juga,"
" Saya baru tahu kalau nona Mai bisa menangis," ucap Ola dengan sedikit tawa.
" Hei aku juga manusia," ucap Mai.
" Ah sudahlah, Ola ini kunci rumah pulanglah dahulu," blu memberikan sebuah kunci kepada Ola.
"Baik nona, hati-hati nona,"
"Iya, jangan lupa kunci lagi pintu rumah,"
Blu segera meninggalkan kedua orang itu dan berjalan menuju ke arah hutan nors. Sudah lama ia tidak melihat area sekitar hutan , karena sibuk dengan dokumen yang menumpuk di ruangannya. Hutan di nors itu adalah satu-satunya tanah yang di miliki Langsung oleh kerajaan untuk di gunakan sebagai fasilitas umum. Itu juga yang menjadi alasan mengapa nors sering di sebut sebagai paru-paru Runnia.
Aneh ini bahkan bahkan bukan musim panas, dan juga ia sudah di dalam kawasan hutan. Tapi entah mengapa perlahan ia merasa suhu tubuhnya mulai meningkat. Kakinya juga mulai terasa lemas saat memasuki area hutan. Hal ini sangat aneh mengingat baru kemarin ia menjalani tes kesehatan, dan dinyatakan sehat.
Samar-samar ia bisa mendengar ada suara langkah kaki yang mulai mendekat ke arah dimana ia berada. Tidak itu bukan langkah kaki hewan , itu sangat jelas langkah kaki manusia. Suara yang awalnya samar pun menjadi semakin jelas , itu benar-benar langkah kaki manusia. Blu menoleh sekilas ke belakangnya terlihat ada dua orang yang saat ini ada di belakangnya.
Instingnya merasa tidak aman saat melihat orang itu benar-benar berjalan ke arah ia berada. Ia pun memaksakan kakinya yang mulai lemas itu untuk berlari menjauh dan semakin masuk ke dalam hutan. Bahkan tanpa sengaja semua Berry hutan yang tadi ia petik itu sudah berjatuhan entah kemana.
Semakin lama ia berlari semakin lemas pula kakinya. Seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar. Tapi walaupun sudah berlari cukup jauh ia masih bisa mendengar suara orang yang mengejarnya. Kali ini ia jelas mendengar kalau kedua orang itu juga meneriakkan namanya.
" NONA BLU DIMANA KAU,"
" JANGAN TAKUT KAMI TIDAK AKAN MENYAKITIMU,"
Jelas blu mengenali suara itu, itu adalah suara orang yang tadi menraktir dia, Ola dan Mai tadi di kedai kopi. Harusnya sejak wal ia tidak meminum minuman tadi. Karena sepertinya minuman itu yang membuatnya seperti terbakar sekarang.
Tanpa sadar saat ini ia sudah berlari sangat jau sampai di hutan elvians. Namun suara kedua orang itu masih jelas terdengar di telinganya. Kali ini tubuhnya sudah di terasa di ambang batas, ia sudah mulai kesulitan untuk sekedar berjalan.
Blu bahkan tidak peduli dengan bajunya yang sudah banyak robekan dimana-mana karena terkena duri tanaman . Ia bahkan baru sadar kalau lengan tangannya tergores cukup dalam sampai darah menetes sepanjang jalan tadi.
Kepalanya semakin pusing, ia sudah tidak tahu lagi harus berusaha seperti apa lagi kali ini. Dengan sisa tenaga yang ada ia segera memanjat sebuah pohon yang lumayan tinggi di depannya saat ini. Akan lebih aman kalau posisinya tidak di ketahui oleh kedua orang tidak waras itu.
Setelah berhasil memanjat pohon itu , blu segera duduk di salah satu dahan pohon yang paling besar. Ia merobek rok yang dipakainya dan menjadikan perban untuk sementara.
Pusing, lemas dan panas semakin lama semakin mengganggu blu. Ia tidak tahu racun seperti apa yang telah di campur oleh kedua orang gila itu sampai membuatnya seperti ini. Bahkan racun itu tidak terdeteksi oleh oleh sendok peraknya.
srek.....
srek....
Ia mendengar seperti ada sesuatu di pohon di depannya . Suaranya berbeda dengan manusia, mungkin saja itu tupai pikir blu. Ia memejamkan matanya , tuh tupai bukan ancaman yang serius baginya walaupun kondisi tubuhnya seperti saat ini.
Tapi siapa sangka kalau itu bukan suara tupai, melainkan makhluk lainnya. Makhluk itu meloncat dari satu pohon dan menuju ke dahan dimana blu duduk. Melihat hal itu pun blu segera mengambil belati di kakinya, kali ini ia merasa ada hawa membunuh dari makhluk itu.
Sepasang mata merah menyala yang menatapnya seakan memberi tanda bahwa blu bukan masalah besar untuk makhluk itu.
Belum sampai ia mengambil belati itu, kepalanya tiba-tiba berdenyut keras. Tubuhnya limbung dan terjatuh dari dahan yang berada enam meter dari tanah. Ia tidak tahu apa yang terjadi , atau mungkin ini sudah akhir dari hidupnya. Tapi yang pasti hal terakhir ia lihat adalah sepasang mata merah yang seperti melompat ke arahnya.