BACA DESKRIPSI!!!
Bahagiaku hanya pada dirimu.
Happy Reading
Sudah berapa kali Mama Pari mengetuk pintu kamar Helshah. Namun, si pemilik kamar tetap tidak membukakan pintu seakan melarang tamunya yang sedang menjenguk dirinya.
Dengan kesal, Mama Pari membuka paksa pintu Helshah yang ternyata tidak dikunci.
"Aishhh, ternyata pintunya nggak dikunci. Dasar Pari bodoh!" maki Mama Pari pada dirinya sendiri.
Mama Pari mulai masuk dengan tangan yang membawa nampan makanan. Mama Pari mengedarkan pandangannya setelah meletakkan nampan di nakas.
"Kak!" panggil Mama Pari saat menyadari sosok Helshah tidak berada di kamar.
Pintu menuju balkon terbuka. Mama Pari pergi ke balkon dengan sesekali memanggil nama Helshah.
"Kak!" panggil Mama Pari saat berada di balkon.
Dapat Mama Pari lihat, Helshah sedang sibuk dengan alat melukisnya. Sejak kecil, Helshah memang hobi melukis. Sudah banyak lukisan yang ia buat dan diletakkan di dinding kamar. Lukisan itu berasal dari tangan lihai Helshah.
"Sejak tadi Mama manggil Kakak lho. Ternyata ada disini." ucap Mama Pari sedikit gemas.
Mama Pari mulai mendudukkan dirinya di samping Helshah. Keduanya sama-sama hening. Mama Pari yang memperhatikan Helshah melukis dan Helshah yang sibuk melukis.
"Apakah Mama mempermasalahkan Kakak memiliki pacar?" tanya Helshah sesaat dengan atensi tak mau lepas dari lukisan itu.
Seakan lukisannya lebih indah dari pada Mama Pari yang di sampingnya.
"Siapa yang membuat hati Kakak jatuh pada cowok, hem?" tanya Mama Pari sedikit menggoda dengan elusan lembut di rambut Helshah.
"Ma, jawab aja pertanyaan Kakak." ucap Helshah dengan kesal meletakkan alat lukisannya.
Helshah menatap Mama Pari lekat. Kini keduanya saling berhadapan.
"Mama nggak mempermasalahkan Kakak memiliki pacar. Asalkan kalian nggak melakukan kesalahan." ucap Mama Pari dengan sneyuman tulusnya.
"Sudah, Kakak makan siang dulu. Mama sudah meletakkannya di atas nakas. Pulang sekolah Kakak nggak langsung turun, lho. Malah nongkrong di balkon." lanjut Mama Pari yang berakhir mengacak gemas rambut Helshah.
"Aishhh, berantakan nih rambut Helshah!"
Mama Pari hanya terkekeh, lalu bangkit dari duduk dan meninggalkan Helshah yang menahan kesal padanya.
"...dan bagaimana jika sahabat Mama menginginkan hubungan itu hancur?" ucap Helshah sesaat yang langsung menghentikan langkah Mama Pari.
"Kamu mengatakan siapa?" tanya Mama Pari setelah membalikkan tubuhnya.
Tidak ada jawaban dari Helshah membuat Mama Pari menghampirinya.
"Kamu mengatakan siapa, hem?" ulang Mama Pari membuat Helshah menggeleng.
"Enggak ada. Kakak hanya ingin tau tanggapan Mama setelah mengetahui sahabat Mama menghancurkan hubungan percintaan Mama?" ucap Helshah.
"Mama akan mencari tau apa alasan dia melakukan itu."
"Kalau misalnya Mama sudah tau kalau dia melakukan itu hanya ingin mendapatkan apapun yang dia mau termasuk cinta Mama. Apakah Mama akan melepaskan cinta Mama hanya untuk sahabat Mama?"
"Mama nggak akan melepaskan cinta Mama. Sekali pun itu adalah sahabat Mama. Mama akan berpikir betapa berkorbannya Mama hanya untuk mendapatkan cinta Mama." ucap Mama Pari.
"Jangan menyimpulkan semuanya dengan cepat. Berpikir dan renungkan apa yang sudah terjadi." lanjut Mama Pari dengan bijak.
Ini yang selalu membuat hati Helshah tenang. Setelah mengatakan semua keluh kesahnya pada Mama Pari dengan membawa orang lain yang menjadi peran utamanya membuat beban Helshah berkurang.
"Kakak bersyukur memiliki Mama seperti Mama Pari." ucap Helshah setelah memeluk Mama Pari erat.
Mama Pari mengusap punggung Helshah, "Mama akan selalu ada untuk Kakak. Kalau Kakak belum siap bercerita nggak masalah. Mama akan selalu menunggu Kakak untuk bercerita semuanya pada Mama."
"Maaf, karena Kakak belum bisa menjelaskan apapun."
Malam harinya...
Helshah sibuk membongkar semua isi pakaiannya. Ia memilih pakaian yang bagus untuk dipakai malam ini.
Tadi Varka mengabari Helshah agar bersiap-siap. Mereka akan pergi ke pesta ulang tahun Nikita.
Mendengar nama Nikita yang keluar dari mulut Varka membuat semangat Helshah hilang ditelan bumi. Namun, ia penasaran dengan reaksi Nikita saat Varka datang bersamanya. Mungkin malam ini adalah malam yang penuh dengan kejutan dan Helshah akan selalu menanti kejutan itu.
"Huh! Kenapa hanya mencari satu pakaian saja susahnya minta ampun?!" decak Helshah untuk sekian kalinya menghela napas lelah.
Dengan lemas, Helshah menjatuhkan dirinya di ranjang yang penuh dengan pakaian. Ia melirik ponsel yang menyala pertanda panggilan masuk. Segera tangan Helshah meraih ponsel itu setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel.
"Lo ikut dengan Varka ke pesta ulang tahunnya Nikita?" ucap si penelpon yang tak lain dan tak bukan adalah Teja.
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Helshah tanpa semangat.
Teja yang di sana hanya menggeleng, "Hem, gue juga ikut nih."
"Lo di undang dia? Kenapa gue nggak? Dia tadi cuma ingatin Varka doang untuk datang."
"Aish, amit-amit gue di undang sama tuh orang! Gue juga malas datang kalau nggak dipaksa Namish."
Ketawa Helshah pecah saat mendengar perkataan Teja.
"Cie yang lagi pdkt." goda Helshah membuat Teja berdecak.
"Mana mau gue sama cowok songong kayak dia! Lebih bagus gue sama orang bodoh dari pada dia!"
"Awas lo kemakan omongan sendiri."
"Aish, lo mah! Jadi sahabat nggak enak benar!"
"Emang gue makanan?"
"Serah lo deh! Gue tebak, lo pasti lagi bingung nyari pakaian kan? Udah berapa lemari lo bongkar?" ucap Teja berakhir meledek.
"Au, ah!" ucap Helshah sembari menjatuhkan dirinya di ranjang.
"Gue lagi malas ngomong gara-gara sahabat laknat lo tuh!" lanjut Helshah sambil menatap foto Varka yang berada di layar ponselnya tanpa mematikan panggilannya dengan Teja.
"Udahlah, ngapain lagi sih ingat-ingat tuh orang. Nanti lo sakit hati lagi."
"Gue curiga sama Varka, Ja. Gue takut kalau Varka cuma mau mempermainkan gue."
"Lo tenang aja. Gue yang akan di depan lo kalau Varka mempermainkan lo."
"Unch, co cweet nya... Tapi sayang, gue nggak tersentuh sama sekali."
"Syaland lo, Sya!"
"Udah, ah! Gue mau siap-siap dulu. Lo juga, jangan sampai pangeran lo nunggu lama." ucap Helshah menggoda Teja kembali.
Helshah bangkit dari baringannya. Ia mencari lagi pakaian yang cocok untuk dipakainya dengan ponsel di antara telinga dan bahu.
"Biarin aja dia nunggu. Gue juga mau menguji sampai di mana kesabarannya."
"Udah gue duga."
"Apa sih yang lo pikirkan? Kok nggak jelas gini lo, ah!"
"Kayaknya lo ada apa-apa, ya, sama Namish?"
"Ada apa-apa gimana, sih? Udah, ah! Malas gue jadinya!"
"Iya, iya, gue cuma bercanda. Gitu aja langsung sensasian."
"Yaudah, gue tutup dulu telponnya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, sampai jumpa di pestanya Nikita."
"Siap. Besok jangan lupa lo traktirin gue."
Percakapan keduanya berakhir dengan Helshah yang memutuskan panggilan itu secara sepihak.
Jam menunjukkan pukul 19.37 dan sebentar lagi Varka akan sampai di kediaman Irfansah. Sedangkan Helshah, ia masih pusing dengan semua pakaiannya. Kenapa di saat seperti ini semua pakaiannya seperti tidak cocok di matanya.
"Astaghfirullah, Kak. Kamar kamu kenapa bisa berantakan gini?" ucap Papa Sachin geleng kepala saat masuk ke kamar Helshah.
Helshah menutup pintu lemari. Bersamaan dengan itu, Mama Pari datang dengan mata yang menatap ke ranjang Helshah.
"Kamu mau pergi aja sampai harus bongkar lemari dulu." ucap Mama Pari ikutan geleng kepala.
"Memangnya Kakak mau pergi ke mana, Ma?" tanya Papa Sachin pada Mama Pari.
"Itu loh, Pa. Kakak diajak pacarnya ke pesta ulang tahun teman satu sekolahnya." balas Mama Pari.
"Kakak punya pacar?" tanya Papa Sachin seakan tidak percaya.
"Pa, nanti aja Kakak jelaskan semuanya. Sekarang waktunya udah mepet. Sebentar lagi pacar Kakak datang, tapi Kakak belum siap-siap juga." ucap Helshah dengan kesal.
"Baiklah, apakah kamu perlu bantuan Mama?" ucap Papa Sachin yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Helshah.
"Ma, buat pacarnya Kakak nggak bisa berpaling setelah melihat wajah cantik aslinya Kakak." ucap Papa Sachin pada Mama Pari dengan kedipan matanya.
"Pa, udah sana keluar! Jangan goda Kakak terus deh!" ucap Helshah sembari mendorong kecil tubuh Papa Sachin menuju pintu kamar.
Dasar Helshah tidak punya akhlak! Punya sih, tapi jarang dipakai.
"Ma, ingat pesan Papa." ucap Papa Sachin sebelum benar-benar menghilang dari pandangan keduanya.
Helshah kesal pada Papa Sachin, sedangkan Mama Pari hanya bisa geleng kepala dengan senyuman kecilnya.
Beberapa menit kemudian, Helshah turun setelah Mama Pari mendadani dirinya seperti yang Papa Sachin katakan.
Sebenarnya Helshah tidak suka dandan, tapi setelah mendengar perkataan Mama Pari tadi membuat ia mempertimbangkannya kembali.
"Mana tau pacar kamu tambah klepek-klepek meliat kamu yang tampil berbeda."
Make-up yang digunakan Helshah tidak terlalu tebal ataupun mencolok. Helshah juga menggunakan pakaian yang Mama Pari pilih untuk dirinya.
Pokoknya pilihan Mama Pari selalu terbaik!
Tidak lama kemudian, suara klakson mobil terdengar di halaman rumah. Segera Helshah membuka pintu dan terlihat Varka yang sudah rapi dengan kemeja cokelat muda yang dilapisi jaket kulit berwarna hitam miliknya.
Helshah keluar bersamaan dengan Mama Pari dan Papa Sachin yang di belakang Helshah.
"Varka? Ternyata kamu pacarnya Helshah?" ucap Papa Sachin yang belum percaya dengan kedatangan sosok Varka.
Si pemilik nama hanya tersenyum tipis setelah mengalihkan pandangannya dari Helshah yang tampil berbeda malam ini.
"Assalamu'alaikum, Om, Tante." ucap Varka sambil menyalami kedua tangan paruh baya itu.
"Wa'alaikumsalam." balas keduanya.
"Tante sampai nggak bisa ngomong apa-apa lagi, nih. Pokoknya Tante akan mendoakan yang terbaik agar kamu sabar menghadapi sifat manjanya Helshah." ucap Mama Pari membuat Helshah mendengus sebal.
"Helshah nggak manja, Ma." protesnya.
"Sudah, lain kali kalian harus menjelaskan semuanya pada kami. Sekarang kalian harus berangkat cepat. Kalau tidak, kalian akan terlambat ke pestanya." ucap Papa Sachin menyudahi percakapan mereka.
"Kami pergi dulu Om. Saya akan mengembalikan putri Om sebelum jam 10. Assalamu'alaikum." ucap Varka setelah menyalam balik kedua tangan paruh baya itu.
"Wa'alaikumsalam, kamu tenang aja. Om percaya kok sama kamu." balas Papa Sachin yang diangguki oleh Mama Pari.
"Ma, Pa, Helshah dan Varka pergi dulu, ya." ucap Helshah melakukan hal yang sama seperti Varka.
"Iya, hati-hati, ya! Jangan ngebut bawa mobilnya!" ingatkan Mama Pari saat keduanya berada di dalam mobil.
Varka memencet klakson mobilnya seakan mengatakan pergi dulu. Mama Pari dan Papa Sachin hanya tersenyum menatap mobil Varka yang perlahan menghilang dari pandangan keduanya.
"Huh! Semoga saja hubungan mereka awet, ya, Pa. Jadi kita nggak perlu lagi menjodohkan keduanya." ucap Mama Pari pada Papa Sanchi.
"Iya, amin, Ma. Papa harap juga gitu." ucap Papa Sachin berakhir membawa Mama Pari ke dalam.
To Be Continued...
1640 kata
Apa yg ingin kalian katakan sama mereka?
Helshah Syaputri Hapipa
Varka Derrel Fellano
Sonica Amalia Raissa
Kiss jauh
linar_jha2