WHEN I MEET YOU | 2

1483 Words
    Allisia menghentakkan kakinya berkali-kali dia tidak pernah menyangka akan berurusan lagi dengan pria mesumm menyebalkan itu. Gadis itu kini duduk di halte, menunggu bus yang akan membawanya ke kafe tempat Heyley, sahabatnya bekerja.     Allisia masih belum bisa mengontrol emosinya. Demi apapun Allisia sangat membenci Ellard Whalen. Jika dia bertemu lagi dengan pria itu. Allisia akan mengancurkannya sampai rata dengan tanah.     “Kau kenapa?” tanya Heyley. Allisia meneguk kopi dingin buatan Heyley dengan tergesa. Dia duduk bersandar di di dekat mesin kopi sedangkan Heyley bersandar dekat kasir.     “Hey, aku rasanya ingin mati saja,” keluh Allisia. Dia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, Heyley menggeleng melihat tingkah absurd Allisia yang sebenarnya sudah biasa untuk Heyley. Kadang Heyley berpikir, Allisia itu memiliki banyak kepribadian.     “Ceritakan, bagaimana hari pertamamu?!” Allisia menatap Heyley dengan wajah sedih.     “Aku ingin mengundurkan diri, pekerjaan pertamaku membuatku terjebak dalam masalah yang sulit,” ucap Allisa. Dia bergerak, mendekat pada Heyley dan memeluk leher Heyley. Kebiasaan yang Allisia lakukan ketika dia merasa tidak baik-baik saja.     “Aku bertemu pria mesumm itu lagi,” curhat Allisia. “Perusahaan tempatku bekerja menginginkan kerja sama dengan pria itu dan mereka memerintahkan aku untuk membujuk pria itu. Hey, aku benar-benar tidak bisa,” ucap Allisia, kepalanya mendadak pusing. Memikirkan apa yang dia lakukan tadi membuat Allisia ingin membenturkan kepalanya ke aspal. Seharusnya tadi Allisia bersikap baik pada pria itu bukan malah memaki-makinya. Bahkan Allisia tidak memiliki keberanian dan kata-kata untuk membalas pesan atasannya.     “Kau harus tetap menghadapinya. Singkirkan dulu amarah mu. Kau tidak ingat apa yang di tawarkan oleh atasan mu di kantor? Dia akan mengangkatmu menjadi karyawan tetap jika kau berhasil membuat mereka bekerja sama dengan perusahaan perhotelan itu,” ucap Heyley. Dia mengelus tangan Allisia. Heyley tahu, ini sangat sulit untuk Allisia, satu bulan penuh Heyley melihat Allisia menangis setiap malam setelah berusaha keras mencari pekerjaan namun tetap di tolak.     “Hey, kapan kita pulang? Bukannya kafe sudah tutup?” tanya Allisia, dia melepaskan pelukannya pada leher Herley dan memilih berdiri di samping Heyley sambil membaca beberapa menu yang ada di sana. Kafe ini memang hanya menyediakan minuman saja. Kopi dengan berbagai racikan. Ukuran kafenya juga tidak terlalu besar, hanya ada beberapa meja namun selalu ramai pengunjung karena rasa kopi di W Cafe memang sangat enak. Allisia yang biasanya akan lebih memilih s**u cokelat di pagi hari kini lebih menyukai espresso dari W cafe.     “Aku sedang menunggu seseorang,” jawab Heyley.     “Siapa?” tanya Allisia.     “Bos ku. Dia punya racikan kopi baru. Dia ingin aku mencobanya sebelum di masukan ke dalam daftar menu kafe,” jawab Heyley. Mata Allisia berbinar. Sejujurnya dari awal Allisia sudah sangat penasaran dengan pemilik kafe ini. Pemiliknya pasti sangat mencintai kopi sampai-sampai dia bisa meracik kopi seenak kopi yang sedang Allisia minum saat ini.     “Kau serius? Apa orangnya galak?” tanya Allisia.     Heyley menggeleng, “dia orang yang sangat baik dan telah menyelamatkan hidupku, Sia. Bahkan dia adalah pria yang sangat menyenangkan,” ucap Heyley. Allisia ikut tersenyum. Dia yakin pemilik kafe itu benar-benar sangat baik sampai-sampai seorang Heyley  memujinya dengan senyum lebar.     “Kapan dia akan datang?” tanya Allisia sambil membuang kotak kopinya ke tong sampah.     “Dia sudah datang,” ucap Heyley, dia berlari keluar dari area barista, menghampiri seorang dengan pakaian casual yang baru saja masuk ke dalam kafe. Allisia merapikan penampilannya yang berantakan, gadis itu menarik napas perlahan kemudian menghembuskannya, Allisia juga menarik kedua sudut bibirnya dengan tangan sampai senyumnya terbentuk dengan sempurna setelah itu Allisia menyusul Heyley.     “Hey, ak---“ ucapan Allisia langsung terhenti ketika matanya bertemu dengan tatapan seseorang yang kini juga menatap ke arahnya.     “Kau!” seru Allisia. Dia menarik Heyley untuk berdiri di belakangnya.     “Jangan ganggu sahabatku, kalau kau ingin bermain-main dengan wanita, pergi saja ke club malam,” ucap Allisia. Dia mengabaikan Heyley yang sedari tadi menarik-narik ujung kemejanya.     Ellard mengangkat alisnya, dia menatap ke arah Heyley. Meminta Heyley untuk menjelaskan.     “Sia,” ucap Heyley. Dia melepaskan genggaman Allisia dan berdiri di antara Allisia dan Ellard.     “Apa! Kau ingin membelanya? Dia pria mesumm yang hampir memperkosaku di club, Hey! Dia pria mesumm yang membuat Daddy dan Mommy mengusirku dari rumah! Dia pria m***m yang membuatku terjebak dalam kesulitan!” seru Allisia menggebu-gebu. Ellard memilih duduk di salah satu bangku yang ada di kafenya. Menatap gadis pemarah di hadapannya sambil bertopang dagu.     “Sia, dengarkan aku dulu,” ucap Heyley memohon namun Allisia menggeleng.     “Kau tidak boleh dekat-dekat dengannya! Dia sangat mesumm, Hey!”     “ALLISIA WARREN, DENGARKAN AKU DULU!” Allisia melotot tidak percaya pada Heyley.     “Hey, kau…” Allisia menatap Heyley tidak percaya.     “Dia bos ku, Sia,” ucap Heyley dengan satu tarikan napas, Allisia menganga tidak percaya, sedangkan Ellard tersenyum remeh ke arah Allisia.     “Hey, kau pasti bohong. Pria m***m ini tidak mungkin mendadak jadi bosmu, kan?” tanya Allisia, dia menatap Heyley penuh permohonan, berharap Heyley mengatakan ‘tidak’.     “Tapi sayangnya, dia benar-benar bos ku, Sia. Dia orang yang mengajarkanku meracik kopi yang kau minum setiap hari. Kopi yang selalu kau katakan kopi paling enak yang pernah kau minum,” ucap Heyley. Allisia melotot galak kearah Heyhey apalagi melihat tatapan jenaka Ellard padanya.     “APA!” seru Allisia tidak santai.     “Jadi nona pemarah kita sangat menyukai kopi racikan ku?” goda Ellard, tatapannya terlihat sangat menyebalkan di mata Allisia.     “Aku…aku tidak menyukai kopi racikanmu. Kopimu sangat payah,” jawab Allisia gelagapan. Ellard dan Heyley menatap geli pada Allisia bahkan mereka menahan tawa. Allisia salah satu dari sekian banyak wanita yang memiliki gengsi setinggi langit.     “Hey, kau mau mencoba racikan kopi terbaruku? Kalau enak, besok kita akan mempromosikannya pada pelanggan,” ucap Ellard. Heyley mengangguk antusias dan mengukuti Ellard ke area barista.     “Kau tidak ikut?” tanya Heyley. Allisia menggeleng.     “Tidak, aku akan menungumu di sini saja. aku tidak ingin melihat wajah pria mesumm itu,” ucap Allisia dan duduk di kursi yang tidak terlalu jauh dari area barista.     “Kau akan sangat menyesal, Ellard sangat seksi ketika meracik kopi di bandingkan saat dia memakai jas dengan pulpen mahal di tanganya,” bisik Heyley sebelum melangkah riang ke arah Ellard yang sudah sibuk menyiapkan eksperimennya. Allisia diam-diam melirik kearah Ellard dan Heyley. Dua orang itu terlihat sangat akrab. Mereka bahkan sesekali tertawa bersama. Allisia mengamati dari jauh. Bagaimana Ellard sangat fokus meracik kopi yang akan menjadi menu baru di W Cafe. Heyley benar, kalau di perhatikan, Ellard memang terlihat sangat seksi ketika meracik kopi dengan kaos dan apron di bandingkan ketika pria itu memakai jas dan dasi yang mencekik leher dengan pulpen mahal di tangannya.     Allisia bahkan sampai bertopang dagu memperhatiakan Ellard. Namun, ketika sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan, Allisia langsung menggeleng keras sambil memukuli kepalanya sendiri.     “Bodoh, dia itu musuh mu, Sia!”     “Kopi?” seseorang duduk di hadapannya dan meletakkan kopi di atas meja. Allisia sempat terpaku ketika tatapannya bertemu dengan Ellard. Entah kenapa Allisia merasa ada yang berbeda dengan Ellard yang dia temui di Whalen Company tadi siang dengan Ellard yang kini duduk di hadapannya.     “Aku tidak suka kopi,” jawab Allisia berusaha bersikap biasa saja, gadis itu mati-matian tidak tergoda dengan aroma kopi di hadapannya. Dia tidak boleh terlihat murahan di hadapan pria mesumm yang sangat dia benci.     “Heyley mengatakan kau sangat menyukai kopi racikan ku,” ucap Ellard. Dia menatap Allisia, “Heyley memberikan nilai sempurna untuk racikan kopi terbaru ku,” lanjut Ellard.     “Aku tetap tidak minum kopi” jawab Allisia dengan cuek. Ellard mengangkat bahunya tidak peduli dan mulai meminum kopinya. Allisia hanya melirik kesal pada Ellard. Pria itu tetap pria mesumm menyebalkan di mata Allisia di lihat dari sudut manapun.     “Aku bisa saja menyetujui kerja sama dengan perusahaan properti tempatmu bekerja,” ucap Ellard tiba-tiba berhasil menarik seluruh perhatian Allisia. Allisia menatap ke arah pria itu tidak percaya.     “Kau serius? Bagaimana caranya?” tanya Allisia, wajah murungnya berubah sangat antusias, matanya berbinar-binar menatap Ellard.     “Asalkan kau memenuhi syarat yang aku ajukan,” ucap Ellard dengan santai. Dia sesekali menyeruput kopinya dan menatap Allisia.     “Apa? Katakana syaratnya. Aku akan melakukan apapun!” seru Allisia. Dia mendadak jadi sangat bersemangat. Bayangan dia akan menjadi karyawan tetap dengan gaji besar berputar-putar di benak Allisia. Dia pasti akan terlihat sangat keren.     “Yakin, kau akan melakukan apapun?” tanya Ellard. Dia menyeringai layaknya iblis kearah Allisia.     “Tentu saja. Aku tidak ingin menyusahkan Heyley lagi dan aku juga mau membuktikan pada Daddy dan Mommy kalau aku mampu hidup tanpa uang mereka,” ucap Allisia dengan semangat menggebu. Senyumnya terkembang dengan sempurna.     “Jadilah wanita ku,” ucap Ellard. Senyum Allisia perlahan luntur, tatapan lembutnya berubah menjadi tatapan tajam. Gadis itu berdiri dari kursinya dan berkacak pinggang pada Ellard.     “Hahaha dalam mimpimu! Aku tidak mau! Dasar pria mesumm tidak tahu diri!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD