Tuan muda kejam
Aku menunduk ketika Davian menatapku tajam di ranjang malam pertama kami, matanya seperti elang.
"Ibuku ternyata sudah dibutakan oleh babu sepertimu, dia menjauhkanku dari wanita-wanita jalang, namun apa bedanya denganmu, kau juga menginginkan hartaku, kan? " ucap Davian dengan senyum miring, masih dengan tatapan tajamnya.
"A-apa maksudmu, tuan? " aku mengernyit mendengar perkataan Davian, aku bahkan menikah dengannya atas kemauan ibunya.
Aku tersentak saat dia tiba-tiba mencengkeram pipiku dengan tangan kerasnya, aku meringis menahan sakit.
"Kau pikir kau sedang bermain dengan siapa, nona? Kau pikir aku tak tahu ibuku memberimu uang agar kau mau menikah denganku, murah sekali dirimu nona mampu dibeli dengan uang, "
Aku menggeleng lemah sebagai jawaban karena mulutku terkunci cengkeraman Davian.
Davian pun sontak mendorongku hingga tersungkur di lantai,
"Tidur kau di lantai, jangan mengira aku sudi tidur satu selimut denganmu! "
Mataku panas mendapat perlakuan kasar dari nya, aku merebahkan tubuhku di lantai yang dingin, tidur tak berselimut, tak berbantal.
Sampai tengah malam aku belum juga tertidur karena dingin yang menusuk tulang dan juga posisi tidur yang sangat tidak nyaman. Aku melihat tuan Davian telah tertidur. Dengan pelan aku berpindah ke sofa, semoga saja tuan muda tidak marah.
Rasanya baru sebentar tertidur aku sudah terjaga karena tarikan tangan Davian.
"Siapa yang mengizinkanmu tidur di sofa? " mata tajamnya menusukku lagi.
"Maaf tuan, tapi sangat tidak nyaman tidur di lantai dingin itu, "
Plakk!
Satu tamparan mendarat di pipi kiriku. Panas dan perih yang kurasa.
"Beraninya kau! Kau telah melakukan sesukamu tanpa izin dariku. Dan kau menghina lantai mahal kamarku,"
"Dengar ya, nona, selama kau terikat denganku tempat tidurmu adalah lantai, mau ada aku atau aku tak ada, kau tetap tidur di lantai, jika sampai aku mengetahui dirimu tidur selain di lantai kau akan tahu akibatnya. " Davian berlalu meninggalkan kamar.
Mengapa diriku selalu menyedihkan seperti ini, terjebak dalam pria yang kejam itu demi suatu kebaikan.
Aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan, dan bersiap menyiapkan kebutuhan Davian.
Aku mencari dapur, namun tidak ketemu, rumah ini sangat besar, bahkan ini tidak seperti rumah tetapi istana. Puas aku mengelilingi seluruh ruangan, tidak ketemu juga. Dimana sebenarnya letak dapur rumah ini, gerutuku dalam hati.
Semua ruangan aku cek, hingga aku membuka suatu ruangan yang seperti ruang kerja, mungkin ini adalah ruang kerja tuan muda disini.
"Sedang apa kau disini? "
Aku terkejut tiba-tiba Davian sudah di belakangku,
"A-aku mencari dapur, tuan. Tapi aku tak tahu dimana, " ucapku terbata karena takut dimarah lagi.
"Mau apa kau mencari dapur? "
"Aku ingin menyiapkan sarapan, tuan. "
Tanpa jawaban Davian malah memojokkanku di dinding. Aku gugup apa yang akan dilakukan Davian terhadapku, aku takut dia akan melakukan sesuatu yang kasar lagi kepadaku. Apalagi ditambah hantaman nafas Davian di wajahku membuatku semakin gugup.
"Disini terdapat puluhan koki terhebat, masakanmu lebih cocok untuk makanan kucing disini, "
Wajahku memerah karena kesal masakanku di lecehkan.
Davian tersenyum miring menatap wajahku yang terlihat kesal, dan meninggalkanku.
Aku berjalan saja mengikuti Davian, karena aku sudah tersesat tak tahu kemana dapur, lagipula Davian pasti menuju ruang makan karena ini jam sarapan.
Dari kejauhan aku melihat Davian membuka pintu. Ah, itu pasti ruang makan.
Setelah menunggu beberapa saat aku membuka pintu itu juga, mata ku melotot menatap Davian.
Davian terkejut aku membuka pintu, aku pun refleks berteriak.
"Haaaa!"
Davian tidak mengenakan baju, ternyata ruangan itu adalah ruang ganti dan tempat mandi.
Davian pun membungkam mulutku dengan tangannya. Dan melotot ke arahku,
"Dasar kau perempuan m***m! Kenapa kau mengikutiku ke ruang ganti! " bentak Davian di wajahku.
"A-aku kira tadi, anu tuan" aku bingung harus menjawab apa, otakku masih belum normal karena telah melihat tubuh bagian atas Davian yang sangat bagus. Astaga, bahkan di saat seperti ini aku masih sempat memikirkan tubuhnya.
"Kau mau mengintipku, ya? " dia bertanya dengan tersenyum, senyum yang menurutku menakutkan.
Aku menggeleng cepat, bukan itu tujuanku.
"Apa yang dilakukan seorang wanita mengikuti pria ke ruang ganti kalau bukan untuk mengintip? "
Perasaanku tidak enak, aku sangat takut, pasti Davian akan marah besar. Mungkin aku akan merasakan tamparan lagi.
"Baiklah. Jika sudah begini, aku akan mengabulkan tujuanmu. Ayo, temani aku mandi, "
"Apa? " aku terkejut, tidak ini tidak boleh.
Davian menarikku ke kamar mandi besar itu, padahal di kamarnya tadi ada kamar mandi, ada berapa banyak sih kamar mandi di rumah ini.
"Jangan tuan aku mohon, "
"Aku sudah mandi tadi tuan, "
Davian berhenti, dan menatapku tajam lagi.
"Berhenti membuatku marah, Alena. Kali ini kau sudah keterlaluan karena berniat menjijikan kepadaku, semua tindakan ada hukuman. Kau belum tau siapa lawan bermainmu, wanita seperti mu sangat menjijikan. " ucap Davian penuh tekanan. Aku menunduk dalam merasa takut. Padahal aku benar-benar tidak sengaja, aku tidak berniat seperti yang dia katakan.
Davian menarikku lagi, dia menghidupkan shower dengan air panas, aku refleks mundur satu langkah.
"Kau akan merasakan akibatnya, "
Davian mengarahkan tanganku ke gemercik air panas tersebut,
"Jangan tuan aku mohon maafkan aku, " ucapku memohon.
Tanpa menghiraukanku dia membiarkan tanganku terguyur air panas itu,
Aku menjerit kesakitan, rasanya kulit tanganku seperti terbakar menusuk ke tulang. Air mataku tumpah karena rasanya benar-benar sakit, panas.
Davian tidak menghiraukan tangisan dan jeritanku, dia terus memegang tanganku di bawah gemercik air panas.
"Tolong berhenti, tuan, sakit, maafkan aku, " aku memohon dalam tangis.
Setelah tanganku sudah terlihat sangat merah, Davian melepaskan tanganku.
"Enyahlah. " hardiknya di wajahku dengan wajah penuh emosi. Dan berlalu meninggalkanku.
Aku terduduk mengusap pelan tanganku yang sudah sangat merah, rasanya sangat sakit.
Sudah takdirku menikah dengan pria kejam, apa aku akan mati di tangan pria itu. Aku mengusap air mataku mencoba kuat.
Ini semua kulakukan demi kebaikan orang lain, aku harus kuat dan bersabar menghadapi ini.
Aku yakin, Davian pasti akan berubah.