Gerogi

833 Words
Aroma kopi tercium dihidung Aldrian, Renata menyodorkan kopi serta kue kesukaan suaminya, "makasih," ucap Aldrian pada Renata, "sama-sama". renta kembali mengambil Ciya dari gendongan Aldrian "biar aku gendong, mas lanjutkan saja nonton sepakbolanya, aku mau bawa Ciya ke luar taman dulu sebelum Maghrib". Aldrian mengangguk dan tersenyum baru sedekat ini Aldrian terlihat mempesona Dimata Renata membuatnya grogi setengah mati. **** Orang tua Aldrian menginap dirumah anaknya selama satu Minggu selama satu Minggu Aldrian dan Renata harus terpaksa satu kamar, baik Aldrian atau Renata masih merasakan hal aneh pada diri masing-masing. beruntung ada Ciya yang dapat mencairkan suasana, Renata mau tidak mau harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan pagi, sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang baru namun karna ia masih canggung dengan mantan kakak iparnya yang kini sudah berstatus menjadi suami, ia malas menyiapkan makanan atau bahkan memasak padahal kebiasaan dia setelah sholat subuh biasanya ia langsung membantu ibunya untuk menyiapkan sarapan. Aroma masakan tercium, Aldrian mengira masakan yang ada di meja adalah masakan dari mamahnya, karena selama menikah dengan renata ia tak tahu bahwa sebenarnya Renata pandai memasak. Inilah kelebihan yang dimiliki renata meski Pembawaannya sedikit cuek namun untuk maslah satu ini ia jauh lebih pintar ketimbang kakaknya. “udah siap nih, boleh aku cobain nih mah?” Tanya Aldrian justru mamahnya tersenyum heran, Bu via tak menyangka aldrian tak pernah memakan masakan dari Istrinya. “Silakan saying, Gimana enak?” Tanya bu Via “enak mah, enak banget ini, rasanya seperti Masakan di Hotel bintang Lima, Emang mamah tuh ga ada duanya deh” Aldrian menyantap masakan Renata dengan Lahap. “Siapa Bilang ini masakan mamah, ini tuh yang masak Renata Istri kamu, masa kamu ga tahu, berarti selama kamu nikah kamu sama sekali belum pernah merasakan masakan dari Istri kamu, ya” omel bu Via. Aldrian batuk, Renata Dengan sigap memberi air putih di gelas yang sudah disiapkan, “Kalo makan mbok ya hati-hati” Aldrian menatap istrinya sebentar. Dan ia langsung berpamitan untuk berangkat ke kantor. *** Setelah Aldrian berangkat tak lama kemudian renata pun ikut berpamitan pada mamah mertuanya, “mah, Renata ke kampus dulu ya, masih ada urusan dengan teman-teman” renata mencium tangan mertuanya. ‘Hati-hati ya,”. “iya mah, minta tolong titip ciya ya mah, assalamualaikum” “walaikumsalam”. Setelah seharian berada di kampus renata kembali kerumahnya, tak lupa ia belanja keperluan sehari-hari terlebih dahulu, ia lihat stok dalam lemari pendingin habis.’ *** makan malam sudah tersedia diatas meja makan, mbak Iyem merapihkan meja dan menatanya "mah makan malam sudah siap, biar Ciya mbak Iyem yang gantikan" Aldrian terlihat heran karna tak bisanya istrinya repot menyiapkan makanan, biasanya ia cuek. sambil melirik istrinya ia juga beranjak dari tempat duduknya, Renata hanya tersenyum menatap suaminya. *** wajah Renata terlihat merah Renata merasa malu Aldrian selalu memuji masakan istrinya, meski di depan orangtuanya Aldrian mulai berani memuji Renata, setelah selesai makan malam, renata membantu mbak Iyem merapihkan dan membereskan sisa makanan yang tersaji di meja, karna ia juga akan memberikan resep ke pada mbak Iyem jika nanti ia tak berada di rumah. “ rena, kamu pintar sekali memasak, mamah senang, aldrian menyukai masakan kamu, buktinya dia selalu nambah kalo makan” wajah Renata berubah menjadi merah karna ia malu, mertuanya sering sekali memuji dirinya. "hehe, mamah bisa aja deh memujinya, berlebihan padahal biasa aja" Bu via hanya menggeleng sambil tersenyum "kamu ini pakai malu-malu segala sama mamah, makasih ya masakannya enak ternyata kamu pintar masak, mudah-mudahan Aldrian semakin betah yah dirumah" mertuanya menepuk pundak Renata sambil berlalu "alhamdulillah," Renata mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. sambil berlalu menuju ruang keluarga "mbak bereskan ya, makasih ya" yang diangguki oleh asisten rumah tangga nya. *** diruang keluarga mereka berbincang- bincang seputar kegiatan Ciya dan sesekali papahnya menanyakan perusahaan yang kini dikelola oleh Aldrian. Bu via yang ikut bergabung akhirnya angkat bicara perihal renata "ada-ada aja tingkah Ciya sudah semakin menggemaskan dia, dan mamah bersyukur istri Aldrian kini pandai memasak jadi mamah tak perlu khawatir Ciya dan Aldrian bosan dengan masakan Art kita." Aldrian kaget karna biasanya istrinya tak pernah sekalipun melihat bahkan menyentuh dapur saja ia tak pernah. ia melirik ke arah Renata dengan heran. Renata hanya tersenyum di ikuti papah mertuanya yang juga tersenyum "memangnya kamu ga tau Aldrian kalo istrimu ini pintar memasak? kamu kemana aja selama satu setengah bulan ini, kamu menikah hah?" tanya papahnya "Renata yang salah kok pah Renata sibuk menjelang wisuda ini jadi fokus untuk di kampus, Renata ga pernah masak dirumah jadi mbak Iyem aja yang masak" Renata tidak mau orangtuanya menyalahkan aldrian. " ya sudah, semoga saja kamu betah di rumah biar kamu fokus mengurus anak dan Istri ya nak" kata Bu Via kemudian pada aldrian, juga Renata yang diangguki oleh Renata. "klo gitu Renata ijin ya pah, mah mau ke kamar Ciya, terus pamit mau istirahat seharian Renata di kampus untuk gladi jadi agak sedikit pegel " mereka menganggukkan kepalanya. entah mengapa Renata sedikit risih dan grogi ditatap oleh suaminya makanya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan suami dan mertuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD