Salah faham

1019 Words
Renata langsung menuju parkiran dan berpamitan pada teman-temannya "dah aku pamit duluan ya" pamit Renata pada teman serta davin. "Vin, maaf aku pergi dulu ya" dengan wajah yang muram Davin mengangguk, Renata berjalan menuju parkiran dan menemui aldrian. Pintu mobil dibuka untuk Renata, dengan tampang yang dingin dan menakutkan Aldrian mengemudikan kendaraannya "jadi ini tiap hari kegiatanmu di kampus? kamu masih menemui kekasih hatimu, masih berjalan berduaan dengannya, sementara aku mau menuruti apa mau mu, apa jadinya jika orang tuaku melihat menantunya masih memiliki kekasih hati, apa kamu tidak sadar apa yg kamu lakukan sewaktu pernikahan, kamu pergi begitu saja tanpa mempedulikan perasaan aku dan keluargaku, pada awal kami memakluminya tapi kali ini kamu sudah terlalu, kamu tidak memperdulikan perasaan orang lain" dengan nada keras Aldrian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai Renata takut dibuatnya. "dengarkan aku mas aku ga ada hubungan apa- apa lagi dengan Davin semuanya sudah berakhir, aku sedang menata diri aku sedang menguatkan hati untuk sedikit demi sedikit menerima kenyataan aku sudah memiliki keluarga," Aldrian tak terima alasan Renata. Meraka tak sadar sudah sampai depan rumahnya. "alasan, kamu pintar ya, kamu pintar beralasan" tanpa mereka sadari ada mobil yang terparkir didepan rumah Meraka. sampai akhirnya mereka tersadar ada sosok wanita yg sudah berusia lanjut menggendong cucunya. "mamah" mereka berdua kompak saling menatap. "assalamualaikum mah" Renata memeluk mertuanya "walaikumsalam kamu baru pulang dari kampus Ren?" Renata mengangguk "Minggu depan Renata wisuda mah hari ini hari terakhir Renata datang ke kampus" sambil tersenyum Renata menatap suaminya. " gimana rena, Aldrian perhatian sama kamu ga?" tanya mamahnya "perhatian kok mah ini buktinya Rena dijemput ke kampus" sambil tersenyum mamahnya menepuk punggung anaknya "Alhamdulillah, baik baik ya nak, semoga kamu jadi keluarga samawa" Renata menjawab "amin" Renata menggantikan posisi mertuanya untuk menggendong putri sambungnya. "biar aku gendong mah" pinta Renata "cuci tangan dan kaki kamu dulu, nak" Renata menuruti perintah mertuanya. *** Setelah selesai mencuci tangan Renata menemui mertuanya, dan menggendong putri sambungnya yang dulunya adalah keponakannya "kok ngga bilang, mamah mau kerumah" tanya Aldrian. Bu via tersenyum "memangnya ada larangan orangtua ingin menengok cucunya?" Bu via sedikit cemberut "mamah mau menginap di rumah kalian boleh?" Rena dan Aldrian kaget "mamah mau nginap" dua duanya kompak mengatakannya. " loh kenapa ga boleh mamah ketemu cucu mamah, bermalam di sini sampai mamah puas bertemu dengan cucu mmah" mulut mereka terasa kaku "ooo boleh ko mah" namun Rena takut hal ini jadi ketahuan karna sejak mereka menikah ia belum pernah tidur bersama. Aldrian berbisik "rapihkan tasnya diam- diam, aku mengalihkan papah dan mamah" yang diangguki oleh Renata. *** Setelah selesai membereskan perlengkapan milik Renata dan membereskannya ke empat tidur Aldrian Renata bergabung kembali. "apa rencana kamu ndok, setelah wisuda nanti" tanya Bu via mertua renata. "aku belum tau mah dulu aku menginginkan sebuah perkebunan sayuran yang aku kelola sendiri atau aku punya keinginan memiliki agrowisata petik sayur dan buah sendiri yang didalamnya ada supermarket yang menjual aneka sayuran segar bebas pestisida. sepertinya itu tak akan terwujud, aku akan fokus pada tumbuh kembang Ciya, karena dia pasti membutuhkan orangtua yang ada di sampingnya" sambil menggendong Ciya, ia sangat telaten merawat keponakannya yang kini berubah statusnya menjadi ibu sambung dari anak kakaknya. "badannya Ciya gemuk ya Al" Aldrian menoleh pada Ciya dan Renata bergantian "iya Renata sangat telaten mengurusnya" Renata sangat tersanjung mendengar pujian Aldrian "mamah ga salah pilih, mamah tenang sekarang, ciya sudah ada yang merawat." Renata tersenyum dan memegang tangan mertuanya " Ciya adalah darah daging aku mah meski dia bukan lahir dari rahimku namun ia masih memiliki darah dari kakakku" keduanya tersenyum. "mamah senang mendengarnya" mamahnya Aldrian sangat sayang pada Renata. "kamu, baik hati sama seperti kakak kamu, bersyukur mamah memiliki dua menantu yang sangat baik, dari darah yang sama meski memiliki sifat yang berbeda," Renata terkejut mendengar ucapan Bu via mertuanya, "huh, maksud mamah?" tanya Renata. Bu via tersenyum "hehe... ya jelas berbeda, dari penampilannya saja kamu berbeda, dari kakak kamu, mendiang kakak mu jauh lebih feminim ketimbang kamu sayang, tapi tak jadi soal, meski seperti itu, kamu pintar mengurus keluarga, lihat saja Ciya, lebih montok". Aldrian hanya mendengar mereka berdua. dan benar kata ibunya Renata dan Ririn berbeda dari penampilan, Ririn yang selalu mengenakan dress namun berbeda dengan Renata, ia selalu mengenakan celana jeans, dan dirumah ia lebih suka dengan kaos kebanggaannya yang longgar serta celana pendek. **** Renata ingin semuanya berubah, ia tidak ingin ada kesalah fahaman antara dirinya dan Aldrian Renata masih saja melamun ia memikirkan bagaimana kehidupannya ini. waktu terus berjalan ia juga memikirkan perasaan kedua orangtuanya, ia tidak ingin egois ia juga tidak ingin berlarut larut memikirkan mantan kekasihnya, dunianya sudah berbeda ia menarik nafas panjangnya " yah, gw harus bisa move on, dan masih panjang perjalanan hidup gw, kalaupun kita sudah jalani namun takdir berkata lain, itu mungkin lain ceritanya dan itu juga harus gw hadapi" ia kemudian membuang nafas dengan mulutnya. *** Ia pergi menuju kamar putri sambungnya, ia melihat Ciya sedang bermain dengan suster, ia lalu mengambil alih Ciya dari suster, seketika ia lupa dwngan masalahnya ia menatap wajah polos Ciya yang menggemaskan, ia kemudian menggendong serta mengecupnya. Renata membawa Ciya keluar kamar, Aldrian sedang berada di depan televisi dan menoleh kearah celotehan anak kecil yang berada di gendongan istrinya. "eh anak papah Uda mandi, wangi banget" Aldrian mencium Ciya. entah kenapa ada rasa deg-degan di d**a Renata, semakin Aldrian mencium putrinya semakin kencang debaran hati Renata, "ih kenapa d**a gw deg-degan gini sih" batin Renata. begitu pula dengan Aldrian sebenarnya hanya saja ia mampu menyembunyikan perasaan yang tidak menentu di hadapan istrinya, "sini biar aku yang gendong, aku minta tolong buatkan aku kopi dan bawakan cemilan untuk aku nonton bola sore ini" Renata mengangguk. *** dibelakang ia menghembuskan nafasnya, merasakan debaran jantung yang tidak karuan, ia menyenderkan tubuhnya ke dinding ia pejamkan matanya sejenak dan ia kembali berjalan menuju lemari piring, ia ambil satu gelas dan satu piring serta sendok ia kemudian mengambil kopi dan gula ia menuangkan air panas ke dalam gelas yang berisi kopi dan gula ia aduk perlahan, ia cicipi kopi tersebut, ia letakan sendok bekas kopi ke piring kotor. ia kemudian membawakan kopi tersebut ke suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD