1. Pertemuan Tak Disengaja

1144 Words
"Tolong temukan putriku, Max!" pinta Rollo seperti memohon pada Maximus yang berdiri di depannya. "Ada pengkhianat diantara para pengawal putriku dan dia sedang pergi memancing di danau beku saat para pengawalnya yang lain ditembaki hingga tewas." tambah Rollo memberikan informasi pada Maximus, tangan kanan kepercayaannya. "Baik. Saya akan menemukan Lagertha dan membawa kepala pengkhianat itu ke hadapan Anda, Bos!" sahut Maximus seraya menundukkan tubuhnya hormat pada Rollo. Maximus sudah sangat paham dengan hobby Lagertha yang memang tidak biasa, seperti berkemping di puncak pegununan bersalju, memburu hewan atau memancing ikan di danau beku. Meski jika Lagertha mau makan daging hewan liar hasil buruan atau ikan dari danau beku, Rollo bisa mendatangkannya dengan mudah tanpa Lagertha harus repot melakukannya sendiri. Tetapi gadis tomboi itu selalu menolak dan ingin memburu serta memancing ikannya sendiri. "Kenapa genetik Papamu harus turun plek ketiplek padamu, Lagertha?" desah Maximus yang merupakan teman Rollo saat pria itu waktu muda dahulu gemar hiking, berburu dan memancing ikan di danau beku. Kebiasaan Rollo berubah sejak dia menjadi pemimpin organisasi mafia, dimana pemimpin sebelumnya tewas. Juga kehadiran Priskila, istri Rollo sangat bisa mengendalikan hobby aneh suaminya tersebut. Sayangnya, kini Lagertha, putri mereka yang memiliki hobby aneh itu yang tentu saja sangat berbahaya bagi seorang gadis muda putri bos mafia. Dimana musuh selalu mengintai dan menunggu celah untuk menjatuhkan kekuasaan Rollo yang sulit dikalahkan karena memiliki tangan kanan pembunuh kejam pada sisinya. Maximus mengemudikan mobilnya, menyusuri jalanan dan juga berkoordinasi dengan beberapa anak buah setia Rollo yang lainnya untuk tetap saling melaporkan jika menemukan Lagertha. "Saya menemukan mobilnya Nona, Max! Sudah kehabisan bensin dan ada jejak darah di sini ..." sebuah laporan masuk ke radio Maximus. "Telusuri sekelilingnya dan bawa ke markas apa pun yang kalian temukan!" titah Maximus yang dipatuhi oleh anak buah Rollo. Di tempat lain, Jordan yang melihat tindak pelecehan oleh empat orang pria pada satu orang wanita di depan matanya, berteriak yang mengejutkan empat pria tersebut. "Lepaskan dia!" Sang pria yang sedang mengurut batang jantannya menoleh pada Jordan, lalu menyeringai sinis dan memberi kode pada pria yang bertugas memegangi tangan sang wanita untuk menghalangi Jordan. Sang pria yang di beri kode, melepaskan tangan sang wanita yang tubuhnya langsung jatuh merosot tanpa daya sehingga memudahkan bagi pria besar untuk membaringkannya ke atas tanah. Dua orang pria yang sebelumnya memegangi kaki sang wanita agar tidak meronta, kembali melebarkan kedua kakinya terbuka lebar yang masih ditutupi lapisan kain terakhir dan hendak disentak lepas oleh pria yang mengarahkan batang jantannya memasuki tubuh sang wanita. Darah Jordan terasa mendidih melihat wanita yang terlihat lemah, tidak sanggup lagi membela dirinya tersebut. Dengan kecepatan kilat, Jordan melompat dan memanjati dinding kemudian melayangkan tendangan ke samping leher sang pria yang hendak turun memasuki tubuh wanita lemah di bawah tubuhnya tersebut hingga dia jatuh rebah dengan otot sela paha mengacung kaku. Tangan Jordan juga bergerak mundur, mencekal leher belakang dari pria yang sebelumnya memegangi tangan sang wanita di atas kepala dan menghalanginya namun posisinya menjadi dibelakang Jordan setelah pria itu melompat ke dinding untuk menendang tubuh pria besar yang kini berusaha bangkit kembali karena kesenangannya terganggu. "Aku sudah memperingatkan kalian!" Jordan kembali melayangkan tinju ke pria besar yang berusaha bangkit dari terjatuhnya dan pria yang dia cekal serta menendang pangkal leher dua orang pria yang memegangi bagian kaki sang wanita. Semuanya terkejut mendapat serangan mendadak juga ilmu beladiri jauh di atas mereka. Bugh ...bugh! Bugh-bugh!! Suara tinju dan tendangan terdengar bergema dan sangat nyaring. Empat pria yang merupakan berandalan nakal senang menggoda wanita, tidak memiliki ilmu beladiri yang mumpuni selain tubuh besar mereka untuk mendesak wanita hingga terpojok tidak bisa meminta pertolongan, dengan mudah Jordan mengalahkan mereka semua, jatuh berdebum dengan posisi tubuh aneh, kepala tertekuk ke bawah dengan punggung di bagian atas. Pria yang celananya melorot terlihat mengenaskan dengan otot sela paha masih mencuat kaku, berusaha bangkit susah payah memberikan perlawanan namun Jordan dengan cepat menendang samping lututnya hingga pria itu terjatuh dan wajahnya hampir mengenai sang wanita yang menyadari dirinya mendapatkan pertolongan. "T-tolong aku ..." lirih suara sang wanita menatap pilu pada Jordan. Jordan melepaskan mantelnya dan menggunakannya untuk menyelimuti tubuh sang wanita, lalu berjongkok di depannya agar sang wanita naik ke punggungnya. Jordan mengangkat tubuh sang wanita yang ternyata masih sangat muda itu begitu dia merasakan beban di punggungnya untuk dia bawa pulang ke rumah Maximus. "T-terima kasih ...a-aku ..." Jordan memberikan roti bekal dari Siggy ke sang wanita muda. "Aku tidak memiliki minuman, ini rumah temanku." Jordan bertutur pelan, berjongkok di depan wanita yang dia memegang handuk setengah basah untuk membersihkan wajah sang wanita yang kotor. "Aku melihat ada toko minuman di depan sana ..." lanjut Jordan yang sebenarnya dirinya juga sedang haus akibat dari pertarungan melawan empat pria berandalan tadi. "Aku ikut! Aku tidak mau di tinggal ..." Sang wanita yang sudah bisa berkata lancar, langsung menjawab dan berusaha berdiri tetapi karena tubuhnya lelah, dia terjatuh ke bahu Jordan yang masih berjongkok di depannya. "Aku tak akan lama. Kamu sudah aman di sini, jangan kuatir. Atau mau pergi ke rumah sakit?" Sang wanita menggelengkan kepalanya dengan cepat, matanya masih menyiratkan ketakutan tapi akhirnya dia mengangguk setelah beradu tatapan dengan Jordan cukup lama. "Aku Lagertha ...siapa namamu?" "Jordan." sahut Jordan pendek tersenyum tipis menjawab Lagertha. "Cepatlah pergi beli minuman, aku juga haus." cetus Lagertha sambil mengambil handuk setengah basah yang Jordan letakkan di atas meja kayu di sampingnya, kemudian mengusap wajahnya yang terasa lebih segar dari sebelumnya setelah menyentuh air. Jordan mengangguk dan bergegas pergi setelah memberitahu Lagertha mengenai ciri-ciri Maximus, jika pria itu pulang lebih dulu dari dirinya membeli minuman. Tempat tinggal Maximus berada di bawah kaki bukit sehingga Jordan bisa melihat pemandangan malam lebih jelas, begitu juga letak kedai penjual minuman yang seperti food truck tidak jauh dari gang sebelumnya dirinya menemukan Lagertha. "Kamu bisa minum sendiri? Apakah kamu ingin membersihkan tubuhmu? Ada air hangat di kamar mandi dan aku menemukan jubah bersih yang bisa kamu gunakan untuk pakaian gantimu," Jordan bertanya pada Lagertha setelah dia pulang membeli minuman dan meletakkan gelas plastik minuman hangat di samping meja Lagertha tetapi gadis itu hanya terus menatapnya tanpa berkata apa-apa. Lagertha tersentak dari menatap wajah pria di depannya tersebut yang menarik perhatiannya. Segera tangannya meraih gelas minuman dan tanpa sengaja malah menumpahkan setengah gelas isi minumannya ke jubah Jordan yang masih dipakainya tersebut. "Sepertinya aku harus mandi." cetus Lagertha seraya bangkit berdiri dan berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi, tempat tadi Jordan keluar dari memeriksa air hangatnya. Jordan mengambilkan handuk dan jubah mandi dari kamar Maximus untuk dipakai oleh Lagertha karena ternyata Jordan tidak membawa pakaiannya. Maximus baru saja pulang ke rumah, membawa dua kantong besar berisi bahan makanan, minuman dan buah yang dia akhirnya ingat jika meninggalkan Jodan sementara tidak ada apapun yang bisa dimakan atau dimasak di rumahnya. Mata Maximus terbelalak ketika Lagertha keluar dari kamar mandi, memakai jubahnya yang kebesaran pada tubuh gadis muda itu dan wajahnya sedikit berseri setelah mandi air hangat. "Kau ...?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD