2 Sisi

1069 Words
Kilat dan petir menyambar berkali-kali malam itu. Hujan mengguyur kota dengan sangat lebat. Dimalam yang gelap itu disertakan kilat dan petir, di sambut oleh keributan dari hujan dan angin yang kencang. Kelvin bersama geng barunya tetap melancarkan aksinya. Malah keadaan seperti inilah yang ditunggu-tunggu mereka. Pasalnya dengan hujan dan angin yang sangat lebat akan meredam suara pekikan dari korban yang mereka begal. Sungguh perbuatan yang sangat menakutkan. Kali ini geng itu hanya pergi berempat. Dengan menggunakan tiga sepeda motor. Seperti biasanya Kelvin bersama Yuda berada di satu motor. Dia tetap memiliki tugas yang sama, yaitu merampas dan melarikan kendaraan si korban. Geng itu hanya berkeliling kota tanpa arah, mereka mencari target di lokasi-lokasi yang sedikit sepi. Hujan lebat tetap mengguyur tanpa henti, belum ada tanda-tanda hujan akan berakhir. " Yud, selama kerja ginian, lo dah pernah bunuh orang ? " Bisik Kelvin diatas motor " Gila aja luu, gue kerja ginian buat ngidupin orang, masa gue harus merebut nyawa orang. " Selama diperjalanan Kelvin dan Yuda hanya berbincang mengenai teknis pekerjaan mereka. Tidak sedikit pun mereka membicarakan tentang sampai kapan mereka melakukan ini. Disisi lain. Di saat Kelvin berkerja dengan cara merampas hak orang lain, hingga menyakitinya. Feri teman yang selalu ada buat dia, satu-satunya teman yang mengorbankan hidupnya hanya untuk menyelamatkan dia dari ketergantungan obat-obatan. Berjuang keras mencari uang dengan jalan yang berbeda. Feri melakukan balap liar dimanapun ada perlombaan. Siapapun lawannya Feri selalu mengikuti balap tersebut. Feri yang notabenenya bukan keluarga Kelvin, tidak memiliki ikatan darah sedikitpun. Mau dengan tulus berkorban untuk menyelamatkan dia dari keterpurukan hidup dan dari penderitaan hidup yang dialaminya. Malam ini lagi-lagi Feri mengikuti balap liar yang berada cukup jauh dari kota. Karena hadiah yang cukup menggiurkan Feri nekat mengikuti balap tersebut meskipun cuaca sangat tidak mendukung. Hujan lebat serta angin kencang membuat jalan licin serta keseimbangan saat berada diatas motor dengan kecepatan tinggi terganggu. Tapi hal itu tetap tak membuat Feri mundur, demi kehidupan yang jauh lebih baik untuk Kelvin, Feri rela melakukan semua ini. Setiap hasil dari balap liar yang diikuti Feri, selalu disisihkan untuk biaya Kelvin berobat. Sesekali uang itu digunakan untuk membeli obat-obatan terlarang itu jika dia sudah tidak sanggup lagi menahan sakit akibat kecanduan yang sungguh menyiksa itu. Sisanya digunakan untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Begitu besar pengorbanan Feri untuk orang yang bahkan tidak pernah berbuat apa-apa untuknya. Akan tetapi mereka telah lama berteman dekat, Feri selalu menyaksikan naik turunnya kehidupan Kelvin. Dimatanya persahabatan bersama Kelvin memiliki makna yang berbeda. Tapi malam ini, Feri melakukan hal yang diluar batas nalar. Dia rela mengorbankan apapun demi menolong sahabatnya itu. Bahkan ketika nyawa sekalipun taruhannya. Hal yang mungkin keluarganya sendiri yang mempunyai hubungan darah dengan Kelvin tidak akan mau melakukan sampai sejauh itu. Hujan deras tadi mulai mereda, para anak-anak motor sudah sangat ramai berkumpul di lokasi balap liar itu. Hanya sekitar 10 orang yang berani mengikuti balap tersebut. Sisanya hanya sekedar menonton dan meramaikan balap tersebut. Feri datang sendirian malam ini,bertaruh nyawa serta pamornya sebagai seorang pembalap liar. Meskipun hujan telah mulai reda. Tetap saja jalanan masih terdapat genangan-genangan air. Jika sekali saja melakukan kesalahan, Feri akan terjatuh, tersungkur, dan terpental. Nyawa memang menjadi taruhannya. Karena ini adalah balap liar, tidak ada yang namanya pihak keamanan apa lagi medis. Balap dimulai, suara knalpot motor para pembalap sangat menusuk telinga. Jalanan yang penuh dengan genangan air terlihat sangat licin. Seakan haus akan korban yang akan terpental-pental diatasnya. Begitu juga desas desus yang beredar dari para penonton yang sudah memenuhi tiap tepian jalan. Mereka bertaruh akan banyak korban yang jatuh dari motornya malam ini. Feri terlihat sangat fokus. Bola matanya begitu bulat dan tajam. Terlihat tekad yang sangat besar serta pengharapan untuk segera menyudahi balap ini dan menangkapnya. Feri sangat berharap dari uang yang dia dapat dari balap malam ini. Dia telah melakukan persiapan jauh hari sebelum datangnya malam ini. Putaran demi putaran balapan itu sudah berlangsung. Jalanan licin yang penuh genangan air tersebut telah memakan korban berkali kali. Sebagian genangan air itu telah bercampur dengan darah para pembalap yang berjatuhan. Akan tetapi Feri tetap melaju dengan baik. Hingga saat ini dia belum menemukan hambatan sedikitpun. Dari hambatan di jalanan hingga hambatan pada motornya sendiri. Meskipun tidak menemukan hambatan yang berarti dia tetap tidak bisa merebut posisi pertama hingga pertandingan usai. Akan tetapi Feri cukup bersyukur meskipun tidak mendapatkan posisi pertama yang berhadiahkan cukup besar itu malam ini. Mengingat banyak korban yang berjatuhan, banyak darah yang berceceran , serta pecahan-pecahan sepeda motor yang berserakan di jalanan tersebut. Hadiah yang didapatkan oleh Feri sekitaran 20 jutaan. Hari ini memang taruhannya sangat besar akibat jalanan yang tidak baik. Kelvin, Feri dan Yuda melakukan aksi yang sama sama tidak baik. Mereka berseberangan dalam hal mencari uang tapi yakinlah hati mereka masih sama. "Gimana aksi lo?" tanya Kelvin yang kebetulan baru pulang. "Lo bisa liat kan gue baik-baik aja," balas Feri tersenyum bangga. Jam sudah menunjukkan pukul 04.30 pagi, Kelvin langsung menuju ke kamar untuk beristirahat. Tetapi tidak dengan Feri, dia membersihkan diri terlebih dahulu. Adzan subuh berkumandang, seperti biasa Feri melaksanakan shalat subuh sebagaimana merupakan kewajiban bagi umat muslim. Azan subuh tidak membuat seorang Kelvin terbangun, damainya tidur membuat dia tidak merespon panggilan Allah itu. Dan memang sejak perubahan Kelvin di bangku SMA membuatnya menyentuh sajadah saja tidak pernah lagi. Untuk shalat jumat dia hanya sesekali saja, itupun dipaksa oleh Feri. Setelah selesai menunaikan kewajiban shalat, Feri mulai merebahkan tubuhnya di samping Kelvin. Penat dengan kegiatannya hari ini membuat matanya dengan mudah terpejam. *** Seperti biasa, Yuda selalu mendatangi anak asuhnya untuk memberi beberapa lembar uang untuk biaya hidup. Sebelum dia memutuskan untuk mencari uang dengan cara salah, Yuda terasa teriris hatinya melihat banyaknya anak-anak di jalanan belum makan selama berhari-hari. Sampai saat Yuda menemukan anak-anak itu, ada yang sudah lebih dulu pulang tempat semestinya. Saat itu Yuda membenci semua orang yang tidak ada satupun menolong anak malang itu. Mereka membiarkan anak malang itu tergeletak di pinggir jalan menahan rasa sakit. Yuda langsung membawanya kerumah sakit, tetapi semua itu terlambat. Akhirnya Yuda bertekad mencari uang bagaimanapun caranya agar anak-anak jalanan itu tetap bisa makan. Kepada siapa Yuda harus marah dengan kondisi anak itu, kemana orang tua mereka? Memikirkannya saja Yuda sudah lebih dulu muak. "Gimana keadaan kalian?" tanya Yuda sambil tersenyum. "Alhamdulillah baik bang," jawab mereka semua serentak. Tidak ada yang tau Yuda mendapat uang darimana, yang anak-anak itu tau Yuda adalah malaikat yang dikirimkan tuhan untuk melindungi mereka dari kejamnya hidup didunia ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD