02 - Seperti Takdir

1099 Words
"Aku bersumpah kalau kamu sebentar lagi tidak akan merasa percaya diri seperti saat ini, Nona." Ucap Mahesa sambil tersenyum menyeringai. Kemudian Mahesa memperhatikan penampilan wanita dihadapannya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Oh iya? Aku tidak takut dengan ancaman kamu, Tuan." Balas Raquel yang saat ini sedang menebak apa yang ingin dilakukan oleh pria dihadapannya itu. 'Raquel, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Bukannya kamu seharusnya menjalankan misi kamu? Oh iya ngomong - ngomong dimana pria itu? Bahkan didlaam keramaian seperti ini aku tidak berhasil menemukannya. Huft, kenapa aku malah membuang - buang waktuku hanya untuk meladeni pria asing ini? Sungguh sial!' Batinnya yang sedang merutuki kebodohannya sendiri. "Mahesa! Ternyata kamu disini. Maafkan aku karena tidak bisa mengenalimu ditengah keramaian seperti ini." Seru Romi yang saat ini menghampiri Mahesa. 'Mahesa...kenapa aku merasa namanya sangat tidak asing ya?' Pikir Raquel. Dia merasa seperti pernah mendengar nama pria itu. Romi membuka topengnya, "Sorry karena aku tidak mengenalimu."  Mahesa membuka topengnya, "Tidak masalah. Aku menyukai pesta topeng ini, Rom." Ucapnya sambil melirik kearah wanita yang ada dihadapannya. 'Sial, jadi ternyata dia Tuan Muda yang harus aku dekati itu? Kenapa pertemuan kami malah menjadi seperti ini?' Raquel berjalan mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia benar - benar merutuki kebodohan sendiri. "Oh iya? Kenapa seperti itu?" "Aku jadi bisa bersembunyi dibalik topeng ini. Lihat tidak ada seorang wanita yang mengenaliku. Aku jadi tidak perlu repot - repot untuk menolak mereka semua." Ucapnya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Raquel. Kini Raquel membelalakkan kedua matanya tak percaya, 'Dasar playboy!' Batinnya. "Tuan..." Asisten Romi berjalan menghampirinya. "Ada apa?"  Asistennya itu mendekat lalu membisikkan sesuatu ditelinganya, "Baik, tunggu sebentar." "Ada apa, Rom?" Tanya Mahesa. "Ada seseorang yang harus aku temui, Sa. Tapi aku tidak enak untuk meninggalkan kamu sendirian disini." "Tidak masalah, Rom. Temui lah tamu kamu. Lagian aku tidak seorang diri disini." Mahesa lagi - lagi menatap kearah Raquel. "Kamu serius?" "Iya, udah cepat sana pergi!" Desak Mahesa sambil mendorong tubuh Romi. "Baiklah, nanti aku akan menghampiri kamu lagi ya. Selamat menikmati pestanya. Kalau begitu aku pergi dulu."  "Iya, tentu." Setelah melihat Romi sudah berjalan menjauh, Mahesa kembali menatap kearah Raquel. Namun, Raquel sudah berjalan pergi meninggalkannya. "Jadi kamu mau kabur begitu saja?" Mahesa berhasil menahan tangan wanita itu. "S-siapa yang ingin kabur? Aku hanya merasa lelah karena sejak tadi berdiri seperti ini. Lepaskan aku!" Raquel berusaha untuk melepaskan tangan Mahesa. "Tidak akan semudah itu!" Mahesa malah menggenggam jemari wanita misterius itu lalu berjalan menuju kursi kosong yang berada tidak jauh dari mereka. "Hei, apa kamu tidak mendengarkanku? Aku bilang lepaskan aku!" Seru Raquel lagi. "Duduk!" Pinta Mahesa. "Kenapa aku harus menurutimu? Emangnya apa hebatnya kamu!" "Duduk! Selagi aku masih bersikap baik - baik." Raquel sempat berpikir sebentar lalu dia memutuskan untuk duduk tepat disebelah Mahesa.  "Siapa kamu? Kenapa kamu tidak merasa takut kepadaku?" Tanya Mahesa dengan sangat penasaran. "Aku? Kenapa aku harus mengatakan diriku siapa. Emangnya siapa kamu? Kenapa aku harus merasa takut? Apa kamu bukan manusia?"" Jawab Raquel sambil menunjuk dirinya sendiri. Mahesa kembali menatap tajam dan selidik kepada Raquel, 'Boleh juga, apa dia benar - benar tidak mengenal siapa diriku ini?' Batin Mahesa. "Perkenalkan aku Mahesa. Kamu?" Mahesa mengulurkan tangannya. Raquel menatap curiga dengan sikap baik yang ditunjukkan oleh Mahesa, dia masih harus bersikap waspada karena bisa saja ini semua hanya bagian dari rencana Mahesa.  "Maaf aku tidak tertarik untuk berkenalan dengan kamu!" Balas Raquel lalu bangkit dari duduknya. 'Oh jadi dia berpura - pura sok jual mahal. Oke aku mengerti. Aku akan mengikuti permainannya.' Pikir Mahesa. Dia sudah mengenggam jemarinya sendiri. "Baik, Nona, Aku tidak akan memaksa untuk kamu mengatakan nama kamu." Balas Mahesa. "Sepertinya aku sudah tidak mempunyai urusan lagi dengan kamu, Tuan!" "Oh iya? Apa kamu yakin, Nona?" Tanya Mahesa. Raquel sudah memalingkan wajahnya kini kembali menatap tajam dan tak mengerti kepada Mahesa.  Mahesa menunjukkan sebuah rekaman yang memperlihatkan dengan jelas dirinya sedang menyiram segelas bir ke pakaian miliknya. Raquel hanya tertawa, "Kamu ingin mengancamku, Tuan?" "Tidak mungkin, Nona. Bukannya kamu yang memulainya terlebih dulu?" 'Sial!' Gumam Raquel yang kini sudah mengepalkan kedua tangannya. Raquel menghela nafas dengan kasar, "Katakan apa yang kamu inginkan, Tuan?" Mendengarkan ucapan wanita yang ada dihadapannya itu membuat senyuman Mahesa mengembang dengan sempurna, "Temani aku berdansa." "Aku? Kenapa harus aku dari sekian banyak wanita yang ada diruangan ini?" Lagi - lagi Raquel menunjuk dirinya sendiri. Dia merasa permintaan Mahesa terlalu konyol. "Bukannya kamu sudah mengetahui jawabannya? Kenapa masih bertanya?" 'Sial! Sial! Sial! Dasar pria b******k!' Gumamnya lagi. "Kalau aku menolak?" "Aku akan menuntut kamu dan menyuruh kamu untuk ganti rugi. Dan aku tidak akan sungkan - sungkan untuk menyebarkan rekaman CCTV ini." Ancam Mahesa. "Silahkan saja, Tuan. Bukankah disana juga tidak terlihat wajahku." Balas Raquel tanpa merasa takut sama sekali. Senyuman kemenangan Mahesa yang sejak tadi dia perlihatkan menghilang seketika. 'Sial, kenapa wanita ini tidak merasa takut dengan ancamanku? Kenapa dia selalu saja bisa membalasnya?' Batin Mahesa dengan geramnya. Melihat reaksi kesal Mahesa membuat Raquel tersenyum lebar, "Maaf, aku harus pergi, Tuan! Lain kali kalau ingin mengancamku harus mempunyai cukup bukti." "TUANNN!" Teriak Anak buahnya sambil berlari menghampiri Mahesa. "Kenapa lama sekali!" "Tunggu! Aku masih belum selesai berbicara, Nona." Mahesa berjalan mendekati Raquel.  "Lihat ini...bukannya wanita ini kamu? Oh iya aku bahkan mengetahui dimana mobil dan alamat kamu, Nona. Masih yakin ingin pergi?" Bisik Mahesa. Raquel sudah tidak bisa berkutik lagi, dia memutuskan untuk menyerah, "Baiklah aku akan menemanimu berdansa. Ingat hanya berdansa saja tidak lebih dari itu." Tegas Raquel. Mahesa tersenyum menyeringai, 'Ini baru awal! Kamu kira aku bodoh? Aku tidak akan dengan mudah membiarkan kamu untuk kabur.' Batin Mahesa. "Tentu saja, Nona. Kamu pikir aku akan melakukan apa?" Ucap Mahesa sambil menatap Raquel dari atas sampai kebawah. 'b******k! Dasar iblis!' Raquel terus saja merutuki Mahesa. Mahesa sudah mengulurkan tangannya kembali, "Silahkan..." Raquel sempat terdiam beberapa saat lalu dengan sangat terpaksa menerima uluran tangan pria menyebalkan dihadapannya itu. Kini Mahesa membawa Raquel berjalan kearah tengah. Lalu Mahesa mengarahkan kedua tangan wanita itu ke lehernya. Sementara Mahesa memegang pinggang ramping Raquel. Raquel sempat merasa risih karena pinggangnya dipegang seperti itu. 'Jangan senang dulu, aku bersumpah tidak akan tinggal dia. Lihat dan tunggu saja nanti.' "Jangan menatapku terus menerus seperti itu. Hati - hati nanti kamu tidak akan bisa melupakanku." Ucap Mahesa. "Jangan mimpi!" Ketus Raquel. Mahesa benar - benar menikmati saat menggoda wanita misterius dihadapannya itu. Yang tadinya dirinya tidak bersemangat untuk berpesta, kini berubah menjadi sangat bersemangat. Itu semua berkat adanya wanita dihadapannya itu. Dia merasa sangat terhibur saat ini. Seketika rasa lelah yang dia rasakan hilang. Mereka berdua terus saja berdansa dengan iringan lagu yang sedang diputar saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD