“Jadi intinya kamu belum menikah, kan?” Abi memastikannya sekali lagi. “Y-ya, belum. Tapi gimana kalau seandainya udah? Kamu itu seharusnya lebih—” “Belum. Dan itu udah lebih dari cukup. Saya merasa nggak perlu tahu lebih jauh lagi.” “Abimana!” Seru Naura geram. Kenapa bicara dengan pemuda ini rasanya seperti tengah bicara dengan tempok, memantul dan terasa sama saja bohong. Kesimpulan yang didapat dari percakapan ini jelas tidak ada, kan? Karena Abi tetap dengan pola pikirnya yang sama sekali enggan untuk mundur. “Saya akan berusaha Naura, apa pun. Apa pun akan saya lakuin buat kamu. Jadi kalau kamu memang belum bisa terima saya sekarang, bilang sama saya. Apa yang harus saya lakuin.” Ucap Abi, kali ini dengan nada dan tatapan cukup lembut. Tidak semendominasi sebelumnya, atau bahkan

