3-Rumah Orang Tua

1216 Words
Melangkah dengan pasti memasuki megahnya rumah bak istana, senyum terlukis amat jelas di wajah cantik Ezra menggambarkan ia sangat bahagia bisa pulang ke rumah orang tuanya. "Yuhu spade, ada orang tidak?" Ezra celingak-celinguk mencari keberadaan penghuni rumah. "Lagian rumah gede amat," ucap Ezra sambil memegang barang bawaannya. "Mamaaa," jerit Ezra memanggil ibunya yang entah ada di mana. Ezra berjalan lagi menuju lantai dua. Rumah orang tua Ezra berada tidak jauh dari apartemen miliknya. Kakinya mulai memijak satu persatu anak tangga sebenarnya ada lift hanya saja Ezra tak ingin menggunakannya. Hari ini Ezra akan menginap di rumah orang tuanya. "Gini nih, kalau rumah gede, jerit sekali mana kedengaran," ujar Ezra. Ezra memilih ke kamar orang tuanya, bisa saja ibunya sedang berada di situ. Ceklek "Maaa," panggil Ezra sambil membuka pintu. Ia melihat ke segala penjuru kamar, tapi tidak menemukan ibunya. "Mama." Sekali lagi Ezra memanggil ibunya, tapi tetap tidak ada sahutan. "Di mana sih penghuni rumah," gumam Ezra. Matanya melihat ke dinding ternyata sudah sore dan barulah disadari oleh Ezra. Ibunya pasti sedang berada di dapur. "Segala lupa," sesal Ezra. Ezra pun kembali turun setelah meletakkan barang yang ia bawa di atas kasur. "Naik lift aja deh, capek." Ezra memilih untuk turun ke bawah menggunakan lift. Kakinya yang jarang berolahraga membuat ia mudah lelah. Ting Setelah lift sudah sampai di lantai bawa, Ezra keluar lalu berjalan menuju ke dapur untuk mencari ibunya. "Ehmm, aroma apa ini?" pikir Ezra menerka-nerka sesuatu. "Kok gosong sih," sesal seseorang terdengar nyaring. "Mama," panggil Ezra membuat seorang wanita paruh baya menoleh ke arahnya. "Sayang," ucap Rani lalu berlari memeluk Ezra. "Mama rinduuu," ujar Rani lagi, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. "Dih, lebay amat," ucap Ezra menggoda ibunya. Rani langsung memukul bahu Ezra, "Kurang diajarin," ucapnya. Ezra tertawa lalu melepas pelukan. Ia memandang dua ART yang berdiri sambil tersenyum ke arahnya. "Gosong?" tanya Ezra yang diangguki dua ART yang memang sudah lama bekerja di rumah orang tuanya. Yang satu sudah tua dan yang satu lagi masih terbilang muda. "Mama sih, kalau gak bisa ya jangan dicoba, mubazir tahu," ucap Ezra sambil berjalan melihat hasil buatan ibunya. "Ya habisnya, kelihatan masih putih kayak udah mati, ya udah entar-entar aja angkatnya, eeh malah ikannya kehitaman alias gosong," jawab Rani membela dirinya. "Kan ikannya memang dah mati ibu negara," ujar Ezra menggelengkan kepalanya. Ibunya memang absurd banget. "Enggak kapok apa buat ayam n***o terus, sekarang ganti ikan?" heran Ezra. Ibu Ezra itu memang tidak bisa menggoreng ayam selalu saja gosong. Ezra dan abangnya selalu menamai ayam gosong itu dengan sebutan ayam n***o. Walaupun sering gagal, tapi Rani tetap ingin mencoba dan mencoba terus, tapi tetap tidak ada hasil yang memuaskan. Dan lihatlah sekarang berganti menggunakan ikan. "Ya, mana tahu berhasil ternyata enggak juga," kekeh Rani. "Mau dinamai apa nih ikan? Ikan n***o juga?" "Jangan disamain." Rani tampak memikirkan sesuatu. "Gimana kalau ikan hitam?" ujarnya. "Terserah Mama lah," jawab Ezra. "Ya sudah, kalian lanjutkan saja masaknya," ucap Rani yang diangguki kedua ARTnya. "Ayok," ajak Rani menggandeng tangan putrinya. Mereka berdua memilih duduk di rumah tengah. "Papa mana, Ma?" "Biasalah," jawab Rani menirukan intonasi yang sedang viral. "Abang kamu mana ya, Dek?" tanya Rani. "Biasalah," jawab Ezra tak mau kalah gaul dari ibunya. Mereka pun tertawa. "Assalammualaykum," ucap seseorang dengan gagahnya melangkah mendekat ke arah Ezra dan Rani. "Abanggg," ujar Ezra lalu berhambur ke pelukan abangnya tersayang. "Lebay amat," ucap Aryan. Pria berumur 30 tahun menjabat sebagai CEO di perusahan milik keluarganya. "Dih lebay, tapi erat banget meluknya, mati nih adek." Ezra merasa balasan pelukan dari abangnya sangatlah erat. "Biasalah," jawab Aryan. "Dih, lepas." Ezra berusaha melepaskan pelukan mereka karena benar-benar bikin sesak. "Makanya jangan sok an jauh," ujar Aryan sambil menjentikkan telunjuknya di kening adiknya itu. Ezra merintih rasa sakit di keningnya. "Dih, sering video call an juga," ucapnya. "Mama dianggurin check," ujar Rani yang tetap duduk manis di sofa. "Ehh, gak kelihatan," ucap Aryan menggoda ibunya itu. Aryan memeluk ibunya menyalurkan rindu yang sudah penuh walau mereka sering telponan dan video call. Rindu akan hilang jika pertemuan itu ada. Percuma telponan yang hanya mendengarkan suara, rindu tetap akan terasa ada. Sedangkan video call yang hanya mendengar suara dan wajah. Namun, tak bisa dipeluk, rindu tetap akan melekat. "Mentang-mentang Mama pendek, dikatain gak kelihatan," rajuk Rani. Ezra dan Aryan pun tertawa mendengar penuturan ibu mereka. "Yap, benar sekali," ucap Aryan dan Ezra kompak. "Hilih, dudul," ujar Rani menggelengkan kepalanya. Ezra pun ikut duduk bersama abang dan ibunya sambil menunggu satu orang lagi. Setelah kumpul barulah terlihat ketidakwarasan keluarga mereka. Keluarga yang hangat itu selalu dirasakan Ezra. Sejauh apa pun pergi, rumah adalah tempat kembali. "Assalammualaykum," ucap seseorang masuk ke dalam rumah. Ezra, Aryan dan Rani menoleh dan sudah mereka pastikan siapa yang masuk. "Wah, ada orang-orang yang butuh cinta," ujar lelaki paruh baya yang bernama Rangga. Suami Rani dan ayah Ezra serta Aryan. "Enggak butuh," jawab Ezra, Aryan dan Rani kompak. "Butuh duit nih pasti, kelihatan dari wajah-wajahnya," ucap Rangga lagi. Ia memang sosok pria yang humoris. "Boleh tuh kalau itu," seru Ezra dan Rani. "Mata duitan," goda Aryan. "Biarin, suka-suka kami, iri? Bilang boss," jawab Ezra dan Rani kompak. "Dasar wanita gak pernah salah," ucap Rangga. Ezra dan Aryan saling melirik karena sesuatu akan terjadi. "Lepassss," ucap Rangga karena ia dipeluk kedua anaknya secara mendadak walau sudah sering terjadi kalau Ezra dan Aryan bertemu. "Adek duluan," ujar Ezra. "Abang duluan kok," ucap Aryan. "Adek." "Abang." "Pokoknya, Adek." "Popoknya, Abang." Seketika mereka langsung tertawa mendengar pelesetan kata yang diucapkan Aryan. "Dih, nih lidah segala kepeleset," ujar Aryan. "Sudah-sudah, gak kuat Mama." Rani terus tertawa begitu juga dengan Ezra. "Ma, lambaikan tangan ke kamera," ujar Rangga berseru. "Kamera mana, kamera mana?" tanya Rani celingak-celinguk ke bawah. "Mana ada kamera di bawah," ujar Aryan. "Siapa tahu orangnya lebih pendek dari Mama," kekeh Rani dan itu sukses membuat mereka kembali tertawa. "Pa, dapat di mana sih?" Kekeh Ezra. Keluarganya memang tidak normal dan bercandaan seperti itu sudah biasa. "Biasa, di minimarket sesuai dengan tubuhnya," jawab Rangga. "Mini," ucap Aryan sambil terkekeh. "Dasar pria buncis," seru Rani. "Buncit, heiii," ucap Rangga. "Hentikan drama ini, wahai orang tua. Aku sudah tak kuat tertawa," ujar Ezra. "Jomblo kuat, ketawa gak kuat, gimana sih," kekeh Rangga. "Papa berdosa banget," ucap Ezra. "Usssttt diam," seru Aryan tiba-tiba dan seketika semua diam. "Denger gak?" tanya Aryan. Semuanya pun mengeryitkan kening pertanda mereka mencoba mengerti ucapan Aryan. Prutttttt Aryan pun tertawa lalu melarikan diri dari ruang tengah. "Ihhh bauuu," jerit Ezra. Abangnya memang kebangetan. "Kentut gak izin dulu," seru Rani. Aryan tetap tertawa sambil berlari hendak menaiki anak tangga. Brukkk Ezra dan orang tuanya langsung tertawa karena Aryan tersandung. "Syukurin, karma," ujar Ezra. "Sejak kapan ada tiang di sini," ucap Aryan sambil mengusap-usap keningnya. Sangking cerobohnya, tiang saja ia tabrak, tapi wanita tidak pernah ditembak. "Makanya mata digunain bukan lihat jalan, bukan lihat cewek satu itu doang," ujar Rani. "Penting dia selalu ada buat Aryan," jawab Aryan. Yang dimaksud ibunya bukan manusia melainkan sebuah benda yakni laptop yang berwarna pink. Aryan memang memiliki laptop berwarna pink dan itu ia gunakan ketika tidak di kantor. Jika di kantor bisa turun wibawanya. Sengaja ia memiliki dua laptop. "Menikahlah kalian wahai, jomblo lumutan," seru Rangga mengejek putra dan putrinya. "Bersabarlah wahai, orang tua," seru Ezra dan Aryan tak mau kalah. Beginilah jika mereka sudah berkumpul. Lebih baik berpisah biar kelihatan warasnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD