(Author)
Kamis menyapa seluruh insan kembali. Tak terasa seminggu sudah, Ezot mengenal Eja setelah insiden di mana Ezot menyelamatkan Eja dari keroyokan SMA Dian. Keduanya semakin sini semakin dekat, dekat dalam artian selalu bertengkar seperti pertengkaran Eja-Ezot yang selama ini kita ketahui.
Kriiiiiiiiing....
Bell sekolah berdering, istirahat kedua pun tiba. Separuh siswa-siswi Tadika Kencana berhamburan keluar dari kelas. Ntah itu menuju kantin, maupun menuju mushola sekolah. Karena jam menunjukkan pukul 11.50, di mana seluruh siswa-siswi muslim berebutan dan mengantre untuk mengambil wudhu.
"Zot, Ken, Yu, ayo sholat!!" cerca Yasmin dengan suara menggelegarnya.
"Iya nggak usah teriak kali!!" sahut Ezot yang geram karena Yasmin selalu saja berisik. 4G beriringan dengan membawa mukena masing-masing hendak ke mushola untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Di depan kelas, Levin, Trian, Adit dan Fedrik dengan asyiknya bermain UNO. Ezot hanya berdecak melihat kelakuan temannya itu.
"Wooy sholat!!" seru Yasmin pada ke-empat curut yang malah bermain UNO itu.
"Udah pernah," sahut Levin.
"Gila emang! Mimpi apa gue bisa temenan sama si Levin? Tetanggaan lagi," rutuk Yasmin pelan sambil berjalan bersama ke-tiga sahabatnya.
"Jangan terlalu benci, ntar malah jodoh lagi. Gue doain lo jodoh. Aamiin...," kata Keny yang disahut dengan kata 'aamiin' juga oleh Ezot dan Liyu. Yasmin memandang kesal ke-tiga sahabatnya itu.
"Amit-amit ih."
***
"Zot liat sana!" seru Liyu seraya menunjuk ke arah masjid tempat imam. Terlihat Eja yang sedang mengumandangkan Adzan dengan khusyu dan merdunya. Tanpa disadari, Ezot tersenyum bangga sembari menatap Eja dengan penuh arti.
"Cepet woy wudhunya," rutuk Laras di belakang sana. Karena Ezot malah terdiam seraya menunduk, padahal kran air sudah di depan mata. Ketiga sahabatnya hanya tersenyum jail.
"Liatinnya gitu banget, Neng!" goda Keny. Ezot tak menempasnya karena dia sedang berwudhu.
Setelah 4G selesai melaksanakan wudhu, mereka berjalan menuju pintu mushola. Memilih saff tempat mereka sholat. Kain penghalang untuk pembatas ikhwan dan akhwat membuat Ezot tak dapat melihat apa yang dilakukan Eja di balik sana.
Hati gue kenapa ini? Jantung gue malah degdeg an gini, makin cepet lagi. Sebelumnya gue belum ngerasain kayak gini. Apa ini yang disebut cinta? Tapi nyatanya, hari gue sama dia selalu aja berantem. Tapi orang bilang, kalau pertengkaran itu bumbu dari sebuah hubungan. Apaan sih Zot, emang lo ada hubungan apa sama dia?
Ezot tampak menekuk wajahnya karena pemikirannya itu. Setelah memakai mukena, dia terduduk sejenak menunggu kaum ikhwan mengumandangkan iqomat.
***
Kini, Ezot dan kawan-kawannya sedang berjalan menuju kantin. Beberapa menit yang lalu bell pulang berbunyi. Inilah kebiasaannya, selalu berkumpul ria untuk sekedar berbincang-bincang.
"Heh, Zot!" Tiba-tiba seorang siswa kelas XI menarik kalung monster yang Ezot pakai dengan dibuntuti kedua temannya di belakang. Dengan tatapan benci, lelaki itu menunjuk Ezot.
"Lo kan yang kemaren kempesin ban motor gue?! Emang anjing lo!" Ezot hanya tersenyum remeh padanya.
"Iya terus kenapa?" sahutnya santai.
"Anjing lo!"
"Elo yang anjing, Babi!! Lu pikir gue nggak tau apa yang ngunciin Friska di kamar mandi siapa? Lo kan?! Gue liat sendiri. Adik kelas nggak ada sopan-sopannya, dasar!" Ezot balik menunjuk lelaki yang bernama Dicky itu dengan kejam. Yasmin, Liyu, dan Keny hanya bersedekap d**a dengan raut wajah malas.
"Apa urusannya sama lo? Gue yang ngunciin Friska, kok lo yang nyolot sih, b***h!"
"Yaiyalah!! Lu nggak tau siapa kita disini, setan?! Friska itu termasuk anak kumpulan kita. Lo nggak tau member kita banyak? Apa perlu kita panggil semua buat keroyok lu?! Secuil aja lo sentuh apalagi sakitin anak-anak buah gue. Mati lo, anjing!" Ezot hendak beringsut namun tangan Dicky menahannya dan tamparan lelaki itu mengenai pipi Ezot dengan keras.
"Heh!!! Lo berani!!!" Liyu memekik kaget.
"Aaargghh!! Anjrit!!!" rutuk Dicky ketika Keny menendang 'anu'-nya tanpa rasa kasian.
"Heh!!! Apa-apaan sih lo, Ken?" teman Dicky yang bernama Rendy itu mendorong bahu Keny dengan keras sampai Keny terjengkang ke belakang. Keadaan kantin yang sepi membuat mereka leluasa dan merasa bebas.
"Anjir!! Lo jangan sakitin sahabat gue!!" Ezot bangkit kembali dan hendak menampar Dicky, namun yang ada sekarang tangan Ezot dipelintirkan Dicky tanpa iba.
Bugh!!!
"Berani sama cewek lo, Banci?!!" Ezot menoleh ke asal sumber suara berat yang baru saja berucap.
Eja?
Bugh!
"Lawan gue dulu kalau mau nyakitin mereka!! Anjing emang lo!! Pergi!!" wajah garang Eja membuat ketiga curut itu ciut. Walau Eja kebilang murid baru, tetapi siapa yang tak kenal kemampuan bela diri dia? Apalagi Eja ini anak kumpulan Adam Kutukupret. Tak ada yang berani melawan tentunya.
"Kalian nggak papa kan?" tanya Eja dengan wajah khawatir. Liyu, Keny dan Yasmin hanya menggeleng pelan. Napas mereka masih terdengar memburu.
"Lo nggak papa, Zot?" Eja menghampiri Ezot yang sedang meringis sembari memegangi pipinya yang merah ulah tamparan Dicky.
"Ya Allah merah banget itu." pekik Yasmin tak terima melihat pipi Ezot yang merah padam.
"Ikut gue! Pinjem Ezotnya, guys!" Tanpa menunggu jawaban Ezot, Eja menarik tangannya dan berlari.
"Woy!! Lo main tarik-tarik aja! Lo pikir gue tas jinjing apa?!" protes Ezot.
"Kalian malah diem aja! Woy!!" panggil Ezot setengah berteriak pada teman-temannya yang sudah berjarak jauh.
"Sorry, Zot!" sahut Keny mewakili ketiganya. Akhirnya Ezot pasrah akan tarikan tangan Eja.
***
"Awwww sakit, b**o!" rutuk Ezot ketika es batu mengenai pipinya.
"Tahan dong kan biar sembuh."
Nih cowok kenapa? Ada apa gerangan nih lembut gini? Kemaren aja waktu di danau gue baper, apalagi sekarang. Gimana nggak? Eja bawa gue ke rumahnya, rumah Tante Susan. Untung Om Adrian kagak di rumah. Oiya ... Gue masih belom tau hubungan Eja sama keluarga ini.
"Eja..."
"Ali!" dalih Eja ketika Ezot menyebutnya 'Eja'.
"Edan sama aja kali. Nama lo kan emang Eja. Ribet lo!"
"Nggak mau tau harus manggil Ali."
"Iya iya deh Ali."
"Kenapa?" tanya Eja.
"Lo siapanya Tante Susan sama Om Adrian sih?" Eja yang semula memfokuskan matanya pada pipi Ezot, kini berpindah haluan menatap mata hazel Ezot yang indah.
"Sorry... Nggak usah jawab juga! Gue nggak berhak kok buat ta__," kata Ezot terpotong oleh jari telunjuk Eja.
"Sssttt ... Gue boleh cerita sama lo?" Ezot yang memang penasaran mengangguk mantap.
"Jadi sebenernya__."
"Assalamu'alaikum!" Suara Tante Susan memenuhi pendengaran keduanya.
"Wa'alaikum salam."
"Eeh Ezot?" wajah Tante Susan tampak berbinar melihat keberadaan Ezot di rumahnya. Eja hanya memandang keduanya heran.
Mereka kenal?
"Hai, Tante!! Apa kabar, Tan?" Ezot bangun dari duduknya dan mencium punggung tangan Tante Susan dengan sopan.
"Ma..." Eja juga melakukan hal yang sama.
Ma? Eja anaknya tante Susan?
"Ya Allah ... Tante kangen banget sama Ezot!" Tante Susan memeluk Ezot dengan penuh sayang. Terbersit perasaan hangat menghinggapi hati Eja.
Ntah kenapa gue bersyukur Mama sayangin Ezot. Begitupun sebaliknya. Ntah apa yang gue rasain sekarang? Yang pasti gue nyaman deket Ezot. Apa ini cinta? Ntahlah. Mengingat gue yang nggak berpengalaman jalin hubungan sama cewek, ngebuat gue ragu. Tapi rasa ini langka. Apa hati gue mulai bereaksi?
"Bengong aja!" Tante Susan menyadarkan Eja yang terdiam.
"Kalian udah kenal?" tanya Eja dengan wajah heran. Tante Susan hanya terkekeh pelan sembari tangannya yang terus saja membelai lembut rambut Ezot.
"Ezot ini anaknya sahabat Mama, namanya Tante Qory. Temen Bilqis juga waktu kecil. Waktu kamu tinggal di rumah Kakek Nenek. Dan Ezot ... Eja ini anak sulung Tante yang baru pindah dari Bandung." Ezot mengerjapkan matanya lucu. Dunia ini sempit.
"Oh gitu, Tante. Tapi kok beda ya. Tante baik, Bilqis baik juga, eh Eja annoying banget." Eja mendelik kesal mendengar ucapan Ezot yang mengadu pada Mamanya.
"Hahaha emang tuh anak. Kalian kayaknya udah akrab banget ya?"
"Ya gitu deh, Ma," sahut Eja. "Reynia mana, Ma?" lanjutnya.
"Halo, assalamu'alaikum." Panjang umur. Baru ditanyakan, orangnya malah nongol.
"Kak Ezoot! OMG kangen!!" pekik Bilqis a.k.a Reynia yang menenteng dua paper bag berlabelkan 'SanCake'. Ya memang, selain menjadi ibu rumah tangga, Tante Susan juga memiliki toko kue milik sendiri. Pertama, karena ia merasa bosan. Dan kedua, karena Adrian yang terkadang tak peduli.
"Caelah di sekolah juga ketemu kali!"
"Ih abang ini. Kita emang ketemu. Tapi udah jarang ngobrol," jawab Bilqis.
"Lo kemana aja? Nggak pernah main ke rumah gue lagi?" Ezot membalas pelukan hangat Bilqis dengan penuh sayang.
"Aku sibuk sekarang, sama bantuin jaga toko juga." Ezot mengangguk mengerti terhadap ucapan Bilqis.
"Eeh itu pipinya kesini, diobatin lagi. Keburu es nya cair," kata Eja setengah berteriak. Tante Susan dan Bilqis menatap keduanya dengan curiga.
"Pipi Ezot merah gitu. Diapain Eja?!" Tante Susan membentak Eja dengan mata melotot yang Eja takuti.
"Bukan sama Eja kok, Tante. Tadi cuma kejedot pilar sekolah aja," dusta Ezot. Eja memandang Ezot penuh tanya karena jawabannya tak sesuai kenyataan.
"Kalian ada hubungan apa hayoo?" sergah Bilqis tiba-tiba. Tante Susan seketika berbinar-binar.
"Kalian pacaran?" tanyanya penuh antusias.
"Enggak, Tante."
"Enggak, Ma."
Sergah mereka bersamaan. Tante Susan mendesah kecewa mendengar jawaban dari mulut pasangan Reza di depannya.
"Yah ... kenapa?" Tante Susan tampak bersedih rupanya.
"Iya padahal kalian cocok lho. Ih Ma... Nama mereka juga sama-sama Reza. Wah jodoh ini mah," ujar Bilqis heboh. Tanpa disadari hati Eja dan Ezot mengamini doa Bilqis. Nah kok?
"Aamiin ya semoga. Pokoknya Mama tunggu kabar bahagia kalian pacaran secepatnya. Eja jangan lupa ya."
Si Tante kayak si Mami aja sih. Pacaran malah didukung. Tapi kenapa gue malah seneng gini ya?
"Sini, Ly! Pipinya diobatin lagi," pekik Eja lagi.
"Iya iya."
"Ayook ahh Ma jangan ganggu double Reza yang lagi berduaan hihihi". Bilqis menarik tangan Mamanya yang juga terkikik geli.
Tinggallah Eja dan Ezot di ruangan minimalis ini. Ditemani keheningan yang menyelimuti keduanya.