o BAYANGAN MASA LALU

1175 Words
5 years later   Langit cerah kali ini lagi lagi ditutupi mendung. Hujan yang turun mulai membuat hawa dingin berbaur dengan suara ombak dibawah sana. 5 tahun berlalu, tak ada cerita lagi yang mau ia dengar tentang Armagius. Sebaliknya, Atrit Phosaidon tumbuh menjadi kerajaan besar dalam waktu singkat. Dipimpin oleh raja yang bijaksana dan cerdas bersama ratu tercantik yang pernah ada. Semua warna masa lalu seolah memudar. Dia hanya ingin hidup bahagia selamanya. Pagi itu, seorang wanita berdiri di balkon kamarnya menatap laut luas disekitar kerajaan megah itu. Angin yang dibawa mendung menerbangkan rambut blondenya menari lembut, kulit putih cerahnya bagai berlian bergelut gaun hijau yang terbuka sebagian punggungnya, bagian rendah di bagian depan gaunnyapun menonjolkan lekuk tubuhnya yang sexi, terlihat begitu anggun. Ia menghirup aroma bunga bunga mekar dari hidung mancungnya. Dan... Hangat... Bibir merahnya merekah mengulas senyum saat merasakan hembusan napas dilekukan leher jenjangnya. Sebuah ciuman lembut terasa meremangkan seluruh tubuh. Pelukan erat mulai melingkar dipinggangnya. " Aku merindukanmu, Alice." Bisiknya parau. Ya, inilah Alice 5 tahun kemudian. Ia berbalik dengan wajah ceria menatap sosok dibelakangnya.   " Kau sudah kembali?” Binarnya kemudian memeluk sosok itu erat penuh kerinduan. Dia tersenyum, pria itu.. Pria dengan rambut pirang gelombang sebahu, kulit yang seputih embun dan mata yang sebening lautan. " Sudah sebulan ya, bagaimana kabarmu?” Tanyanya melepas pelukan Alice lalu menatap mata ambernya teduh " Ssstt haruskah kita membahas itu sekarang? Aku sangat merindukanmu Raja Albertku." Ucapnya manja lalu mengalungkan tangannya dileher kokoh Pria yang tak lain adalah Albertus. " Kau jadi begitu cantik setelah aku pulang berperang. Dan... ( Albertus mendekatkan wajahnya) aku sangat merindukanmu." Bisiknya lalu mengecup sekilas bibir merah menggoda didepannya. Matanya terpejam saat Alice menggigit bibirnya pelan " Apa kau tidak menemukan gadis yang bisa kau goda diluar sana sayang?” Tanyanya membelai kancing kemeja Albertus manja. Albertus tersenyum memegang wajah Alice. Lalu mengarahkan jarinya keleher jenjangnya. " Banyak yang menggodaku. Tapi mereka hanya menjadi bayangan saat aku melihatmu." Ucapnya lalu mencium leher jenjang didepannya. Alice tersenyum kemudian menurunkan sedikit tali gaun dipundaknya agar suaminya itu bisa lebih leluasa. Ia mendorong d**a Albertus ke arah ranjang lalu tersenyum nakal padanya. Pria itu tertawa kemudian mulai meraih tubuh Alice agar duduk dipangkuannya dan kembali mencumbu bibirnya. Namun... " Klek" Alice segera berdiri dari pangkuan Albert dan merapikan gaunnya kembali. Albertpun menjadi salah tingkah. Saat... Langkah kecil itu memasuki ruangan. Rambut hitam panjangnya terlihat indah tergerai sepinggang. Kulitnya yang putih dan mata ambernya yang indah menatap Alice dan Albertus  bergantian. Ia begitu cantik dan begitu kecil. Gadis kecil yang sangat menggemaskan tampak berkacak pinggang dan melangkah tegap. " Kashii, tak bisakah kau mengetuk pintu?” Alice mengembungkan pipinya kesal. " Heeeii ayah, kau kembali dan tak punya waktu menemuiku ya? Kau bilang kau tidak bisa hidup tanpaku. Dasal penipu! Buktinya kau punya waktu belsama ibu tapi tidak belsamaku!” Celotehnya marah. Mendengar itu, Albertus tertawa lalu berdiri dari duduknya. " Lihat putri kecil ayah, kemarilah sayang." Ujarnya merentangkan tangannya. Gadis kecil itu memalingkan wajahnya cemberut " Tidak usah sok baik. Aku sedang malah padamu!” Ujarnya gemas. Albertus tersenyum lalu mendekati gadis kecilnya. Ia duduk didepannya dan membelai rambut hitam sang putri lembut. " Waaah putri ayah sudah bertambah tinggi ya?” Ucapnya dengan nada takjub " Benalkah?” Tanya gadis kecil itu berbinar seketika. Albertus mengangguk pelan. " Kau sudah semakin tinggi dan ayah yakin sebentar lagi kau akan dewasa." Jawab Albertus meyakinkan. Mendengar itu, gadis kecil bernama Kashi itu berbinar. " Ayah kau memang baik." Ucapnya senang lalu merangkul Albertus. Pria itu tertawa mencium dan memeluk Kashi. " Hmmm kau bilang tadi marah. Kenapa begitu cepat berubah?” Celetuk Alice mengernyitkan alisnya " Diam kau Ibu! Ibu mana mengelti perasaan gadis sepertiku." Jawab Kashi membuat Albertus tertawa terbahak bahak lalu kembali memeluk putri kecilnya itu. Alice tersenyum Rasanya kebahagiaan begitu sempurna saat melihat kasih sayang Albertus untuk putrinya. Ya, Kashi Alexsha adalah putrinya dari Sosok yang sejak 5 tahun yang lalu sudah tak pernah ia sebutkan lagi namanya. Segala yang coba ia lupakan terpatri jelas didalam tubuh putri kecilnya. Kashi memiliki sorot mata ayah kandungnya, rambut legam indahnya dan juga bentuk senyumnya. Terkadang saat berada disisi putrinya, ia seolah melihat wajah Mikanya disana. Pria yang dulu membuatnya terobsesi dan hampir mengorbankan segalanya. Terkadang ia menyadari kebodohan dan kepolosannya dimasa lalu. Saat ia masih terlalu muda untuk benar benar bisa merasakan cinta, dan saat ia mengingat siksaan dan perngorbanan yang ia tanggung dulu hingga harus terusir dari Armagius, kebencian dihatinya semakin besar. Kini, Dia merasa kehidupannya sudah sempurna. Memiliki anak yang cantik dan suami yang begitu baik serta sangat mencintainya. Dia seolah melupakan Vallennya Dan semua kenangan dimasa lalunya. Benar, Alice hidup dengan bahagia. Hampir tidak pernah meneteskan air mata, yang ada hanya senyum di hari harinya. Atau mungkin cintanya hanya tertidur? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Lalu bagaimana kabar Armagius? Kabarnya, Istana itu tumbuh pesat dan tetap menjadi istana terbesar di belahan dunia ini. Tapi tak ada satupun kabar yang terdengar tentang rajanya. Seluruh pemerintahan dikuasai dari dalam istana. Tak ada kabar Armagius melebarkan sayapnya untuk menaklukkan istana lain seperti dulu. Padahal jika mereka mau mereka memiliki mesin pembunuh sebagai Rajanya bukan? Apa yang terjadi?   ***   " Ekhem." Suara lembut itu membuat coretan tangannya terhenti. Ia tersenyum manis sembari merapikan kertas kertas yang berserakan dimeja. Dari remang lampu, ia bisa melihat dengan jelas siapa yang kini berdiri diambang pintu ruang kerjanya. Alice tersenyum lembut dengan mantel ditangannya. " Kau datang untuk menyapa, menegur atau menggangguku?” Senyum Albertus melontarkan pertanyaan seraya menopang dagu pada salah satu punggung tangannya diatas meja. Benar benar membuat kadar ketampanannya berlipat ganda. Sekali lagi Alice tersenyum lalu menutup pintu ruang kerja itu pelan. " Aku membawakanmu mantel. Air sedang pasang. Kau pasti kedingingan. Kau terlalu sibuk diruang kerjamu." Ujarnya mendekati Albertus. Pria itu tersenyum menghembuskan napasnya berat. " Mantel? Huh." Cibirnya dengan nada menggoda. Diliriknya penampilan Alice yang tampak menggiurkan. Ia mengenakan bagian dalam baju tidurnya berwarna cokelat s**u yang seolah membuat lekuk tubuhnya semakin sexi dengan belahan tinggi dibagian paha. " Tunggu?” Senyum Albertus saat Alice menyelimutkan mantel itu kebahu suaminya. " Al.." Alice tersenyum saat tangan kekar Albertus terasa menyapu kulit pahanya yang memang sengaja dibiarkan terbuka. Dia berdiri menjajari Alice lalu meletakkan mantel itu dikursi kerjanya. " Ada sesuatu yang jauh lebih menghangatkan dari pada mantel ini." Senyumnya menggoda. Yang sumpah demi apa, dengan wajah seperti itu pantas saja banyak yang tergila gila padanya. Alice membelai rambut pirang Albertus lalu mendekatkan dirinya hanya beberapa centi yang bahkan suara hembusan napasnya saja seolah bisa ia rasakan. " Apa?” Tanyanya parau. Albertus memegang lembut dagu Alice lalu mendekati wajahnya " Ranjang kita." Bisiknya lalu ... " Al.. ya tuhan..!!!" Alice berteriak spontan saat tiba tiba Albertus menggendong tubuhnya. Reflex ia mengalungkan tangannya dileher kokoh pria bermata biru itu. " Turunkan aku.. bagaimana kalau ada yang melihat?” Seru Alice melirik kekanan dan kekiri saat Albertus membawanya keluar dan melangkah menuju kamar pribadi mereka. Pria itu hanya tersenyum memainkan matanya. “ Ini istanaku, apapun bisa aku lakukan.” Ujarnya manis Dia selalu membuatku merasa nyaman.. Bagaimana aku tak bahagia? Dia selalu tahu caranya memanjakanku.. Bagaimana aku tak bahagia? Aku sangat bahagia. Bersamanya.. Aku bisa melupakan semua rasa sakitku Aku bisa melupakan segala yang terpahit dalam diriku.. Jika kebahagiaan ini bisa berlangsung selamanya.. Apalah arti sebuah cinta? Aku Alice Atrix istri Albertus Aries Atrix. Dan aku.. Bukan lagi gadis lugu yang dulu.. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD