o The Black Shadow

1437 Words
Usiaku 7 tahun saat pertama mengenalnya. Dia gadis yang sangat periang, pintar dan memiliki senyum yang begitu indah. Sejak guru mengenalkannya padaku, dia seolah menjadi bayanganku. Aku berada di tingkat ke 3 akademi mengalahkan yang lainnya. Karna prestasiku, guru memintaku menjadi pelatih khusus Aldegyr dalam memanah. Tapi bukannya berlatih. Gadis 9 tahun itu malah menggangguku setiap saat. Saat usiaku 10 tahun dan dia 12 tahun, dia menyatakan perasaannya padaku. Kami menjadi lebih dekat. Aku pemuda yang polos dan hanya berusaha menjadi orang baik untuk menghapus stigment negatif tentang ayah dan tempatku dilahirkan. Walau aku hanya seorang pangeran dari kasta rendah,  aku haruslah luar biasa bagi mereka yang memandang rendah diriku. Cinta anak anak yang kami jalani terlihat sempurna. Jujur, aku menjadi tergila gila padanya. Senyumnya, kecantikannya, keceriaannya yang melengkapi diriku, sikap manjanya yang selalu menggodaku. Segalanya tiba tiba menjadi dunia baru bagiku. Sampai saat aku lulus dari akademi. Saat itu usiaku 13 tahun. Dia menangis memelukku. Mengajakku menemuinya di rumah pohon kami. Disana.. dia mengungkapkan bahwa dia takut kehilanganku. Sampai larut malam aku menemaninya. Dalam malam itu, dia memaksaku untuk memilikinya.  Dia bilang agar tak ada yang memisahkan kami setelahnya Aku tahu ini salah. Tapi setelah kami menyatu, dia menjadi segalanya bagiku. Kami terus melakukannya setelah itu. Bertemu diam diam dan melakukan hubungan terlarang ini. Aku sangat mencintainya melibihi diriku sendiri. Hingga.. Dia tiba tiba menghilang. Dia mematahkan perasaanku dengan penghianatannya. Dan aku menjadi gila karna cinta ini. Seumur hidupku.. semua orang membenciku. Hanya dia cinta yang aku miliki. Penghianatan yang aku kira telah membutakan hati dan membuatku gila. Aku menjadi bukan diriku, menjadi seperti ayahku. Menjadi Raja Julliant yang jahat dan tak punya hati. Walaupun selama puluhan tahun aku masih menyimpan hati itu dengan namanya.. Selama puluhan tahun hanya Aldegyr yang aku cintai. Bahkan itulah alasannya mengapa sampai saat ini aku tidak menikah. Bukan karna fisikku atau kejahatan didalam diriku. Tapi aku tak memiliki hati lagi untuk mencintai siapapun setelahnya. Aldegyr adalah aku Aldegyr adalah jiwaku Aldegyr adalah hatiku Aldegyr adalah dunia Bahkan untuknyalah kebencian ini sampai membutakan diri dan perasannku. Lalu sekarang.. Saat mendengar semuanya. Aku merasa mati untuk kedua kalinya. Aku merasa sakit dan kebencian didalam diriku seolah berbalik pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku.. Begitu jahat? ***   " Klek" Vallen menoleh sekilas saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Tampak Raja Julliant berdiri dengan wajah memerah dan air mata meleleh menatap dirinya. Namun dia terlihat acuh, Dia kembali menatap kearah lain lalu menundukkan wajahnya. Kemejanya tampak acak, dan rambutnya basah dengan keringat. Mata ambernya membengkak dan terlihat jelas Mika sangat hancur " Apa lagi yang kau inginkan kak?” Tanyanya tanpa menatap. Lalu tiba tiba... " Vallen." Raja Julliant melangkah cepat kearah Mika. Dan... " DEG" Mika terhenyak, tubuhnya seolah limbung saat tiba tiba Raja Julliant memeluknya erat. Dia anakku.. Darah dagingku.. Penebusan dosaku Dan bagian dari orang yang paling aku cintai.. Dia putraku.. Maafkan aku Aldegyr.. Maafkan aku.. Tubuhnya terguncang menangis sementara tangannya memebelai rambut Mika lembut. " Kau bersandiwara lagi?” Tanya Mika datar. Mendengar itu perasaan Raja Julliant seolah tersayat. Ia melepas pelukannya lalu menangkup wajah Mika kedalam tangannya. Menatap wajahnya lekat. Pria itu kembali menangis. Memang benar, Ada sebagian wajah Mika yang begitu mengingatkannya pada Aldegyr. " Hidupku sudah hancur sekarang. Lalu apalagi perintahmu kak?” Tanyanya dengan wajah pucat. " Tidak Vallen.. tidak, aku mohon jangan begini. Aku menyayangimu. Maafkan aku, sekarang berdirilah!” Raja Julliant menarik lengan Mika memaksanya berdiri menatapnya " Dengarkan aku Mika, aku memang jahat. Selama ini aku dibutakan oleh dendam karna diriku sendiri. Aku sadar aku sudah keterlaluan. Tolong maafkan aku. Kau boleh membunuhku setelah ini. Tapi sekarang pergilah?” Ujar Raja Julliant membuat Mika mengernyit. " Pergi? Kemana?” Tanyanya masih datar. " Sayang, pergilah. Bawa Alice kembali. Dia adalah bagian dari dirimu. Aku tahu kau mulai menyukainya. Mika maafkanlah kakakmu ini adikku. Tolong cepatlah pergi susul dia. Kalau perlu aku akan berlutut agar dia memaafkanmu." Ucap Raja Julliant gemetar. Mika menatapnya lekat. Alisnya bertaut, Ada apa dengan Raja Julliant? " Cepatlah Mika! Jangan biarkan hatimu dihancurkan. Kejar dan raih tangannya kembali. Aku minta maaf adikku. Aku telah jahat padamu. A..atau ..atau kau mau aku yang mengejarnya? Aku akan membawanya kembali. " Sikap Raja Julliant membuat bola mata Mika berair. " Sekarang?” Tanyanya dingin dengan senyum sinis. Mika melepas pegangan tangan Raja Julliant di wajahnya. " Maksudmu setelah aku melakukan semuanya? Haha permainan apa lagi ini kak? Kau pikir setelah aku membunuh anakku sendiri dia bisa memaafkanku?” Ucapnya tenang dengan wajah datar. Ia menatap Raja Julliant tajam " M..ika.. a..aku " Jangan sebut namanya lagi didepanku! Ingat ini kak. Hidupku sudah menjadi abu, tak ada jalan untuk mengembalikannya?” Tekan Mika menunjuk jarinya tepat didepan wajah Raja Julliant. " M..ika tidak, kau tidak boleh begini. Aku tidak ingin kau menghukum dirimu atas kesalahanku. Tolong kejar dia. Aku yakin dia akan memaafkanmu." Raja Julliant berlinang air mata. Mika tersenyum dingin lalu membalikkan tubuhnya, ia melangkah tegap kearah jendela " Tapi tidak dengan diriku sendiri kak. Aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Aku tak ingin mengingat atau kembali padanya. Biarkan saja dia bersama Albertus." Ucapnya menatap kelangit lepas. Mata ambernya memerah menatap burung burung yang terbang diangkasa. " Mulai detik ini, sama seperti aku membuang gelar kebangsawanannya. Aku juga tidak akan menjadi Mikaila Alexsander lagi. Aku hanya akan menjadi diriku. (Mika menoleh pelan kearah Raja Julliant dengan tatapan kemarahan) Vallentino. Monster yang kau ciptakan, kakak.” Ujarnya dengan senyum dingin penuh penekanan. Raja Julliant meneteskan air matanya penuh penyesalan. Ditatapnya punggung tegap putranya itu dengan perasaan bersalah seolah mendengar kembali teriakan Aldegyr ditelinganya. Bagaimana caranya meminta maaf? Dia menghancurkan dan memperalat anak yang seharusnya dia lindungi. Mungkin karna kesalahannya.. Segalanya akan menjadi gelap " Maafkan aku Vallen." Pintanya serak. Mika tak menjawab, dia hanya diam seribu bahasa sembari mengepalkan tangannya kuat pada besi jendela. Hanya cahaya dari bulir yang mengenang dibola matanya yang menyiratkan bahwa tak ada harapan didalam hatinya. Sama sekali. Lalu bagaimana dengan Syafira? Gadis itu mengutuk dirinya sendiri didalam sebuah ruangan, Ruangan Albertus. Dia menangis meremas sprei yang menutupi ruang gelap itu. Hatinya merasa terluka saat mengingat bagaimana pemuda pirang itu melindungi Ravega didepan semua orang tadi. Bayangan dan rasa yang diberikannya saat mencumbu Syafira seolah masih membekas disana. " Berani sekali kau Ravega, berani sekali kau menduduki tempatku. Phosaidon dan dia adalah milikku. Berani sekali kau merebutnya dariku." Ucapnya getir lalu terduduk lemah dan menangis diatas ranjang itu. " Dia milikku." Ucapnya terguncang. Bayangan wajah dan sikap acuh Albertus seolah menari diwajahnya. Betapa terlukanya ia.   Phosaidon   Ravega menatap kagum dengan langkah gemetar menatap kemegahan didepannya. Rakyat menaburinya dengan bunga disepanjang jalan. Bagai berada dinegeri dogeng ia menapaki jalan kaca yang tergenang diatas lautan biru menuju sebuah istana yang tampak lebih mirip kilauan berlian. " Albertus, k..au adalah Raja disini?” Tanyanya berkaca kaca. Mata biru Albertus menatapnya teduh lalu tersenyum manis. " Alice, disinilah aku akan menjagamu." Ucapnya mengulurkan tangannya dihadapan wanita itu. Ravega terdiam menatap tangan putih Albertus, seketika matanya berkaca kaca. Entah kenapa ia seolah melihat bayangan Vallennya yang tersenyum dengan wajah malaikat dihadapannya. Ntah apakah dia akan sanggup menanggung semua luka yang b******n itu berikan. Tak terasa bulir bening meluncur dari bola matanya dan menetes dipipi cantiknya " Ravega?” Albertus mengernyit menyadarkannya. Alice menatapnya getir. " Ravega adalah gelar bangsawanku Albertus, kau dengar sendiri kan. Mika sudah membuangnya. Aku hanya Alice sekarang. Alice yang sama dengan yang dulu selalu kau lindungi. Tolong bantu aku.." tangisnya terguncang. Albertus mengerti lalu menghapus air mata diwajahnya. " Buka gerbangnyaaa!” Teriaknya tegas. Maka dengan segera, gerbang megah bertabur perak dihadapannya terbuka luas menampakkan istana indah dengan warna secerah langit seolah berbaur dengan lautan diluar sana. Taman mawar terhampar luas didepannya. Istana ini tidak seluas Armagius tapi jauh lebih elegant dan mewah. Beberapa prajurit langsung berjejer menyambut kedatangan sang Raja. " Ayo!" Ajak Albertus memegang lembut pundak Ravega. Namun...Gadis itu hanya diam mematung. " Alice?” Pemuda berambut pirang itu mengernyit. Ravega menundukkan wajahnya. Ia menyimpan semua rasa sakit didalam hatinya. Bisakah ia melangkah lebih jauh? Hidupnya seolah berada dibatas akhir dan awal baru. Ia menarik napas panjang. " Tidak Al, aku tidak akan masuk bersamamu, sebelum kau mengabulkan satu permintaanku." Ucapnya tanpa menatap, ia menundukkan wajahnya berat sementara tangannya membelai perutnya pelan. Albertus mengernyit. Dengan berat hati Ravega mengangkat wajahnya, matanya menatap lekat iris biru Albert. Ia mencoba menunjukkan senyum namun air mata kembali mengaliri wajah cantiknya itu. " Maukah kau menerima anakku ini dan diriku sebagai istri dan anakmu?” Tanyanya kemudian membuat pemuda itu terbelalak kaget. " A..lice?” Dia gugup seolah tak percaya apa yang barusan terucap dari gadis yang selama ini ia cintai. " Nikahilah aku?” Ucapnya lagi dengan sorot mata penuh luka. Apa yang akan terjadi? Apa jawaban Albertus? Dimanapun aku melangkah aku seolah mendengar desah napasnya Merasakan pelukan dan sentuhannya Melihat wajahnya dan merindukan senyumnya Aku ingin lepas dari bayangan iblis itu. Rasa benci didalam hati memakan cinta yang selama ini tumbuh begitu besar. Mungkin sebagian kalian tak mengerti. Saat kita berusaha dengan semampu dan bersusah payah memberikan segalanya dan berusaha tulus sepenuh hati namun perasaanmu tak pernah dihargai maka.. Yang tertinggal hanyalah.. " Kebenci
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD