Kekacauan di pesta pernikahan

1120 Words
“Lepaskan aku! Lepaskan!” teriak Marina histeris sambil menangis dan menahan tubuhnya yang ditarik Geno dengan paksa untuk keluar dari tempat pernikahan Henry, mantan kekasihnya. Tapi pria yang bertubuh tinggi dan atletis itu seolah tak bergeming dan terus menggenggam tangan Marina erat dan kuat sampai Marina merasa kesakitan dan terpaksa mengikuti langkah Geno. “Jangan bikin malu Marina!” ucap Geno geram sambil menyeret paksa Marina untuk ikut dengannya. “Mas Henry! Kamu jahat mas! Jahat! Seharusnya kamu nikahnya sama aku!” teriak Marina masih histeris dan menangis melihat kearah pelaminan dimana Henry berdiri mematung menatap Marina dengan pandangan berkaca-kaca tapi tak bisa berbuat apa-apa, sedangkan Dea sang pengantin wanita hanya bisa memalingkan wajahnya. Tubuh Marina terhempas masuk ke dalam bangku belakang mobil Geno saat Geno mendorongnya kasar dan menutup pintu mobil dengan keras. Melihat anak buah sang ayah tengah berjalan menuju pintu kemudi, Marina dengan cepat membuka pintu mobil dan berlari sekuat tenaga tanpa alas kaki ingin kembali ke tempat pesta pernikahan. “Marina!” panggil Geno kesal karena gadis itu berhasil melarikan diri dari mobilnya. Baru saja ia keluar dari mobil tiba-tiba terdengar dentuman keras dan decitan mobil tak jauh dari tempatnya berada. Geno segera berlari ke arah suara dan menemukan Marina terduduk di aspal karena tak sengaja tertabrak sebuah mobil yang hendak menghadiri acara resepsi. “Marina! Kamu tidak apa-apa?” tanya Geno cemas sambil memeriksa kondisi Marina. “Apa-apaan sih mbak?! Main nyebrang aja! Untuk mobilnya sedang dalam keadaan lambat!” ucap sang pengemudi marah pada Marina yang tengah shock karena menabrak sebuah mobil. Geno segera membantu Marina berdiri dan mengajaknya untuk kembali masuk ke dalam mobil miliknya. Geno berdecak kesal saat melihat lutut Marina terluka dan lecet karena terkena aspal. Entah apa yang harus ia jelaskan pada pak Herman nanti jika melihat putri bungsunya terluka seperti ini. Marina tampak masih termenung dan menatap kearah lobby hotel dimana acara pernikahan itu dihelat. Ia tampak seperti anak kecil yang menatap kosong sambil menangis sesenggukan saat mobil Geno mulai bergerak menjauh dan meninggalkan hotel. “Mas Hennnn,” panggil Marina sambil menangis memanggil mantan kekasih nya sedih. Air matanya pecah dan mengalir deras sambil memukul-mukulkan kaca jendela pilu. Geno segera menahan tubuh Marina dengan satu tangannya sedangkan satu tangannya sibuk mengendarai mobilnya. Marina menangis sedih membayangkan pernikahan indah itu seharusnya menjadi miliknya dan seharusnya ia yang berbahagia menjadi ratu sehari disana. Semua itu hancur lebur saat sebulan yang lalu di acara lamaran sebelum pernikahan mereka, kekasihnya Henry datang bersama kedua orangtuanya dan seorang perempuan. Acara lamaran yang sudah dirancang indah berubah suram saat kedua orang tua Henry memohon maaf pada keluarga Marina bahwa tak bisa menikahi gadis itu karena Henry telah menghamili Dea yang juga teman kantor Henry dan Marina. Masih terbayang dipelupuk mata Marina ketika bertemu calon mertuanya dan hanya bisa menangis memohon maaf pada Marina. Kini semua impiannya tentang pernikahan digunakan oleh Henry dan Dea. Bahkan mereka tak mengubah tanggal pernikahan mereka. Semua berlangsung sempurna sesuai rencana dan yang berbeda hanyalah pengantin perempuannya saja. Geno hanya bisa diam dan menjaga agar Marina tak menyakiti dirinya saat ia menangis sampai setengah berteriak tak bisa menahan luka dihatinya. *** Geno menghela nafas panjang saat melihat Marina tengah duduk termenung di ranjang rumah sakit. Kakinya yang terluka telah diobati dan terlihat luka lecet juga dibagian telapak tangan karena menahan tubuhnya saat terjatuh. Ia sudah mulai lelah selalu dihubungi orang rumah Marina dan memberitahu apapun yang dilakukan gadis ini lalu membereskan semua masalahnya. “Aku sudah membayar semuanya, ayo kita pulang,” ajak Geno pada Marina. Wajah Marina terlihat berantakan dengan rambut lepek karena bekas menangis. Marina menggelengkan kepalanya perlahan. Ia tampak enggan untuk beranjak pulang. “Marina, aku bukan baby sitter mu yang harus menunggui setiap saat dua puluh empat jam. Kamu pikir aku tak punya pekerjaan lain selain menemanimu?!” ucap Geno perlahan sedikit berbisik ditelinga Marina agar tak ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka karena ruangan IGD itu cukup ramai. “Aku gak mau pulang!” ucap Marina sambil turun dari ranjang dan berjalan tertatih- tatih keluar ruangan. Geno segera mengikuti langkah Marina cepat dan membantu gadis itu berjalan karena ia tampak kesakitan dan berjalan pincang. Marina hanya diam saat Geno membukakan pintu untuknya lalu memasangkan safety belt. “Pokoknya aku gak mau pulang!” ucap Marina pada Geno ketika mobil kembali melaju melewati jalanan Jakarta yang mulai larut. Geno hanya diam tak mempedulikan ucapan Marina dan tetap mengarahkan mobil itu ke arah rumah dimana Marina dan bos besarnya tinggal, pak Herman. Geno hanya bisa mendesah perlahan sambil menatap lurus ke arah jalanan. Seminggu yang lalu pak Herman memanggilnya secara khusus. Geno pikir ia dipanggil karena akan mendapatkan promosi setelah kerja keras dan kesungguhannya dalam bekerja diperusahaan pak Herman. Posisinya sebagai GM tak membuat semangatnya surut untuk mendapatkan posisi lebih tinggi lagi. Apalagi perusahaan tempatnya bekerja adalah perusahaan yang stabil, berkembang baik dan menjadi kuda hitam bagi para kompetitornya. Geno sangat merasa beruntung saat ia kembali bertemu teman kuliahnya dulu, Linda dan memberikan rekomendasi dirinya untuk masuk ke dalam perusahaan sang ayah, yaitu pak Herman. Walau begitu Geno tetap memulainya dari bawah sampai ia berhasil menjadi salah satu GM merangkap salah satu orang kepercayaan pak Herman. Keuletannya dalam bekerja menjadi perhatian pak Herman dan membuatnya menjadi sangat dekat sehingga kemanapun pak Herman pergi, Geno akan selalu berada disisinya. Pertemuannya kemarin ternyata tak hanya memberikan promosi posisi direktur yang selama ini Geno incar tapi sebagai imbalannya ia harus menikahi Marina anak pak Herman yang gagal menikah. Terus terang saja, di dalam hati Geno ia merasa malas jika harus menikahi Marina, jika boleh memilih ia ingin menikahi Linda yang lebih dewasa dan sensual sehingga bisa membuatnya merasa hidup. Sayangnya Linda telah menikah dengan pria lain. Sejak tiga minggu yang lalu, pak Herman menyuruhnya untuk mendekati Marina. Awalnya Geno pikir pak Herman sangat malu dan terpukul karena kegagalan pernikahan anaknya tapi ternyata bukan itu alasannya. Ia melihat Marina menjadi kacau karena kehilangan Henry sehingga lebih baik dia dinikahkan agar ada yang mengurus dan mengawasi dan pak Herman melihat Geno cocok untuk posisi itu. Selain itu pak Herman juga sangat menyukai Geno, pak Herman merasa melihat dirinya saat muda. Iya yakin, Geno suatu hari nanti mampu membuat perusahaannya semakin berkembang atau mendirikan usahanya sendiri. Geno kembali melirik ke arah perempuan yang tengah asik melamun dan menatap kosong keluar jendela. Entah mengapa ia merasa lelah jika harus menikahi Marina. Bukan karena perempuan ini tidak cantik bahkan Marina sebaliknya. Ia lebih cantik dan lembut dibandingkan Linda sang kakak. Geno merasa Marina terlalu rapuh, manja dan tak secerdas Linda. Ia tampak seperti perempuan muda kebanyakan. Gila cinta dengan tujuan hidup sederhana, bekerja dan menikah. Sedangkan Geno butuh pendamping yang berjiwa tangguh, sedikit liar dan bisa mendampingi dirinya yang berambisi mendapatkan segalanya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD