Fahmi vs Gangster
Bab. 1 Fahmi Wijaya vs Gangster
Seorang pria sedang berlari dari kejaran sekelompok orang, nafas pria tersebut begitu memburu.
Detak jantungnya berdetak sangat cepat, wajah dan tubuhnya penuh akan peluh, persis seperti seseorang yang kehujanan di malam hari.
" Sial, seharusnya aku tidak masuk ke wilayah ini. Mengapa pula ada kucing masuk ke wilayah Gangster." batin Fahmi mengumpat keras. Misi dari game yang Fahmi terima adalah untuk menemukan kucing yang hilang.
Dalam quest yang Fahmi terima ia harus memilih salah satu dari tiga quest harian yang harus ia kerjakan, mengira quest itu adalah yang termudah Fahmi memutuskan untuk memilihnya.
Namun siapa yang menyangka quest yang mudah itu membawanya masuk ke sarang para top player yang ternyata adalah para Gangster.
Dengan nafas yang masih tersisa Fahmi berhasil bersembuyi di balik dinding rumah tua di pinggir jalan besar itu.
Beberapa orang terlihat berpencar untuk mencari Fahmi, dua orang ke arah timur, tiga orang ke arah barat dan dua orang lagi ke arah selatan menuju tempatnya Fahmi berada.
Fahmi menengok ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang mungkin bermanfaat baginya untuk dijadikan sebuah senjata, benar-benar kesialan yang beruntun bagi Fahmi.
Mengira quest menangkap kucing adalah quest yang remeh membuat Fahmi tidak mempersiapkan apa pun untuk perkelahian.
Dan sekarang siap atau tidak siap Fahmi harus beradu pukulan dengan para Gangster itu, walaupun tubuh Fahmi yang sekarang tidak seperti dulu, tetapi tetap sahaja ia masih pemian baru, sedangkan para Gangster itu sudah masuk top players dalam game.
" Siall, Siall kucing bang*sat, hadiahnya tidak seberapa. Dan sekarang nyawaku taruhannya. Kemana pula si Reyhan, udah aku chat ratusan kali, kenapa gak dibalas? " dengus Fahmi kesal.
Fahmi tahu game ini dari temannya yang bernama Reyhan, setelah lulus sekolah dan bingung mencari pekerjaan, Fahmi seorang anak gamer yang tidak tahu apa-apa ingin mendapatkan uang dari sebuah pekerjaan. Alih-alih bosan dengan dunia game yang mebosankan.
Setelah bertanya kepada temannya. Fahmi akhirnya mendapatkan sebuah pekerjaan dan pekerjaan itu adalah bermain game.
Permainan yang mengharuskan setiap pemain untuk menyelesaikan misi dan memperpanjang waktu, itu semula Fahmi kerjakan tanpa masalah apapun.
Pendapatan yang masuk juga sangat fantastis, Fahmi telah mendapatkan ratusan dolar masuk ke dalam rekeningnya, namun nasib sial berjumpa dengannya.
Berpikir semua akan sesuai dengan rencananya, justru kebalikkannya, situasi mengharuskannya bertarung melawan para pro player.
Drap
Drap
Drap
Dua orang lelaki bertubuh besar dan kekar berjalan menuju tempok tempat persembunyiannya Fahmi, jantung Fahmi berpacu semakin kencang.
Keringat dingin mulai bercucuran di beberapa sudut wajahnya. Matanya berkeliling melihat sekitar, namun tidak ada apa pun juga yang berguna.
" Oiii, bocah percuma kau bersembuyi. Hari ini adalah hari kematianmu. Keluarlah akan aku berikan kematian yang mudah untukmu. "
" Hahahha, Hasilnya kita bagi dua ya, Bang. "
" Okeh, tapi jangan sampai membuatku turun tangan. Bereskan dengan cepat, jangan sampai anggota lain ikut campur. "
Suara orang yang berbicara membuat pluh di wajah Fahmi semakin banyak, " Baiklah kita coba seberapa kuat tubuh ini, lebih baik mati saat berjuang dari pada mati karena menyerah. " batin Fahmi membulatkan tekad.
Fahmi keluar dari balik tembok dan disambut oleh dua pria besar yang sedang mencarinya. Tanpa basa-basi Fahmi langsung menerjang salah satu dari mereka.
Wusss
Duaar
Arrrrghhhh
Pukulan Fahmi dapat dihidari dengan mudah oleh pria kekar itu, kecepatan dan kekuatan yang berbeda tingkatan membuat serangan Fahmi seperti serangan anak kecil, mudah terbaca dan ditepis.
Kegagalan Fahmi dalam mendaratkan serangan berujung pada serangan balik cepat oleh Gangster itu, tubuh Fahmi menabrak dinding, seteguk darah keluar dari mulutnya dan menampakan wajah yang meringis kesakitan.
" Sialan. Apa aku akan mati disini, " umpat Fahmi dalam hati.
" Bocah tidak tahu diri. Segera habisi dia To," seru pria kekar memerintakan bawahnya.
Pria kekar berambut ikal itu bernama Anto, sedangkan pria kekar berambut lurus yang memerintah itu bernama Joni.
Mereka berdua adalah sahabat dekat dan Joni sudah Anto anggap sebagai kaka sendiri, apa pun yang diminta Joni, Anto selalu menyanggupinya layaknya bawahan dan atasan.
" Oke Bang. " jawab Anto dengan seringainya yang persis seperti penjahat jalanan.
Anto bergerak cepat, sebelum Fahmi bangun dari posisinya ia menendangan berkali-kali tubuh Fahmi.
Dugg
Duhgg
Dugh
Anto menendangi tubuh Fahmi seperti menendang sebuah karung beras. Fahmi yang mendapatkan tendangan hanya bisa meringis kesakitan, ia merasa beberapa tulang rusuknya patah di beberapa bagian.
Fahmi merapatkan giginya, sekujur tubuhnya penuh dengan lebam karena tendangan Anto yang begitu keras, bagaimana pun juga Anto adalah top player, ia sudah memiliki stat yang tinggi..
Apa lagi para pemain yang bermain DT ( Death Timer), jika sudah memiliki stat yang tinggi mereka akan memiliki kemampuan kusus dan bahkan kekuatan super.
Satu pukulan atau tendangan Anto sahaja bisa dengan mudahnya merobohkan sebuah tembok beton. Dan sekarang Anto menendang tubuh Fahmi yang lemah seperti menendang busa.
Fahmi meringkuk kesakitan, ia merangkul kedua lutunya. Mencoba mempertahankan diri dengan melindungi perut serta d**a.
Dalam hati Fahmi sudah tidak sanggup untuk terus bertahan, luka memar dipunggungnya sekilas tidak terlihat parah, namun semua organ dalam tubuhnya berkata lain, hampir semua organ dalamnya mengalami luka serius.
Mata Fahmi menitihkan air mata begitu deras, masih dengan gigi yang merapat. Ia mencoba tidak berteriak dan berharap temannya Reyhan tiba-tiba datang untuk menolongnya.
Seperti super hero yang datang menyelamatkan penduduk yang mengalami musibah, dalam hati Fahmi, hanya Reyhan yang ia harapakan untuk menolongnya. Namun entah sampai kapan ia dapat mempertahankan harapan itu dan menjaga matanya tetap terbuka.
" To, angkat dia biar aku yang menyelesaikannya. Sepertinya dia menaruh banyak statnya di Vitality. Cepat keburu orang lain tahu. " seru Joni memerintahkan Anto dengan lengan baju yang mulai ia gulung.
" Huhh, okeh okeh.... " ucap Anto lemas, ia sedikit kagum dengan Fahmi. Baru kali ini ia melihat ada seseorang yang mampu bertahan dari pukulannya.
Anto menarik paksa lengan Fahmi yang merangkul paha, ia mencoba mengangkat tubuh Fahmi dan membiarkan Joni menghantam seluruh bagian depan tubuh Fahmi.
Cukup sulit, tetapi dengan sedikit tenaga yang Fahmi miliki, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Anto untuk mengangkat tubuh itu.
Dukkk
Bukkkk
Bukk
" Aaarrrghhhh. "
Joni memukul rahang Fahmi, perut dan menendang kepala Fahmi dengan kekuatan penuhnya, kepala Fahmi retak dan darah segar keluar dengan sangat deras pada mulutnya. Seluruh organ dalamnya sekarang sudah benar-benar hancur.
Mata Fahmi setengah terbuka, wajahnya penuh dengan lebam dan darah segar telah membasahi bajunya. Sekarang tinggal satu kali lagi serangan maka tubuh Fahmi resmi akan tumbang dan kehilangan kesadaran.
" Cepat habis dia Bang, aku jijik nih dengan darahnya." ucap Anton sambil memegang kedua tangan Fahmi.
" Iya, iya, sabar napa." dengus kesal Joni atas permintaan Anton. Dalam hati sebenarnya Joni kagum dengan ketahan fisik Fahmi, baru kali ini ada seorang pemain baru yang mampu menahan puluhan kali pukulannya.
Joni ini sebenarnya terkenal dengan julukan Tangan Besi, setiap pukulannya katanya mampu menewaskan para pemain baru. Namun melihat pulukulannya masih belum cukup menewaskan Fahmi, Joni merasa emosi.
Dughh
Aaaaaarrrrrrrrghhhhhh
Pukulan Joni kali ini berbeda dengan sebelumnya, ia manaruh semua tenaganya pada kepalan tangan dan menghantam perut Fahmi dengan sangat cepat.
Fahmi merasakan sakit yang luar biasa, pandangannya hampir kabur dan ia sudah tidak sanggup menahan lagi matanya untuk tidak terpejam.
" Apakah aku akan mati disini, " batin Fahmi bertanya-tanya.
" Apa aku akan ke surga atau neraka?" gumam Fahmi, seluruh nadinya berdenyut keras, deyutan itu membawa rasa sakit yang teramat dalam di sekujur tubuhnya.
Entah mengapa mata Fahmi tidak juga terpejam, sebenarnya ia sudah tidak memiliki alasan apa pun untuk hidup. Rasa sakitnya sudah cukup menjadi alasan baginya, supaya menutup mata.
" Para gangster ba**gan. Aku tidak ingin mati hari ini. Masa aku kalah sama si gembrot Reyhan. Sialan, akan aku balas perbuatan kalian semua, " umpat Fahmi kesal, padangannya memang kabur, tetapi ia masih bisa melihat dua orang pria kekar itu tertawa puas dengan kondisinya sekarang.
Rasa gengsi yang begitu tinggi Fahmi miliki, ia tidak terima dirinya kalah oleh si Reyhan, bagaimana pun juga dia adalah master gamers, selalu menjadi master di semua game. Masih jelas dalam ingatannya, Reyhan sahabatnya yang ia ajari dalam suatu permainan.
Harapan akan datangnya Reyhan sudah hilang, berganti dengan sebuah kebencian yang dalam kepadanya, Fahmi sudah tidak ingin lagi berharap atas bantuan Reyhan.
Rasa sakit yang ia rasakan sudah cukup untuk memupuskan harapannya, dan begitu ia teringat masa lalunya dengan Reyhan, sebuah kebencian dan semangat tiba-tiba muncul.
Saat itu Reyhan adalah, newbie yang sama sekali tidak bisa bermain game, mati berulang kali dalam Raid, tidak bisa mengatur stat karakter dan pemain termiskin dalam game. Dan berkat bantuan Fahmi lah Reyhan bisa bermain game dengan benar.
Begitu Fahmi ingin menutup kedua matanya, gambaran sosok pria gendut dengan makanan di kedua tangan terbayang di dalam pandangannya. Saat melihat gambar tersebut jiwanya menolak untuk mengatupkan mata dan menghentikan nafas.
" Bang dia belum mati, kita tidak bisa dapat uangnya jika dia belum mati, " ucap Anton terkejut melihat Fahmi yang masih bernafas, namun pelan.
" Apaaa!!! " triak Joni tidak percaya.
" Kemari bang, ia masih bernafas dan dari sorot matanya seperti masih sadar." jelas Anton yang juga tidak percaya Fahmi masih hidup.
" To, letakan tubuhnya di tanah, kita hacurkan sahaja kepalanya. Kali ini dia pasti akan mati. " perintah Joni, keringat mulai memenuhi wajahnya. Dan baru kali ini dalam perjalanannya sebagai player DT, kesusahan dalam membunuh pemain baru.
Anto meletakan Tubuh Joni di tanah dan mereka telah bersiap untuk menghancurkan kepala Fahmi. Namun begitu mereka berniat menghancurkan kepala Fahami, sebuah pesan baru muncul dalam layar ponsel mereka.
Klunggg
" Selamat kepada Player Fahmi Wijaya karena mendapatkan julukan ' Pemain Terlemah', kepada siapapun yang menghinanya akan mendapatkan bonus stat tambahan. Dan siapa pun yang membunuhnya akan dikenakan pinalti."
Notif pesan muncul keseluruh pemain DT, foto Fahmi sebagi player terlemah terlihat di seluruh ponsel pemain DT. Joni dan Anto saling berpandangan untuk sesaat, kemudian melihat Fahmi yang tegeletak dengan wajah buruk yang penuh luka.
" Bang, orang itu kan yang ada dalam foto. " ucap Anto menepuk pundak Joni yang maasih terperanjat.
Joni terdiam seribu bahasa, matanya melebar menyaksikan notif dalam ponselnya, ucapan Anto bahkan tidak dapat ia dengar, saking terkejutnya dengan notif yang baru sahaja ia terima.
Plakkk
" To, ada yang lebih gawat dari itu. Baca keterangan pada julukan tersebut," seru Joni yang seraya menampar Anto.
" Cepat selamatkan dia, jika tidak kita akan dapat penalti!!!!" teriak Joni dengan ekspresi wajah panik.
Anto yang masih kebingungan, dengan gerakan tangan gemetar ia membaca keterangan atas julukan yang Fahmi dapat, begitu selesai membaca wajahnya berubah menjadi pucat pasih.
" T--trus gimana Bang, dia udah kritis. Pil penyembuh apa pun yang kita miliki masih belum cukup untuk menolongnya," seru Anto terbata-bata.
" Udah sini cepat jangan kebanyakan mikir, keluarin semua obat penyembuhan yang Lu punya," kata Joni yang sedang memeriksa tubuh Fahmi yang sudah kritis.
Anto memeriksa seluruh obat yang ia simpan dalam tas kecil di pinggangnya, berbagi peralatan p3k seadanya ia keluarkan, namun tidak ada satu pun yang berguna. Luka yang Fahmi alami bukan hanya luka luar sahaja, banyak luka dalam terutama yang mengancam nyawa Fahmi.
Joni dan Anto mulai panik, keringat memenuhi baju mereka. Gugup, takut, cemas dan bingung mereka rasakan, tidak ada obat apa pun yang dapat menolong seseorang dalam kritis.
" To, cepat lempar suar segera. Kita harus membawanya ke markas untuk mendapatkan perawatan Dokter," seru Joni yang sudah tidak memiliki cara apa pun.
" Bang, nanti banyak masalah yang kita terima. Dia kan bukan orang dalam dan terlebih lagi ketua menyuruh kita untuk membunuhnya, " tukas Anto cepat.
" Udah cepet jangan banyak mikir, penalti dalam game ini jauh lebih jadi masalah. "