BAB 2 - BUKAN RAHASIA

1165 Words
Hawa dingin terasa begitu kental menyentuh kulit wajah Cathriona. Tanpa keraguan, ia melaju kudanya melewati jalan-jalan berkelok-kelok di hutan Pinex seakan ia sudah sangat memahami setiap jalan di hutan itu. Keheningan hutan menemani setiap langkah White yang akhirnya membawanya pada sebuah tujuan setelah hampir setengah jam dalam perjalanan.             Suara hening hutan pinus itu mulai samar-samar tergantikan oleh kebisingan khas yang menggema beberapa meter dari hadapan Cathriona.             "Kita sudah sampai White...!" Bisik Cathriona, sambil melompat turun dari White dan mengikatnya pada tempat kuda-kuda banyak diikatkan di tempat itu.             Seluas mata memandang, tak ada lagi keheningan hutan pinus yang ada hanya ratusan pria bertubuh tinggi berisi menggunakan lempengan baja di tubuhnya yang saling memacu pedang ditangannya pada lawan dihadapannya. Pria-pria itu merupakan pria-pria terbaik di Deluxia dalam hal fisik maupun kemampuan bela diri dan kemampuan menggunakan pedang yang telah diseleksi secara ketat untuk bergabung dalam pejuang rahasia Deluxia yang disebut Secram of Deluxia. Mereka menetap dan berlatih di tengah-tengah hutan Pinex ini secara rahasia bahkan hanya beberapa anggota kerajaan yang mengetahui tentang Secram of Deluxia ini.             "Cat... tangkap ini!" teriak seorang pria tiba-tiba sambil melemparkan sebuah pedang kepada Cathriona.             Dengan gerakan cepat Cathriona menangkap pedang ini. "Oh... Swordyku.... aku sangat meridukanmu sayang!" ujar Cathriona sambil mengelus pedangnya itu. Pedangnya itu merupakan pedang peninggalan ayahnya. Pedang itu sangat ringat, dan terdapat ukiran-ukiran indah di salah satu sisi pedang itu.             Tak lama kemudian, Cathriona sudah bergabung dengan ratusan pria yang sedang berlatih dengan pedang-pedangnya. Tak ada lagi rasa canggung di hati Cathriona seperti 11 tahun silam, ketika pertama kali ia menginjakan kakinya ditempat ini bersama pamannya, Felix.             "Kau terlalu lambat Lio!" ucap Cathriona sambil menghunuskan pedangnya pada leher Lionel, teman berlatihnya.             Beberapa pria yang menyaksikan latihan itu atau mungkin bisa dibilang lebih tepatnya pertarungan antara lionel dan Cathriona sejak 15 menit yang lalu bertepuk tangan riuh menyaksikan kemenangan Cathriona.             "Kau hebat sayang! Itu baru gadisku!" teriak Sam.             Cathriona melirik Sam dan berteriak "Sekarang giliranmu sayang!" Catriona melemparkan senyum menantang termanisnya pada Sam dan disambut dengan bangkitnya Sam dari tempat duduknya dan tanpa ragu ia mengangkat pedangnya.             Teriakan riuh dari beberapa pria yang menonton mereka makin menjadi dan menarik perhatian pria-pria lain yang sedang berlatih.             Semakin banyak pria-pria yang menonton pertarungan antara Sam dan Cathriona.Bagaimana tidak, Cathriona satu-satunya wanita ditempat itu dan kehadirannya dalam mengayunkan pedang sangat ditunggu-tunggu oleh para penghuni ditempat itu.         Cathriona dan Sam saling menatap tajam. Nafas antara keduanya makin memburu menandakan kelelahan yang sudah menghinggapi keduanya. Wajah tampan Sam mulai dibanjiri keringat dan juga membasahi rambut cokelat terangnya yang menjuntai indah sebahu pria itu.             "Kau belum lelah sayang?" tanya Sam pada Cathriona.             "Swordyku ini tak akan berhenti sebelum aku mengalahkanmu Sam!" ujar Cathriona dengan senyuman manisnya dan gerakan tangan cepat mengejar pedang Sam.           Mata Sam masih terikat pada wanita cantik dihadapannya itu. Cathriona, wanita yang  sudah ia kenal sejak usianya 9 tahun itu sudah menarik hatinya beberapa tahun terakhir ini. "Oh.. Siall! jangan senyuman itu!"umpat Sam dalam hati saat melihat senyuman manis dari wanita yang kini sedang beradu pedang dengannya yang berhasil menghancurkan konsentrasinya dalam sekejap.             Cathriona  terlalu bodoh kalau tidak mengetahui kelemahan Sam yang sudah sangat sering diajaknya berlatih pedang itu. Dalam sekejap ia tahu kapan Sam kehilangan konsentrasinya dan dengan gerakan cepat ia membalas keras pukulan pedang Sam, lalu dengan gerakan sangat cepat menggerakan pedangnya tepat di leher Sam dengan senyuman puas.             Tepuk tangan penonton menggema keras dan teriakan riuh mereka membuat seorang pria yang sangat dikenal Cathriona keluar dari sebuah pondok besar ditempat itu. Pria itu menatap Cathriona sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap keponakannya itu.             "Konsentrasimu sangat buruk Sam! Sepertinya kau membutuhkan sebuah keajaiban untuk mengalahkanku!" bisik Cathriona sambil berlalu meninggalkan Sam yang masih berdiri menatap wanita cantik yang tak pernah menganggapnya lebih dari sekedar sahabat itu.             Bukan rahasia umum di tempat pelatihan Secram of Deluxia kalau Cathriona merupakan wanita yang hebat dalam berkuda dan menggunakan pedang, sudah banyak pria yang menahan malu karena kekelahan mereka melawan Cathriona dan banyak pria juga yang tak cukup berani untuk dipermalukan oleh ketangguhan wanita bermata cokelat menawan itu. ***             Cathriona menyusuri jalan-jalan setapak di hutan pinus tempat ia lewati tadi pagi untuk kembali ke desanya. Ia teringat kalau bukan karena perintah untuk pulang dari pamanya yang merupakan pemimpin Secram of Deluxia, ia mungkin masih asik mengayunkan pedangnya dengan teman-temannya disana dan kalau tidak mengingat dirinya seorang wanita, ia mungkin juga telah menginap disana dan menikmati sup lezat buatan Andro, koki di  Secram of Deluxia.             Jalanan setapak itu makin tak terlihat jelas di mata Cathriona. Harusnya dia membawa sebuah obor agar ia dapat memperhatikan jalan dihadapannya ini. Cathriona memperlambat jalan White, takut tersandung batang pohon yang banyak tumbang di jalan setapak itu.             Dari kejauhan Cathriona melihat cahaya, seperti beberapa obor yang melayang. Cathriona menatap itu dengan lebih teliti memastikan apa itu. Dari  kejauhan terdengar suara hentakan langkah-langkah banyak kuda bersamaan dengan makin mendekatnya cahaya-cahaya itu.             Pikiran Cathriona kini terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Apakah itu teman-temannya dari Secram atau jangan-jangan itu para pemberontak dari kerajaan Skyloxia, yang berhasil membuat  bulu kuduknya meremang mendengar betapa brutalnya pemberontak itu, mereka tanpa ragu dan gentar melanggar batas setiap kerajaan untuk menjarah dan membunuh para mangsanya. Benar-benar kejam.             Cathriona mencoba menenangkan pikirannya dan melajukan White dengan lebih cepat dari sebelumnya. Langkah-langkah kuda dibelakangnya terdengar semakin dekat dan untuk kesekian kalinya ia mengumpat karena kebodohannya yang tidak mau membawa obor untuk pulang. Ia tetap berdoa semoga itu adalah teman-temannya dari Secram. Tapi tunggu dulu, hari ini adalah minggu ke tiga di bulan genap, itu artinya akan diadakan pertemuan penting yang mewajibkan semua anggota Secram untuk tidak meninggalkan tempat pelatihan.             "Ya Tuhan....." bisik Cathriona dalam hati dan ketakutan mulai berekcamuk dalam dirinya. Nafasnya makin berburu dan detakan jantungnya dapat ia rasakan begitu cepat menguncang konsentrasinya dalam berkuda.  Ia tidak membawa apapun sebagai senjata. Swordy, pedang kesayanganya ia tinggalkan di pamannya karena ibunya pasti akan menghukumnya selama sebulan penuh jika mengetahuinya menggunakan pedang lagi.             Pikiran Cathriona seakan teralihkan oleh gerombolan yang terlihat semakin jelas di belakangnya, tanpa ia sadari kaki kuda kesanyangannya itu tersandung batang pohon yang seharusnya dilompatinya. Cathriona terlempar jatuh ke dalam semak-semak dengan cukup keras membuatnya merasakan rasa sakit dan nyilu yang membuatnya ingin berteriak kesakitan, namun ditahannya. Berlahan Cathriona mencoba bangkit berdiri namun sialnya pergelangan kaki kanannya terkilir membuatnya tak mampu berjalan bahkan berdiri dengan benar.             Gerombolan kuda itu sudah semakin mendekat. Cathriona benar-benar terkejut membuat nafasnya tercekat saat ia dapat melihat gerombolan itu. Mereka memang bukan teman-temannya dari Secram. Oh bodohnya jika ia masih mengharapkan kalau itu adalah teman-temannya teriak batinnya.               Cathriona melihat White yang masih berdiri di dekatnya seakan mengerti kalau majikannya masih ada disana menunggu pertolongan.             "Siapa disana!" teriak seorang pria dengan keraskearah Cathriona yang masih menahan sakit terduduk memegang pergelangan kakinya.             Gerombolan itu mendekat dan mengarahkan obor yang dipegangnya untuk melihat sumber yang mereka curigai sejak tadi itu. Gerombolan pria itu menatap Cathriona penuh selidik.             "Siapa kau??!" ujar seorang pria dengan lantang dan penuh tekanan. Pria itu turun dari kuda hitamnya dan dengan cepat menarik pedangnya lalu tanpa ragu mengarahkannya tepat diatas tubuh Cathriona. "Siapa kau?" tanyanya lagi.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD