2

1222 Words
Namanya Aisha Permata Hazima. Nama yang indah menurutku. Ah bukan namanya tapi pemilik nama itu yang indah. Aku hanya mengagumi gadis itu, yang menurut cerita ayahnya dia gadis cerdas. Bukan hanya ayahnya sih yang bilang dia gadis cerdas, tapi di Desa tempat aku bekerja dia sudah cukup dikenal. Banyak orangtua yang kagum pada gadis itu. Betapa tidak, dia berasal dari keluarga ekonomi kelas bawah. Ayahnya seorang petani kecil-kecilan. Hanya cukup untuk mereka makan sendiri dan bukan untuk dijual. Tapi gadis itu memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Di sekolahnya dia sering juara umum. Bahkan kepala sekolah SMA tempat dia menimba ilmu pernah cerita pada ayahku bahwa beliau pernah membandingkan nilai Aisha dengan sekolah unggulan di kota, dan kalian tahu hasilnya? Cukup mencengangkan! Nilai Aisha jauh berada di atas nilai sang juara umum yang sekolah di Kota. Hebatkan? Makanya aku kagum padanya. Aku memang selalu kagum pada gadis cerdas. Aku suka membuat dia gugup. Hahaha lucu sekali. O ya aku ini dokter yang ditugaskan di Desa. Sudah biasa bagiku jika ada yang sakit maka aku dipanggil ke rumahnya. Dan semakin sering aku dipanggil, kadang aku tidak bisa kemana-mana. Aku diharuskan memenuhi panggilan masyarakat yang membutuhkan. Kadang kalau aku capek karena pulang dari rumah sakit, aku abaikan telfon yang berdering. Sekedar melepas penat beberapa menit tak apakan ya? Tapi kalau nama yang tertera di layar ponselku itu Aisha, wah.. Aku pasti langsung mengangkatnya. Mendengar suara gugupnya di telingaku menjadi hiburan bagiku. Seperti pengobat lelah setelah seharian bekerja. Ada kejadian lucu saat aku ke rumahnya kemarin. Aku kesana untuk memeriksa neneknya. Tiba-tiba adiknya yang paling kecil nyeletuk katanya aku tampan dan Aisha pasti suka, wah aku langsung merasa tersanjung. Tuh, anak kecil saja tahu kalau aku ini sangat tampan. Kulirik pipi Aisha merona. Aduhai manisnya! Kalian berfikir mungkin aku jahat ya, kayak p*****l gitu, masa suka sama gadis yang usianya jauh dibawah usiaku. Tapi entahlah kurasa ini hanya kagum biasa dan bukan cinta. Ngomong-ngomong soal cinta, aku malas membicarakannya. Kalian tahu kenapa? Sebab aku pernah kecewa. Aku pernah mencintai seorang wanita yang...yah.. menurutku dia sangat cantik. Bahkan sempurna. Kami satu fakultas dulu. Di fakultas kedokteran. Sebenarnya usia dia 2 tahun dibawahku. Hanya waktu SD dia ikut akselerasi, jadi dia lebih cepat lulus dan akhirnya satu angkatan denganku. Namanya Monaliza Feronika. Kami selalu bersama. Belajar bareng, ngerjain tugas bareng. Pokoknya kemana-mana selalu bersama. Aku menyatakan perasaanku padanya. Dia pun menyambutnya. Saat lulus kuliah aku ingin melamarnya. Aku berencana melamarnya minggu malam. Bahkan aku memesan sebuah cafe untuk dikosongkan. Aku ingin spesial hanya aku dan dia. Keren kan? Minggu pagi tiba-tiba dia menelponku. "Hallo Bintang? Kamu lagi dimana?" "Oh Mona.. Aku lagi di luar, kenapa?" Ya tentu saja aku di luar. Aku sedang mempersiapkan buat lamaranku nantinya. Tapi ku dengar suara Mona sedikit serak. Tunggu... seperti habis menangis! "Bintang... b-bisa.. kita bertemu?" O ya tentu saja sayangku. Aku sedang ada kejutan buat kamu. Hatiku bersorak. Sebentar lagi semuanya siap. "Ya tentu saja.. Aku juga berencana ingin makan malam denganmu." "Ya, kebetulan sekali. Aku ... ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu." "Oke. Bagaimana kalau di cafe biasa dekat kampus?" "Ya. Tidak masalah." "Dandan yang cantik ya, aku ada kejutan buat kamu. Jam 9 malam kujemput." "Ya." Klik. Dia langsung memutuskan telfon. Hah? Tidak biasanya dia begitu. Seperti ada sesuatu yang tidak beres disini. Ah aku tidak peduli semoga dia baik-baik saja. Setelah semuanya siap, kulirik jam tanganku. Jam 08.00 p.m. Aku segera pulang ke rumah dan bersiap untuk menjemput calon isteriku. Ah bukan, tepatnya bakal calon isteri. Aku baru akan melamarnya. Dan semoga semuanya berjalan seperti yang kuharapkan. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku tak bisa menahan senyumku saat kulihat nama yang tertera di layar ponselku. Mona calling... "Ya, hallo?" "Kamu dimana?" "Aku didepan dijalan menuju rumahmu." "Jangan...! Eh, maksudku kamu ga usah ke rumah, aku udah di tempat, tapi.. kenapa cafe nya sepi ya?" "Benarkah? (tentu saja, kan sengaja, hatiku mulai bersorak) oh ,baiklah tunggu sebentar lagi aku sampai." Wah aku sudah tidak sabar. Dan akhirnya kulihat Mona berdiri diluar cafe sambil celingukan, mungkin dia bingung. Biasanya jam segini cafe langganan kami ini selalu ramai pengunjung. "Hai sudah lama menunggu?" Dia menoleh dan tersenyum. Senyuman yang selalu mengisi hari-hariku. "Tidak juga." "Ayo masuk." "Tapi .. di dalam katanya..." Dia menahan lenganku. Aku tersenyum penuh arti padanya. "Masuk saja, nanti kamu akan tahu." Dia menurut. Setelah duduk dia terlihat agak gelisah. "Kenapa? Apa kamu sakit?" Aku sedikit khawatir. Dia agak berbeda hari ini. Tidak seceria biasanya. "Aku.. ada sesuatu yang harus aku bicarakan." "O ya. Apa itu? Aku penasaran. Aku juga punya sesuatu yang ingin kusampaikan." Aku bersemangat sekali hari ini. Seperti ada yang meletup di hatiku. Dia menarik nafas panjang. Lalu menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Aku mulai tidak enak. Seperti ada sesuatu yang tidak beres. Huh, kenapa pula pelayan yang kusuruh membawakan menu spesial belum datang juga. "Ini Tuan pesanan anda." Dan tadaa... lihatlah pesanan datang. Aku memesan steak sapi kesukaannya. Steak ini agak berbeda. Dihias berbentuk hati. Dan saus sekelilingnya bertuliskan 'will you marry me?' Lalu pada tomat yang dibentuk seperti bunga terselip cincin lamaranku. "Untukmu sayang.." Aku menunggu reaksi kekasihku ini. Kau tahu? Rasanya campur aduk. 1 detik... 2 detik... 3 detik... Dia belum bereaksi juga. Aku mulai gelisah. Aku melihat dia malah menitikkan air mata. Ya Tuhan, pujaanku menangis! Apa dia tidak suka? Ah bukan, mungkin tangisan bahagia. Ya, aku yakin itu. Aku mencintainya, dia mencintaiku. Tidak ada yang salah bukan? Kami tinggal membuat komitmen untuk bersama. "Bagaimana sayang..?Kamu suka?" Menatapku, lagi. Ada gurat kesedihan disana. Dia mengangguk. Lalu menggelengkan kepala indahnya. Tidak Tuhan. Sesuatu yang kutakutkan tidak boleh terjadi. Apa dia menolakku? Tapi apa salahku? Apa suasananya kurang romantis? O ya aku lupa nyanyian. Ya nyanyian romantis yang kupesan bukankah sedang mengalun indah? Apa dia tidak suka nyanyiannya? "Bin... Aku..Aku.. tidak bisa" "Apa? Maksudmu apa sayang?" "Bintang... maafkan aku." Dia tersedu. Tangisannya sangat pilu. Aku yakin pelayan di cafe ini yang telah menyiapkan semuanya sedang menontonku saat ini. "Tapi kenapa...?" "......" Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Dia diam lalu menenangkan dirinya. "Bintang.. sebenarnya.. Aku sudah bertunangan..." Duarrr!! Bagai disambar petir di siang hari. Aku terkulai lemas tak percaya dengan apa yang ku dengar. Pancaran cinta di mataku berubah menjadi kilatan amarah yang tak bisa kutahan. "Apa maksudmu???" Dia kaget. Tentu saja. Aku tak pernah marah padanya. Meski dia terlihat akrab dengan lelaki manapun aku tak pernah mengekangnya. Aku percaya padanya. Tapi lihatlah kepercayaanku padanya malah seperti ini. Tuhan.. rasanya aku ingin mati saja. "Bintang.. dengarkan aku! Aku mencintaimu. Kau tahu itu kan?" Aku masih diam. Aku beri dia kesempatan untuk bicara. Ya, aku memang sudah emosi. Tapi aku harus tahu alasan dibalik semua ini. Aku laki-laki yang mengedepankan akal sehat daripada emosi. Mengalirlah cerita dari mulut indahnya itu. "Aku dijodohkan." Dia memulai bicara. Tepat 1 bulan sebelum wisuda, dia dijodohkan dengan anak teman ayahnya. Dia bilang dia berusaha menolak, tapi tidak berhasil. Mona bercerita sambil sesekali menyeka air matanya. Aku diam. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku bangkit dan meninggalkannya di cafe itu. Aku tak peduli lagi dengan semua yang ku siapkan. Lamaran yang sia-sia. Aku berencana mengubur semua sakit ini. Bahkan saat dia memanggil namaku aku tak mau lagi melihatnya. Sakit. Sejak saat itu aku malas dengan urusan cinta. Seringkali kali ibuku berniat menjodohkan aku. Tapi aku tolak dengan halus. Aku belum tertarik lagi dengan yang namanya cinta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD