Belum bisa Melayanimu

1125 Words
"Aku tidak mencurinya, Saras. Aku bukan pencuri," tandas Leon sambil putar otak bagaimana caranya untuk mengatakan tentang asal muasal uang banyak yang sekarang ini berada di tasnya ini. Sebelumnya Leon yang terlalu senang senang karena akhirnya dia berhasil mendapatkan uang banyak untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan dan perawatan istrinya ini tidak memikirkan tentang alasan apa yang akan dia katakan saat dia membawa uang ini. Karena itu, pada saat ini, setelah mendapatkan pertanyaan dari mertua dan istrinya, Leon agak tergagap dan harus cepat-cepat putar otak untuk mendapatkan jawaban. Tapi satu hal yang jelas adalah Leon tidak mungkin memberitahu Saras dan Rina akan pekerjaan baru yang baru saja dia geluti sejak semalam itu. Karena Leon tahu, istrinya pasti akan meninggalkan dia kalau dia berani berterus terang tentang pekerjaannya dan ibu mertuanya mungkin akan semakin menghinanya karena pekerjaan kotor yang dilakukan oleh Leon itu. "Kalau bukan mencuri lalu apa? Kamu itu kan tidak memiliki keterampilan, juga tidak memiliki pendidikan tinggi. Jadi, bagaimana dalam semalam kamu bisa mendapatkan uang sebanyak ini, hah?" Wina mendelik ke arah Leon. Saras juga masih menatap tajam ke arah Leon. "Begini, saat aku gantian dengan temanku menjadi sopir online, sekitar seminggu yang lalu, aku mendapatkan seorang penumpang," Leon memulai cerita bohongnya. "Penumpang? Penumpang apa?" tanya Saras "Penumpang ini bekerja di pasar saham. Dia kemudian gembar-gambor tentang penghasilannya yang bisa mendapatkan uang miliaran dalam waktu seminggu saja asalkan dia mampu membuat uang investor yang dia pegang menghasilkan keuntungan di pasar saham." Cerita yang mulai dilakukan oleh Leon ini hasil dari dia menonton sebuah film tentang pemain saham di wall street yaitu film Hollywood yang berjudul Pursuit of Happiness yang dibintangi oleh Will Smith. Film itu menceritakan tentang jatuh bangunnya seorang sales yang kemudian menemukan kesuksesannya saat bertemu dengan seorang pemain saham. Sang tokoh utama kemudian berhasil menjadi kaya bahkan sangat kaya raya dan merubah kehidupannya yang dari sebelumnya hanya menjadi seorang gelandangan bersama anaknya dan harus tidur di emperan toko dan bahkan tidur di kamar mandi subway di New York, hingga memiliki rumah mewah. "Benarkah apa yang kamu katakan? Jadi kamu bertemu dengan pedagang saham yang mengajarkan kamu cara bermain saham dan akhirnya kamu berhasil menang seperti dia. Begitu, kan?" tanya Saras sambil memegang tangan Leon. "Iya, sayangku. Itulah yang terjadi padaku. Akhirnya menemui penumpang itu yang memang mengajak aku untuk menjadi asistennya. Dari dia aku belajar cara main saham dan semalam aku mulai berhasil mendapatkan bonus-bonus. Itulah uang ini," bohong Leon. "Baguslah kalau kamu sudah mulai menghasilkan tapi aku juga pernah dengar kalau pemain saham itu kadang kalah dan kadang menang. Jadi, kamu juga harus selalu menang, jangan membuat rugi! Ingat, istri kamu sedang sakit membutuhkan biaya yang sangat besar. Mengerti?" Wina langsung menarik tas dari tangan Leon. Saras langsung protes, "kok diambil semua, ma?" "Mama akan membayar semua tunggakan yang selama ini dituntut oleh pihak rumah sakit. Ini malah tidak cukup, tahu!" "Kalau bisa mohon mama atur supaya Saras mendapat kamar yang lebih baik. Mendapat kamar pribadi da tidak lagi di sini," bisik Leon. "Baiklah. Aku akan atur semuanya. Tapi ingat, itu butuh biaya lebih. Uang yang ada pada saat ini mungkin hanya cukup untuk membayar tunggakan bahkan mungkin tidak cukup. Aku memang akan mengusahakan supaya Saras pindah kamar tetapi kamu harus cari uang lagi di pasar saham. Ingat itu!" "Iya, mah. Aku akan cari uang lagi," tegas Leon. Wina mendelik ke arah Leon. Sebenarnya selama ini, dia tidak pernah menyetujui hubungan Leon dengan Saras. Dia selalu merasa Leon cuma modal tampang doang dan tidak berguna sama sekali bagi dirinya dan bagi Saras. Pada saat Saras menikah dengan Leon, Saras adalah pegawai kantor swasta yang cukup besar dan mendapatkan gaji yang cukup besar sementara Leon hanya seorang buruh bangunan. Karena itu, Wina selalu menolak hubungan Saras dengan Leon. Tapi apa daya, Saras selalu melawan dan tidak mau mendengar perkataan Wina dan bahkan minggat dari rumah untuk bersama Leon. Selama ini, Wina selalu membentak Leon setiap kali Leon memanggil Wina dengan sebutan 'mama' karena dia merasa Leon yang tidak berguna itu tidak pantas memanggilnya mama. Hanya saja, untuk hari ini, Wina tidak protes karena melihat banyaknya uang yang di dalam tas Leon yang saat ini Wina pegang. Sebagai gantinya Wina hanya mendengus dan berlalu keluar dari bangsal ini sambil membawa tas penuh uang milik Leon. Wina menghitung uang dari Leon itu di luar bangsal dan berbunga-bunga karena banyaknya uang yang dia terima ini. Uang ini sebenarnya cukup untuk membayar tunggakan yang diminta pihak rumah sakit tetapi Wina memilih untuk menyicil karena Wina memiliki keinginan untuk memakai sebagian besar uang ini. Tapi Wina juga menyisihkan untuk mengatur supaya Saras bisa mendapatkan kamar yang lebih baik dari yang ada saat ini. "Sebagian besar dari uang ini akan aku pakai," batin Wina. "Biar anak mantu yang tidak berguna itu harus mencari uang lebih di pasar saham." Wina tertawa dingin. ** Beberapa saat kemudian, Leon dan Saras mendapatkan kabar gembira kalau Saras akan segera dipindahkan ke kamar yang lebih baik yang memiliki air conditioner karena walau bagaimanapun kamar di bangsal ini terasa pengap, susah bernafas dan panas. Dengan penuh kasih sayang, Leon langsung mengangkat tubuh istrinya, saat perawat membawa ranjang dorong di depan ranjang. Saras memang kesehatannya terus memburuk. Tubuhnya sangat lemah. Karena itu, Leon harus mengangkat tubuh Saras, dipindahkan ke ranjang dorong dan Leon terus memegang tangan Saras saat dua orang perawat pria mendorong ranjang dorong di mana Saras berada. Sesaat setelah berada di kamar baru, di mana kamar ini hanya terisi untuk satu orang karena walaupun kamar ini untuk dua pasien tapi ternyata ranjang yang satu sedang dalam keadaan kosong sehingga Saras dan Leon hanya berdua saja di dalam kamar ini. "Maafkan aku, ya sayang," kata Saras sambil menatap mesra ke arah Leon. "Maaf kenapa, sayang?" Leon menelan ludah menatap istrinya yang sangat dia cintai ini. Walaupun istrinya tidak bermake up-an lagi dan agak pucat tetapi wajah istrinya selalu mempesona hati Leon "Maafkan aku karena selama berbulan-bulan ini, aku tidak bisa melayani kamu. Padahal dulunya kamu selalu meminta banyak dan aku selalu suka berhubungan banyak kali denganmu. Aku selalu suka bercinta denganmu tapi maafkan aku, karena aku sekarang belum bisa melayanimu." Leon tersenyum. "Tidak apa-apa, sayang. Aku maklum, kok. Kamu kan sedang sakit. Sudahlah, kamu fokus dulu pada kesehatanmu, setelah kamu baikan, kita akan bercinta lagi seperti dulu. Iya kan?" "Aku dapat 10 sampai 11 kali kan seperti dulu?" Saras tertawa. "Iya. Tentu saja." "Aku sangat menyukai permainan cinta kita. Aku bisa berkali-kali merasakan kepuasan denganmu sementara teman-teman sekantor kubilang, mereka bahkan kadang tidak mendapatkan sekali saja kepuasan dari suami mereka." "Iya, setelah kamu sehat, kita kembali akan melakukan 10 sampai 11 kali sesuai yang selalu kita lakukan dulu." Leon menggenggam tangan Saras. Meremasnya dan berkata, "aku cinta kamu. Aku cuma ingin kamu kembali sehat seperti dulu." "Aku juga. Tapi sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu." "Apa itu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD