Leon kembali mengambil posisi di atas. Kali ini dia akan memberi stimulus yang akan selalu diingat oleh Wiwid.
Namun sebelumnya, Leon kembali memainkan buah d**a ranum milik Wiwid. Dia meremas-remas buah d**a ranum itu dan memainkan tonjolan di tengah buah d**a Wiwid dan dengan ahlinya, hanya dalam beberapa waktu saja, dia kembali membuat gairah Wiwid naik.
Setelah itu, Leon mengangkat kedua lutut kaki Wiwid hingga dua kakinya Wiwid menyentuh buah d**a Wiwid.
Dan dengan pastinya, Leon kembali memasukkan miliknya yang besar ke dalam bagian inti tubuh Wiwid.
Kaki Wiwid makin diangkat sehingga milik Leon masuk semakin dalam hingga mentok di kedalaman sana.
Goyangan yang dilakukan Leon hanya dalam beberapa saat saja sudah menyentuh titik-titik sensitif di tubuh Wiwid.
Dengan ahlinya, Leon kembali membuai Wiwid yang sebelumnya sudah mencapai puncak dan gairahnya sudah sempat turun itu.
Dengan properti besar yang dimiliki oleh Leon, hanya dalam waktu singkat saja, dia sudah berhasil menaikkan gairah Wiwid sehingga Wiwid mulai blingsatan.
Leon memasukkan miliknya hingga mentok di dalam sana dan melakukan gesekan maut yang membuat Wiwid mendesah dalam aliran kenikmatan.
Untuk beberapa saat lamanya, Leon masih melakukan gebrakan-gebrakan yang tidak terlalu cepat tapi setelah dia melihat reaksi Wiwid dan karena dia sangat percaya kalau tusukan-tusukannya mengenai tempat-tempat sensitif di kedalaman tubuh Wiwid, maka Leon mulai mempercepat gerakannya.
Gerakan Leon yang membuat miliknya keluar masuk di inti Wiwid ini mendatangkan rasa nikmat bagi Wiwid. Apalagi ujung properti besar milik Leon itu selalu sampai mentok di dalam sana sehingga Wiwid semakin tenggelam dalam arus kenikmatan yang luar biasa.
Wiwid mulai berteriak-teriak kencang merasakan kenikmatan yang kembali mencekam tubuhnya ini.
"Kamu bener-bener hebat, Leon. Ahhhh ... kamu sang juara. Ahhh ... kamu betul-betul hebat." Wiwid terus memuji-muji Leon karena kehebatan gerakan dan goyangan Leon.
Wiwid memuji Leon karena gesekan-gesekan yang terjadi dan karena kehebatan properti milik Leon yang bisa menjangkau bagian-bagian di kedalaman tubuh Wiwid yang tidak bisa dijangkau oleh properti dari pria-pria yang lain yang pernah bersama Wiwid.
"Punya kamu sangat hebat, Leon. Aaaahh. Bener-bener hebat. Nyesel aku. Ahhhh."
"Nyesel kenapa?"
"Nyesel karena aku baru merasakan ini sekarang. Ahhhh ..."
Leon tersenyum mendengar kata-kata Wiwid itu.
Wiwid terus memuji-muji Leon. Kini dia baru sadar kalau pujian dari Sonya itu bukan pujian kosong. Dia baru sadar kalau Leon memang adalah lelaki yang sangat hebat, jauh lebih hebat dari lelaki yang pernah dipakai Wiwid.
Wiwid terus berteriak-teriak hingga akhirnya dia kembali menemukan puncaknya dan itu terjadi bersamaan dengan Leon yang langsung mengeluarkan semuanya di luar tubuh Wiwid.
Walaupun memakai pengaman, tapi, Leon memilih untuk mengeluarkan semuanya di luar.
Leon merasa sudah cukup kerjaannya pada hari ini. Dia sudah berhasil memuaskan dua orang wanita, bahkan pada saat ini Wiwid yang masih terus memuji Leon kini mulai terkulai lemas.
"Kamu betul-betul hebat, Leon. Itu tasku, kamu ambil saja berapa yang kamu suka di situ. Aku punya mobil untuk aku pulang jadi, kamu bisa ambil semua yang ada di situ. Aku tidak peduli, aku hanya ingin kamu lagi. Mungkin Rabu malam nanti. Ya?"
"Oke. Rabu malam nanti aku akan tersedia untukmu di sini," kata Leon yang mulai memakai bajunya.
Wiwit yang sudah lemah karena baru saja habis kerja keras itu, masih sempat posting tentang kehebatan Leon di grup Tante Nepsong karena dia juga termasuk salah seorang anggota di grup itu.
Kemudian Leon mendekati tas milik Wiwid. Dia mengambil uang di situ. Uangnya cukup banyak, namun uangnya memang tidak sebanyak yang diberikan Sonya kepadanya sebelumnya.
Tapi Leon tetap bersyukur dan mengambil uang itu dan bahkan menyisakan tiga lembar uang berwarna merah di tas Wiwid.
Saat Leon berpaling, dia melihat Wiwid sudah tertidur sambil memegang handphone. Dia tidak ingin mengganggu tidurnya Wiwid, karena itu, dia segera keluar dan kembali menuju ke ruangannya Lisa untuk mengambil uang hasil pekerjaannya kedua pada malam ini.
"Kamu betul-betul hebat, Leon. Dua tante-tante yang nafsunya tinggi bisa kamu puaskan dua-duanya. Mereka bahkan memuji-muji kamu setinggi langit. Ckckck," kata Lisa takjub saat dia melihat Leon masuk ke dalam ruangannya.
"Terima kasih, tante. Oh iya, akhirnya Tante Wiwid dihitung long time, Tante."
"Iya, gampanglah itu. Nanti aku tagih lebihnya ke dia tapi kamu tetap langsung dapat upah kedua mu."
"Terimakasih, Tante Lisa."
Lisa langsung memainkan lidahnya. "Aku jadi ingin menguji kemampuan barangmu itu." Lisa menatap genit ke arah tonjolan di bagian celananya Leon.
"Semua ada harganya, tante," kata Leon ringan sambil mengulurkan tangannya.
Lisa langsung tanggap saat dia melihat tangan Leon itu. "Ini bagianmu. Aku sudah menyediakan di amplop ini."
Leon tersenyum dan memasukan uang itu lagi ke dalam tas laptop yang dia bawa sejak tadi. Tapi di dalam tas laptop itu hanya terisi uang semua, hasil dari 2 pekerjanya malam ini dan juga dua tip yang sangat besar yang dia dapat dari Sonya dan Wiwid.
Leon langsung keluar dari kelab malam milik Lisa ini dan langsung naik di sebuah mobil taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya.
Saat ini, hari sudah menjelang pagi. Leon ingin pulang ke kosannya dulu, di dekat sebuah rumah sakit untuk tidur sejam atau 2 jam. Setelah itu, dia akan pergi menemui kekasih hatinya.
**
Pari ini, tiga orang perawat wanita yang sedang duduk-duduk di meja salah satu ruangan bangsal di sebuah rumah sakit, kini nampak heboh saat mereka melihat seseorang yang baru saja masuk di pintu masuk bangsal ini.
"Lihat, tuh, cowok yang istrinya dirawat di sini itu baru datang. Kenapa ya, tiap kali aku melihatnya aku selalu terpesona," kata Nanea, salah satu perawat yang dipanggil Ea sambil menatap ke satu arah.
"Namanya Leon. Bukan hanya kamu, Nanea. Aku juga suka sama dia tapi sayangnya dia sudah punya istri," timpal Diandra.
"Iya, mana dia sangat setia lagi sama istrinya. Berbulan-bulan dia menjaga istrinya. Kasihan, dia selalu dibentak oleh ibu mertuanya karena dibilang tidak berguna karena hanya bekerja serabutan sebagai sopir dan kadang sebagai buruh bangunan yang bahkan tidak cukup untuk membiayai perawatan istrinya," sambung Vina.
"Andai dia tidak punya istri, aku mau loh sama dia, walaupun dia cuma sopir atau cuma buruh bangunan. Aku mau banget jadi istrinya. Sayang dia sudah punya istri," kata Nanea sambil terus menatap ke arah pria yang baru datang itu.
Ternyata pria yang baru datang ini adalah Leon. Dia segera tersenyum ke arah tiga orang perawat itu dan mengangguk ke arah mereka saat dia melewati mereka.
Tiga orang perawat itu langsung berbunga-bunga melihat tatapan dan senyuman Leon, karena selama berbulan-bulan ini, Leon selalu menjadi primadona bagi para perawat dan juga para dokter wanita yang diam-diam mengagumi ketampanan dan kegagahan Leon.
Leon meneruskan langkahnya menuju ke Bangkal C1, tempat istrinya dirawat selama berbulan-bulan ini.
Saat Leon masuk ke dalam, ada beberapa keluarga pasien yang wanita juga menatap terpesona ke arah Leon.
Leon langsung mendekati istrinya. "Halo, Saras, sayangku, kekasihku, istriku."
Istrinya yang bernama Saras langsung tersenyum pada Leon. "Halo juga, sayangku."
Belum sempat mereka berdua melepaskan rindu, tiba-tiba saja seorang wanita berumur 50 tahun sudah datang marah-marah ke arah Leon. Heh! Istrimu sudah akan dikeluarkan dari rumah sakit ini karena tunggakan obat-obatan yang di luar asuransi yang harus dia bayar dan kamu tidak pernah bayar!"
"Ma, jangan begitu dong sama Mas Leon. Mas Leon pasti akan mendapatkan uang, jangan marah-marah lagi sama Mas Leon, ma," kata Saras kepada ibu yang baru datang ini yang ternyata adalah mertuanya Leon yang bernama Wina.
"Bagaimana aku tidak marah-marah, suami kamu itu loh. Tidak berguna, huh! Gajinya sebagai sopir maupun buruh bangunan, sama sekali tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan kalian apalagi setelah kamu sakit. Kasihan sekali hidup kamu, Saras karena harus hidup dengan lelaki tidak berguna ini!"
"Aku sudah punya uang, kok, ma," tandas Leon.
"Mana buktinya?"
"Ini uangnya." Leon menaruh tas laptopnya di atas ranjang dan mengeluarkan uang-uang berwarna merah yang berada di dalam tas laptop ini.
Mata Wina langsung hijau setelah melihat banyaknya uang yang berada di tasnya Leon ini. "Kamu dapat uang ini dari mana? Kamu mencurinya, ya?"
"Iya, sayang. Kamu dapat uang sebanyak ini dari mana?" Saras membulatkan matanya ke arah Leon.
Leon terdiam. Tentu saja dia tidak bisa berterus terang tentang pekerjaan yang baru saja dia geluti malam tadi, karena itu, dia terdiam mendengar pertanyaan Wina dan Saras ini.