Pemuas Hasrat Wanita

1099 Words
Leon mulai memainkan aksinya sebagai pria panggilan yang baru saja ingin menapak jalan barunya, dia ingin memberikan servis terbaik bagi pelanggannya untuk dapat nama di pekerjaan barunya ini. Leon langsung menghujamkan miliknya dan mulai melesakkan miliknya yang besar itu ke titik-titik sensitif di tubuh Wiwid. "Ahhhh ... ini terlalu besar. Sakit. Ugh." "Nikmati saja. Kamu akan menyukainya, Wiwid," bisik Leon di telinga wanita itu. Leon mulai membasahi bagian leher Wiwid yang putih mulus dan wangi. Leon begitu menyukai leher itu, hingga ia menyisir seluruh permukaan kulit Wiwid yang begitu menggodanya itu sambil terus melakukan penekanan. Leon mulai menyangga tubuhnya dengan siku, ia sengaja melakukan itu supaya tubuhnya yang atletis tidak menindih tubuh Wiwid yang akan membuat Wiwid kesulitan bernafas. Wiwid hanya bisa mendesah pelan menikmati kelihaian lidah Leon yang bermain di seluruh bagian leher hingga kadang ke bagian d**a. Leon yang mendapati Wiwid sempat kesakitan akan miliknya, sengaja tidak menghujamkan miliknya dalam-dalam di bagian keintiman tubuh Wiwid. Dengan tidak menghujamkan dalam-dalam seperti ini, maka Leon bisa memainkan lidahnya di bagian d**a Wiwid. Tapi, sekali pun Leon tidak menghujamkan miliknya dalam-dalam, tapi itu saja sudah membuat Wiwid blingsatan hingga makin sering mendesah. Suara itu semakin membuat gairah Leon bertambah. Leon perlu ini karena sebenarnya, dia tidak menikmati ini, dia tidak menikmati berhubungan dengan wanita lain, hanya satu wanita yang ingin dia nikmati. Hanya saja, demi uang dan demi cinta kasihnya maka, Leon harus mulai membiasakan diri melakukan ini. Apalagi setelah hanya satu pekerjaannya saja, Leon telah mendapatkan uang yang sangat banyak. Setelah Leon puas dengan leher Wiwid, ia pun mulai mendekatkan mulutnya ke wajah Wiwid, ia belum beraksi, hanya memandang sejenak wanita itu, ia sengaja melakukannya untuk menambah keintiman mereka saat berciinta. "Tenang saja, kalau sakit, kita akan melakukan pelan-pelan, pokoknya aku janjikan permainan yang hebat. Nanti kamu akan menikmati setiap sentuhan. Kita akan bersenang-senang," kata Leon. Wiwid mengangguk. "Cium aku, dong." "Ok." Sebenarnya Wiwid termasuk baru di dunia pelayan hasrat. Dia baru menyewa lelaki saat mengetahui suaminya punya wanita idaman yang lain. Hal itu baru dia lakukan sebulan terakhir ini. Dan tidak ada satu pun yang berkesan baginya dan tidak ada yang sebesar Leon. Karena itu dia agak kaget juga. Malam ini, saat Wiwid iseng-iseng datang ke club' ini, dia mendengar kata-kata Lisa yang bilang kalau ada barang baru yang masih segar dan berwajah tampan. Melihat rupa Leon lewat kaca, membuat d**a Wiwid berdesir. Sayangnya dia kalah saat bersaing harga dengan Sonya. Tapi Wiwid tidak mau pulang sebelum melakukan short time dengan Leon. Dia rela kalau cuma jadi klien kedua Leon pada malam ini. Tidak dia sangka kalau Leon masih dalam kondisi yang sangat prima. Kini Leon menunduk dan mencicipi bibir Wiwid seperti yang diinginkan Wiwid. Bibir Wiwid cukup menggoda dan menggairahkan, masih merah, indah dan sangat manis. Leon ingin menyenangkan pelanggan, karena itu, dia melumat bibir Wiwid sambil terus menghujamkan miliknya ke tubuh Wiwid. Wiwid sangat menikmati ini. Tubuhnya bergoyang-goyang dihantam Leon, bibirnya sesekali dikecup Leon. Wajah tampan Leon yang membuat semua semakin luar biasa, ditambah tusukan-tusukan Leon yang selalu menyentuh titik sensitif di kedalaman tubuh Wiwid sehingga Wiwid semakin ketagihan. Kalau sebelumnya, besarnya milik Leon cukup membuat sakit, sekarang ini, justru ukuran besar itu yang membuat Wiwid semakin menikmati permainan Leon ini. Di tengah permainan yang semakin hebat itu, Wiwid yang tadinya diam dan kaku, karena walaupun dia diam, Leon selalu berhasil menyentuh titik sensitifnya, kini mulai memberi perlawanan yang lebih gila dari yang Leon bayangkan. Wiwid, wanita berusia 30 tahunan itu mulai mengimbangi dengan hebat, Pinggul Wiwid mulai bergerak-gerak liar di tengah sentakan-sentakan penuh kekuatan yang dilakukan Leon. Mulut Wiwid membesar, mengeluarkan teriakannya efek dari gelombang kenikmatan yang dia alami karena milik Leon yang terus menyentuh kedalaman tubuhnya dan terus membuainya, membuat dia melayang. Sambil terus menekan, Leon menyanggah tubuhnya dengan satu tangan sementara tangan yang satu mulai meremas-remas buah d**a milik Wiwid. Dengan lihai, Leon terus menekan sehingga menimbulkan suara desahan yang makin tak beraturan dan volumenya makin tak terkendali yang semuanya keluar dari bibir Wiwid, efek karena dia sangat menikmati ini. Wiwid berteriak kencang saat dia merasakan aliran cintanya keluar tak terkendali, buah dari kenikmatan yang dia reguk yang diantarkan Leon untuknya. Leon berdiam menunggu reaksi Wiwid. "Sebelumnya aku cuma menyewamu short time. Tapi, aku ingin merubahnya. Aku ingin ini berlanjut. Aku akan membayar lebih," pinta Wiwid. "Oke. Kita mulai lagi ya?" "Yes. Please." Leon tersenyum. Dia melep diri dari penyatuan kemudian dia mulai memegang buah d**a Wiwid. Dia ingin merangsang Wiwid lagi sebelum masuk di ronde kedua. Leon tentu saja masih baru di dunia penjaja cinta tapi, dia sudah sangat berpengalaman dalam soal ini, permainannya bertahun-tahun bersama istri tercintanya membuat dia memiliki keahlian itu. Leon pun memberi satu sentuhan lembut dan perlahan di satu dari 10 titik yang merupakan daerah yang begitu mudah mendapat stimulus saat disentuh. "Kamu akan menyukai ini, Wid. Aku akan memberikan satu pemanasan yang hebat untukmu sebelum kita memulainya lagi," ungkap Leon sambil memainkan butir kecoklatan di bagian d**a Wiwid. Desahan hebat pun terdengar dari Wieid, Wiwid yang sempat diam, kini mulai mendesah lagi. Suara itu semakin membuat Leon semakin b*******h, gerakan yang tadi pelan kini mulai cepat. Dari buah d**a, Leon kini membawa tangannya turun ke bawah hingga akhirnya bersentuhan langsung dengan pusat inti ransangan wanita. Leon memainkan jarinya di sana. Bagian ini sangat memberi Wiwid sebuah stimulus yang hebat. Gerakan cepat itu, semakin cepat membuat Wiwid gelisah. Tubuh Wiwid terus bergerak tidak beraturan di bawah penguasaan jari-jari Leon yang membuat Wiwid berteriak-teriak tidak karuan. Wiwid tidak menyangka kalau permainan jari Leon saja, sudah bisa membuatnya teriak-teriak. Wiwid mengejang seketika dan membasahi tangan Leon. Leon tahu jika Wiwid sudah mencapai klimaks lagi. "Aku suka ini," bisik Wiwid. "Kita akan lanjutkan ke permainan inti kita, kamu siap?" "Iya, aku sudah siap." "Mungkin akan sedikit sakit di awal tapi aku jamin setelah rasa sakit itu, kamu akan menemukan kenikmatan yang sesungguhnya," ujar Leon dengan senyum penuh percaya diri. Tidak ingin membiarkan Wiwid tersiksa terlalu lama, Leon lalu mengambil posisi dari belakang dan mendesakkan dirinya ke dalam tubuh Wiwid. Secara perlahan Leon terus memainkannya dengan gerakan yang lembut. Setelah itu, ia mencoba memberikan jedah pada dorongannya, lalu perlahan dia menerjang lebih dalam lagi hingga menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam ke tubuh Wiwid "Egh!" Wiwid kembali merasakan sesuatu yang besar. Leon tidak peduli dengan hal itu, hasratnya sudah benar-benar memuncak, ia mendorong lebih dalam dan menggerakannya lebih hebat. Desahan wanita itu pun terdengar di kamar ini. Desahan seorang wanita di tengah hasrat yang kembali meninggi. "Ternyata memang bukan short time. Ahhh ... kamu benar-benar hebat. Kamu adalah pelayan wanita terhebat yang pernah kurasa. Kamu pemuas hasrat ku. Ahhh," kata Wiwid di tengah terjangan Leon
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD