15. PERKELAHIAN ANTAR GENG

1325 Words
Kebersamaan para sahabat menemani indahnya pada malam weekend. Di tempat Geng Rio sedang bersenang-senang di diskotik, sedangkan di tempat Geng Rea sedang menonton bareng film romantis. *** Geng Rea masih sangat fokus menonton film bersama, sepertinya mereka membayangkan seandainya menjadi pemeran wanita dalam film, mereka bisa merasakan keromantisan pemeran cowok tampan itu. "Aaa!" jerit Rea dan teman-temannya. "Sifa, jangan liat!" kata Rea sambil mencoba menutupi kedua mata Sifa, namun dia berusaha menyingkirkan tangan Rea karena Sifa tidak bisa mengabaikan adegan dalam film itu. Ternyata saat itu adalah adegan ciuman romantis antara peran cewek dengan peran cowok tampan yang membuat mereka tergila-gila itu. Mereka berempat menyaksikan adegan itu dengan sangat fokus tanpa mata berkedip, sesekali mereka menelan saliva. Waktu terus berlangsung, semua menyaksikan film romantis itu dengan seksama serta jeritan demi jeritan terdengar nyaring setiap ada adegan romantis, tak lupa juga sambil menikmati kue yang tersedia untuk menemani mereka nonton bareng. Beralih ke tempat diskotik. Geng Rio sudah mengakhiri permainan kartunya dan saat ini mereka semua sedang asik berjoget santai bersama para pengunjung. Musik diskotik selalu terdengar mengasikkan hingga membuat semua yang berjoget terlena dan cenderung melupakan semua masalah-masalah yang mereka alami. Musik diskotik berganti dengan lagu yang sangat terkenal, mendengar itu Geng Rio merasa sangat terhibur, mereka berjoget sambil tepuk tangan dan bernyanyi bersama. Keadaan di diskotik semakin meriah hingga waktu sudah larut malam, Rio mengecek jam tangan mewahnya kemudian memberi kode ke teman-temannya untuk mengakhiri senang-senang pada malam ini, semuanya mengangguk tanda setuju. Geng Rio segera keluar meninggalkan diskotik. Di rumah Monic, Geng Rea masih asik menonton film bersama hingga lupa bahwa waktu sudah larut malam. Sesaat kemudian Rea mengingatnya, "Tunggu Girls, jam berapa sekarang?" kemudian Rea mengecek jam di layar ponselnya. "Oh, tidak. Jadi sudah pukul 11 malam," tambahnya dengan terkejut. "Apa?" semuanya ikut terkejut. Mereka lupa waktu karena saking terbawa suasana ditambah mereka menonton dengan full screen di laptop Sifa, jadi jam tidak kelihatan. Feny dan Sifa memilih untuk menginap di rumah Monic karena takut pulang larut malam, sedangkan Rea berencana untuk pulang. Namun karena film romantis itu belum selesai dan mungkin kurang 10 menit lagi, Rea tidak bisa mengabaikan film romantis itu dan ingin melihat bagaimana kisah film itu berakhir. Apakah berakhir dengan bahagia atau menyedihkan, nanti setelah selesai Rea akan pulang. Sebenarnya teman-temannya menyuruh untuk menginap di rumah Monic saja, namun Rea tidak bisa karena ada hal penting di rumah. Feny ingin menemani Rea pulang, akan tetapi dia menolak karena bisa menjaga diri dan menyuruh agar tak perlu khawatir dengannya. Teman-teman Rea pun tidak bisa memaksanya, karena itu sudah menjadi keputusan Rea. Rio dan teman-temannya segera menuju tempat parkiran yang ada di luar diskotik. Saat asik bercanda ria, Fahri melihat ada sesuatu yang tidak beres di gang seberang jalan, tampaknya ada seorang gadis yang sedang bersama dengan 5 orang pria. Geng Rio penasaran lalu memperhatikan mereka sedang melakukan apa. Kemudian Geng Rio kaget melihat gadis itu sepertinya sedang digoda, dia mencoba melawan namun malah ditampar hingga terjatuh. Rio dan teman-temannya yang melihat itu langsung berlari ke sana bermaksud untuk mencari tahu dan menyelamatkan gadis itu. "Woii, apa yang kalian lakukan pada gadis itu?" teriak Rio, gadis itu terlihat menangis sambil menahan sakit di pipinya. "Ngapain kalian ke sini? Pergi sana! Ini bukan urusan kalian," kata seorang pria berkumis yang mengganggu gadis itu. "Tolong aku, mereka mau melecehkan aku!" kata gadis itu sambil terisak. Mendengar itu Rio dan teman-temannya paham bahwa 5 pria itu adalah orang jahat. "Lepaskan gadis itu baik-baik! Atau kami harus pakai kekerasan?" ucap Rio dengan tegas dan menantang. "Kurang ajar! Berani sekali kau bocah," ucap pria berambut keriting dan berbadan besar. Pria jahat 5 orang tersebut tidak mau melepas gadis itu dan bersiap akan berkelahi dengan Geng Rio. Melihat mereka bersikeras tidak mau melepaskan gadis itu, Geng Rio pun bersiap melawan mereka untuk menyelamatkan gadis itu. Sesaat kemudian perkelahian antar geng pun dimulai. Seorang pria berbadan besar maju ingin memukul Rio, namun Rio segera menghindar kesamping lalu menendang punggung musuh. Selanjutnya semua musuh maju menyerang sambil teriak, teman-teman Rio juga tidak bisa tinggal diam dan segera maju membantu Rio. Adegan adu pukul antara Geng Rio dan 5 Pria jahat berlangsung sengit, gadis tadi hanya bisa teriak histeris melihat mereka saling berkelahi, dia memilih untuk tidak melihat dan menutupi telinganya dengan kedua tangan sambil jongkok di dekat tembok bangunan. Geng Rio terlihat lebih unggul meski melawan 5 orang yang hampir semuanya berbadan besar, meskipun sesekali Rio dan teman-temannya terkena pukulan musuh, akan tetapi Geng Rio tak akan pernah menyerah sampai akhir. Tiga orang musuh terkapar ke tanah karena dihajar oleh Geng Rio, namun satu orang memukul Max hingga terjatuh. Rio yang melihat itu tidak terima, dia segera menghajar musuh di depannya lalu lari sekian langkah dan melompat untuk menendang musuh yang memukul Max tadi, aksi Rio membuat musuh tersungkur karena terkena tendangan Rio di bagian pinggang. Ada seorang musuh lagi yang mencoba menyerang Rio dari belakang. "Rio awas!" teriak Kevan sambil berlari. Mendengar itu Rio segera menunduk, sedangkan Kevan melompat dan menendang perut musuh yang tadi di belakang Rio, musuh terjatuh mundur. "Thanks Kevan," kata Rio. Kevan tersenyum, selanjutnya mereka saling membelakangi untuk kerjasama. Terlihat Fahri beradu pukul dengan musuh yang belum mau menyerah, Fahri terkena satu pukulan di pipi kemudian membalasnya hingga membuat musuh terkapar tak berdaya. Sekian menit berlalu dan Max terlihat sudah bangkit, sedangkan semua musuh tampak tergeletak di tanah berusaha bangkit, akan tetapi tampak kesulitan. Geng Rio masih berdiri meski sedikit terluka di wajah serta napas terengah-engah karena kelelahan, lalu menatap semua musuh yang sudah tidak sanggup berdiri lagi. Rio yang bibirnya sedikit ada darah meludah ke sebelah kiri, kemudian mengusap darah yang ada di bibirnya itu dengan punggung tangan kiri. Sambil bernapas kelelahan Rio berkata, "Sini maju kalau masih berani!" Musuh hanya terdiam melihat Rio. Semua musuh juga terlihat sangat kelelahan dan menahan rasa sakit di sekujur tubuh mereka. Salah satu musuh yang mungkin ketua dari geng itu menyerah. "Kami menyerah. Kau hebat bocah, kami tidak menyangka bisa kalah dari geng kamu meski kami berlima. Siapa namamu?" "Rio Farezi, panggil aku Rio dan ingatlah namaku baik-baik," jawab Rio kemudian mengulurkan tangan kanannya untuk membantu berdiri ketua geng musuh tersebut, dia pun mau menerima uluran tangan dari Rio dan segera berdiri. "Baiklah, kami minta maaf. Kami berjanji tidak akan mengganggu gadis lagi." "Oke, kami pegang janjimu. Jika suatu saat aku melihat kalian mengganggu orang lagi, terutama gadis. Aku tidak akan menahan diri dan tidak akan memaafkan kalian lagi." "Baiklah, kami mengerti," jawab ketua geng itu, kemudian mengajak pergi anak buahnya yang baru saja berdiri. Mereka melangkah perlahan karena masih kesakitan, terlihat ada juga yang berjalan pincang. Mereka mengambil motor yang berada di pinggir jalan lalu bergegas pergi. "Bagaimana keadaanmu Nona, baik-baik aja kan?" tanya Rio sambil mendekati gadis yang ditolong nya tadi. Teman-teman Rio juga ikut mendekat karena ingin tahu juga kondisinya. "Iya, aku baik-baik aja kok. Tapi lukamu ... Tunggu bentar!" Gadis itu mengambil tisu dari tas kecilnya, kemudian digunakan untuk membersihkan darah yang masih tersisa di bibir Rio dengan perlahan-lahan. Rio hanya terdiam menatap gadis itu, tiba-tiba... "Aww!" keluh Rio merasa sakit. "Aduh maaf. Sakit ya?" Rio terdiam tidak menjawab pertanyaan gadis itu dan hanya tersenyum, mungkin Rio belum pernah merasakan ada seorang gadis yang perhatian sama dia. Sesaat kemudian Max mencoba bertanya, "Maaf Nona. Kenapa malam-malam begini masih di luar rumah? Sendirian lagi." "Oh, kalian. Bagaimana dengan luka kalian?" Gadis itu tidak segera menjawab pertanyaan Max dan mencoba ingin membersihkan luka Kevan, Fahri maupun Max. "Tidak perlu Nona. Kami baik-baik aja," kata Kevan sambil menghentikan gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Gadis itu terdiam mungkin karena kecewa. "Nona, kamu belum menjawab pertanyaan sahabatku tadi. Tolong beritahu kami yang sebenarnya!" pinta Rio ingin mencari tahu kebenaran dari gadis itu, namun dia malah menunduk dan tidak segera menjawab. Sepertinya terlihat sedih, semuanya pun menatap heran. Sesaat kemudian gadis itu mencoba bicara. "Sebenarnya aku kabur dari rumah." "Apa?" kaget Rio dan teman-temannya. Mendengar itu Rio dan teman-temannya terkejut hampir tidak percaya. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD