14 KEBERSAMAAN SAHABAT

1128 Words
Kejadian memalukan telah dialami Rio saat pagi hari di Kampus, hal itu membuat harga dirinya sebagai Pria tampan dan jago berkelahi merasa rendah di mata para mahasiswa, terutama Geng Rea. *** Malam hari tampak sebuah mobil merek Ferrari berwarna biru melintasi jalan dengan kecepatan sedang. Suasana malam hari di kota itu tampak cukup ramai, kendaraan masih terlihat banyak yang melintas, lampu-lampu di pinggir jalan dan sekitar bangunan menerangi gelapnya kota. Tampak Rio dan teman-temannya bercanda ria di dalam mobil berwarna biru tersebut, tidak lama kemudian mobil itu sampai di suatu tempat yang tidak asing. Setelah memarkirkan mobilnya, Rio dan teman-temannya memasuki tempat itu. Ya, tempat itu adalah tempat ketika orang-orang datang untuk sekedar bersenang-senang atau lebih tepatnya dinamakan diskotik. Malam ini Geng Rio kembali berkumpul di diskotik, suara musik diskotik terdengar keras dan mengasikkan. Malam ini situasi diskotik tidak ramai seperti sebelumnya, namun masih banyak pengunjung yang datang sekedar untuk bersenang-senang. Geng Rio memilih meja yang sudah menjadi tempat favorit mereka, yaitu meja paling pojok di dekat dinding diskotik. Segera Rio memesan minuman dan hidangan lain yang ada di sana, setelah itu kembali berkumpul bersama teman-temannya. Geng Rio bersenang-senang di diskotik itu hanya untuk menghilangkan rasa bosan, di sana hanya minum secukupnya saja. "Guys, kita main kartu aja malam ini. Sudah aku persiapkan dari rumah," ajak Max pada teman-teman. "Oke, ide bagus," jawab Rio, sedangkan Kevan dan Fahri juga setuju. Latar beralih di sebuah rumah tingkat yang terlihat indah. Seorang gadis membawa tas datang dengan motor matic, berhenti tepat di depan rumah dan segera memasuki pintu rumah yang terbuka lebar. "Hay teman-teman! Sudah berkumpul semua ya?" kata gadis tersebut yang ternyata adalah Rea. "Hay Rea!" balas ketiga temannya serentak. "Dari mana aja kamu? Dari tadi ditungguin loh," tambah Monic. "Maaf, maaf. Tadi aku disuruh bantuin Mama dulu." Rea segera berkumpul dengan teman-temannya untuk belajar kelompok bersama. Malam ini Geng Rea belajar kelompok di rumah Monic yang kebetulan mendapat giliran tempat, mereka sering belajar kelompok bergiliran di rumah-rumah mereka minimal seminggu sekali. Monic memanggil seorang pembantu lalu menyuruhnya membuatkan minuman untuk Rea yang baru datang. Setelah semua siap, Rea dan teman-temannya memulai belajar bersama, Rea menjadi pemandu jalannya belajar karena merupakan mahasiswi yang paling pintar. Mereka belajar cukup serius namun kadang-kadang di selingi dengan bercanda ria. Berbagai macam kue dan minuman segar yang dihidangkan tuan rumah Monic menemani belajar mereka malam itu. Sudah satu jam lebih mereka belajar kelompok. Sifa dan Monic sudah merasa ngantuk, terlihat mereka menguap bergantian. "Teman-teman, biar gak ngantuk, kita akhiri yuk belajarnya! Lalu kita nonton bareng film yang baru tadi sore aku download. Gimana, setuju?" ajak Sifa yang mulai lelah. "Setuju!" teriak Monic, sedangkan Rea hanya menghela napas. Feny tampak tersenyum, mungkin juga sedikit lelah pikirannya. "Ya udah deh, aku juga mulai mengantuk," kata Rea. "Memangnya film apa sih, Sifa?" tanya Monic. "Film yang sangat romantis. Tau gak kalian? Pemeran cowoknya ganteng banget, hati kalian pasti meleleh melihatnya. Aaa...!" kata Sifa sambil menjerit gemes membayangkan cowok dalam film itu. "Benarkah? Apa dia seganteng Rio?" tanya Monic. "Yeah, Rio sama pemeran cowok itu bisa bersaing ketampanan." "Aaa...! Ya udah ayo buruan nonton!" ajak Monic sampai menjerit tidak sabar ingin menonton. Rea yang mendengar itu melebarkan kedua bola matanya, Feny pun sedikit terkejut dan juga penasaran dengan film itu. Sifa langsung menyalakan laptop-nya dan segera membuka folder yang ada filmnya tersebut. Mereka berempat berkumpul di depan layar laptop untuk menyaksikan film romantis itu. Film itu berjudul 'Suddenly It's Magic'. Sesaat kemudian Sifa memainkan film itu, terlihat mereka semua sangat antusias menontonnya. "Aaa... Ganteng banget!" teriak semuanya. Ternyata Rea dan Feny masih memiliki jiwa wanita yang kuat saat melihat tidak langsung cowok tampan, apalagi saat menonton film romantis. Mungkin saat bertemu langsung cowok tampan, mereka bisa menahan rasa terpesonanya. Menit terus berjalan, Geng Rea menonton film itu dengan sangat serius, terkadang menelan saliva. Di tempat Geng Rio, mereka tampak asik bermain kartu sambil minum di diskotik. Saking serunya bermain, mereka terkadang berteriak karena semangat, musik diskotik pun terus tersengar asik menemani mereka bermain. Saat mereka sedang asik bermain, datang seorang gadis cantik berpakaian seksi. "Hay semuanya! Selamat malam!" sapa gadis itu. Mendengar itu semua terkejut saat melihat gadis itu kecuali Rio. "Kamu lagi yang waktu itu. Ingin mengganggu Rio lagi?" ucap Kevan sedikit kesal. Mereka menghentikan permainannya sementara untuk bicara dengan gadis itu. "Apa maksud kamu? Aku hanya ingin membuat Rio senang." "Ah, gak usah pura-pura baik. Pergi sana jangan ganggu kami." "Kalian jahat, hiks... hiks." Cewek seksi tersebut menangis karena kata-kata kasar Kevan, entah beneran menangis atau hanya berpura-pura. Kemudian sambil mengusap air mata, cewek itu melangkah pergi. "Tunggu Nona!" ucap Rio merasa kasihan. Cewek itu berhenti mendengar panggilan Rio, namun ternyata dia hanya pura-pura menangis karena terlihat bibir manisnya tersenyum licik. Rio mencoba beranjak untuk menemui cewek itu, namun Kevan mencegahnya. "Rio, dengarkan aku baik-baik. Please, kamu jangan mudah tertipu dengan kelembutannya. Dia bukan cewek baik-baik," kata Kevan memperingatkan sambil menepuk pundak Rio. "Benar Rio. Dia memang cantik, tapi di balik kecantikannya kita tidak tau yang sebenarnya," kata Max membantu menasehati Rio. "Apa kata Kevan dan Max itu benar. Kamu pasti lupa dengan kejadian malam itu, kamu hampir celaka gara-gara cewek itu," tambah Fahri. Mendengar sahabatnya mengatakan itu, Rio terdiam, berpikir sesaat. Sedangkan gadis itu masih berhenti membelakangi mereka. "Maaf Nona. Aku belum bisa mempercayai kamu," ucap Rio. Mendengar ucapan Rio seperti itu, cewek itu segera membalikkan badan, tampaknya kesal lalu berkata, "Sialan kalian bertiga, untuk apa ikut campur urusanku?" "Itu karena Rio adalah sahabat kami, jadi wajar kalau kami melindunginya dari cewek sepertimu," jawab Kevan. "Cihh, kalian semua menyebalkan! Untukmu Rio, sejujurnya aku hanya ingin tidur denganmu," kesal cewek itu kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka. Mendengar itu semuanya terkejut, apalagi Rio sampai melebarkan kedua bola matanya dan tak bernapas sesaat. "Sana pergi! Dan jangan pernah kembali lagi, wekkk," ucap Max sambil menjulurkan lidahnya. "Kamu mendengarnya sendiri kan Rio, apa yang dikatakan cewek itu?" tanya Kevan. Rio hanya menghela napas karena belum bisa berkata apa-apa. "Kalau sampai kamu menuruti cewek itu Rio, keperjakaanmu bakal direnggut olehnya. Meskipun belum tentu juga kalau kamu masih perjaka," kata Max bercanda, mendengar itu Rio langsung menoleh ke arah Max dan menjitaknya pelan, lalu mencekik lehernya. "Kamu ngomong apa barusan, hah?" ucap Rio. "Aww, ampun Rio. Aku cuma bercanda," pinta Max. "Hahaha...!" Kevan dan Fahri terawa melihat mereka berdua bercanda. Ketiga teman Rio merasa lega. Kevan berterima kasih pada Rio karena telah memilih untuk percaya pada sahabat-sahabatnya, karena dengan begitu Kevan, Fahri dan Max tidak perlu repot-repot lagi jika cewek itu melakukan hal buruk pada Rio sekali lagi, Rio tersenyum akan hal itu. Setalah itu Rio dan teman-temannya melanjutkan bermain kartu. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD