13 KEJADIAN MEMALUKAN

1312 Words
Kisah terakhir mengungkap asal-usul kehebatan Rio dalam berkelahi, yaitu mempelajari teknik-teknik bertarung dari internet dan mempraktekkan semua apa yang dipelajarinya. *** Pagi hari memperlihatkan Bik Velma yang sedang berlari untuk mengejar Rio, namun dia sudah di dalam menyalakan mobilnya dan segera berangkat kuliah. Rio tertawa di dalam mobil melihat Bik Velma gagal mencegahnya, pembantu wanita itu tampaknya kesal dan ngomel-ngomel kepada Rio, namun Rio tidak mendengarnya karena hanya melihat dari dalam mobil. Sambil terus tertawa senang Rio melajukan mobilnya menuju ke Kampus. Keadaan Kampus terlihat damai, para mahasiswa sedang duduk-duduk bersantai, ada yang berjalan sambil mengobrol, ada pula yang sedang serius memperhatikan layar ponsel. Tampak Rio berjalan terburu-buru ingin menuju suatu tempat, terkadang menyenggol seorang mahasiswi yang dilewatinya, sambil terus melangkah dia minta maaf. Rio ternyata ingin ke kamar kecil karena kebelet kencing, dia memasuki tempat itu dengan terburu-buru dan segera kencing di tempatnya dengan lega. "Ah, lega juga akhirnya." Saat sedang kencing tiba-tiba terdengar suara seseorang. "Ehh, si tampan Rio lagi ngapain itu, hihihi," kata orang tersebut yang merupakan salah satu mahasiswa. "Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Rio. "Aku juga mau kencing, tapi nanti aja ah...." "Sialaan, ngapain kamu liat-liat? Dasar bancii!" Rio kesal dengan orang itu dan buru-buru pergi meninggalkannya, ternyata mahasiswa tersebut adalah cowok bancii dari kelas sebelah, dengan kesal Rio menuju ke ruang kelasnya. Cowok bancii tersebut hanya tersenyum tidak jelas. "Huh, sial. Bisa-bisanya cowok bancii itu mengganggu orang lagi menikmati kencing." Untuk meredakan rasa kesalnya Rio mengambil ponsel dari saku celananya, dia memasang sebuah headset ke telinganya untuk mendengarkan musik. Raut wajahnya berubah ceria saat mendengarkan musik itu sambil berjalan dan bersiul, Rio juga menuju kelas sambil membaca-baca akun media sosialnya. Kemudian tidak tahu kenapa setiap ada mahasiswa yang melihat Rio, mereka tertawa, Rio mendengar pelan tawa mereka dan sedikit heran, namun Rio cuek saja dan terus melangkah sambil mendengarkan musik. "Hahaha...," tawa beberapa cowok yang lewat, Rio tetap cuek karena asik membaca layar ponsel. "Aaa... Rio!" teriak sekumpulan cewek sambil menutupi kedua mata mereka. "Ada apa sih, gak seperti biasanya," batin Rio heran karena jarang melihat cewek yang melihat dirinya sambil menutupi mata. Rio masih cuek saja dan terus melangkah, selanjutnya dia bertemu dengan Geng Rea yang sedang duduk di taman dekat ruang kelasnya. "Aaa... Rio, tidak...!" teriak Sifa dan Monic dengan pura-pura menutupi kedua mata mereka. "Ya ampun Rio, hahaha...," ucap Rea terkejut sambil tertawa karena melihat sesuatu, terlihat Feny juga menahan tawa. Rio semakin merasa heran dan segera mencopot headset-nya. "Woii, kanapa pagi ini kalian semua terlihat aneh. Ada apa sebenarnya?" "Hahaha... Kamu yang aneh, tuh liat burung kamu mau terbang," ucap Rea tertawa sambil menunjuk ke arah celana Rio. "Apa katamu?" Mendengar itu Rio sangat terkejut dan segera mengecek celananya. "Sial...!" ucap Rio dengan keras karena melihat resleting celananya terbuka dan buru-buru menutupi dengan kedua tangannya. Geng Rea masih tertawa lucu, Sifa dan Monic tertawa dengan wajah merah dan terlihat shock dengan kejadian itu. Rio yang merasa sangat malu mengalihkan badannya ke arah lain, lalu menutup resleting celananya. "Hey, apa kalian sudah liat?" tanya Rio yang masih sedikit malu. Rea dan teman-temannya tidak langsung menjawab, namun malah terus menertawai Rio. "Gak, cuma tadi kami melihat sesuatu yang berwarna merah. Pasti itu celana dalam kamu, hahaha," jawab Feny. Mendengar itu wajah Rio kembali memerah, kemudian dia mencoba melupakan kejadian memalukan itu dan pergi meninggalkan mereka menuju kelas yang tidak jauh dari tempat itu. "Sialaan, semua ini gara-gara cowok bancii itu. Udahlah lupakan." Rio bergumam kesal sambil berjalan. Setelah masuk kelas dia melihat teman-temannya sudah duduk berkumpul sambil bercanda ria, Rio ikut bergabung dengan mereka dan melakukan tos. "Sial, pagi ini aku mendapat banyak masalah." "Hah, pagi-pagi gini sudah mendapat banyak masalah. Memang apa aja?" tanya Kevan. "Pertama aku buru-buru saat sampai di Kampus karena kebelet kencing. Kedua waktu lagi kencing, ada cowok bancii mengganggu kencingku, sialan banget kan. Dan yang terakhir paling parah, aku lupa menutup resleting celanaku dan diliat banyak mahasiswa termasuk Geng Rea. Nasib buruk ku hari ini, huft." "Hahaha...," tawa ketiga teman Rio. "Sialan kalian, malah ketawa." "Hahaha, habisnya lucu. Bisa-bisanya resletingmu sampai lupa ditutup," kata Fahri sambil tertawa dan menepuk-nepuk pundak Rio yang sedang menggerutu. Ketiga temannya terus tertawa namun lebih pelan, sedangkan Rio tampak cemberut meratapi nasib sialnya pagi ini. Kemudian teman-temannya menyemangati agar melupakan kejadian buruknya itu. Tak lama kemudian, Geng Rea masuk ke kelas karena jam pelajaran akan segera dimulai, Rio melihat mereka masih sedikit tertawa saat melihat balik ke Rio. "Masih aja kalian menertawakan aku," ucap Rio pada Geng Rea. "Besuk dibuka lagi ya, Rio ganteng!" ucap Monic menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ogah!" jawab Rio singkat. Geng Rea tertawa lagi mendengar jawaban Rio yang tampak kesal, selanjutnya mereka duduk di kursi belajar masing-masing. Semua mahasiswa masih bersantai menunggu dosen datang. Namun tak lama kemudian seorang dosen laki-laki datang, dosen itu bernama Pak Jaka, dia merupakan dosen yang sangat disegani oleh para mahasiswa karena sangat ramah dan suka melawak. Saat pembelajaran dimulai para mahasiswa memperhatikan dengan senang hati. Pembelajaran terus berlangsung dengan banyak canda dan tawa, namun jika saatnya membahas materi pelajaran, Pak Jaka meminta agar serius memperhatikannya, semua mahasiswa menyanggupi permintaannya. Waktu pembelajaran akhirnya habis, Pak Jaka segera berpamitan. "Sampai jumpa anak-anak! Jangan lupa yang belum sarapan segera ke kantin, namun jangan ngutang ya, hehe." "Anak kampus terbaik masak ngutang, Pak. Memalukan." "Oh, iya ini Kampus elit ya. Lupa saya." "Hahaha...," tawa semua mahasiswa. Pak Jaka meninggalkan kelas dengan tersenyum. Geng Rio segera ke kantin untuk makan, karena hari ini Rio belum sarapan, tadi pagi sebelum berangkat kuliah hanya minum segelas sussu coklat, setelah itu dia kabur dari Bik Velma. Geng Rea juga menuju ke kantin di belakang mereka. "Yuk, kita barengin Rio dan teman-temannya!" ajak Sifa. "Gak usah, untuk apa coba? Kita ini musuh mereka, ingat itu," jawab Rea, mendengar itu Monic mendadak berhenti di depan Rea dan membalikkan badannya. "Beneran kamu menganggap mereka musuh?" "Iya, terutama si Pria Bego yang sering membuatku jengkel. Semua yang menjadi temannya sama aja." "Oh, jadi begitu. Awas aja nanti kalau Rea suka sama salah satu dari mereka," kata Monic dengan bercanda lalu lanjut berjalan. Mendengar kata-kata itu, Rea tidak segera ikut berjalan dan terdiam sebentar, hal itu membuat Feny yang berada di sampingnya bertanya. "Ada apa Rea?" "Gak, gak ada apa-apa. Yuk ke kantin!" Geng Rio sudah sampai di kantin, hari ini Rio mentraktir lagi makanan dan minuman, kebaikan Rio tersebut membuat teman-temannya sangat senang terutama Fahri dan Max. Geng Rio menikmati makan di kantin sambil mengobrol santai. Begitu pun dengan Geng Rea yang sudah berkumpul di meja makan sebelahnya. Kemudian untuk membuat suasana menjadi seru, Rio memulai melempar sesuatu ke arah Rea dan dibalas Rea. Keadaan semakin panas, kedua geng tersebut bercanda saling melempar kulit kacang dan cabe, bahkan kali ini semua anggota geng itu ikut melempar. Terlihat Fahri mengincar Sifa dan membuatnya kesal, Sifa pun membalas lemparannya namun salah target hingga terkena Max. Keadaan menjadi sangat ramai, bahkan hingga membuat Ibu kantin sedikit marah karena mereka membuat kotor area kantin dengan kulit kacang dan cabe. Akhirnya kedua geng itu berhenti dan meminta maaf pada Ibu kantin, kemudian melanjutkan makan dengan santai. Tampak Sifa senyum-senyum melihat Rio makan, hingga membuat Sifa tidak fokus makan dan hanya dipegang terus. Tingkah Sifa membuat Rea berkomentar, "Sifa, melamun terus dari tadi? Kalau gak mau makan, sini aja buat aku!" "Ehh, enggak. Siapa yang melamun?" jawab Sifa sambil melanjutkan makannya. Rea hanya menatap Sifa dengan heran, begitu pun dengan yang lain. "Uhuk... Uhuk!" Fahri yang mendengar Sifa ditegur sahabatnya menjadi tersedak makanan. Teman-temannya menyuruh untuk segera minum dan menyuruh hati-hati saat makan, Fahri hanya terkekeh pelan. Mereka berada di kantin hingga waktu bersantai habis. Setelah itu semua melanjutkan pembelajaran di Kampus hingga waktu terus berlalu. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD