11 PERKELAHIAN REA

1526 Words
Memanfaatkan seorang mahasiswa pintar, itulah salah satu yang dilakukan Rio karena sifat malasnya, namun dia tidak memanfaatkan orang lain seenaknya sendiri, dia masih mempunyai rasa peduli yang besar. Cerita sebelumnya juga ada sesuatu yang membuat penasaran, yaitu sahabat Rio yang bernama Fahri menulis sesuatu di buku Sifa, kira-kira apa yang ditulis oleh Fahri? *** Saat menuju ke kantin, Geng Rio melihat Geng Rea sedang duduk sambil mengobrol santai dan sedikit bercanda. Ternyata mereka tidak ke kantin melainkan ke taman, mereka terlihat sedang makan sesuatu juga, mungkin dari kantin sebentar membeli makanan lalu membawanya ke sana. Rio tidak mempedulikannya dan terus melangkah menuju kantin, sesampainya di sana Geng Rio segera pesan makanan dan minuman, mereka bercanda ria di sana. Keadaan di kantin tidak ramai seperti biasanya, mungkin karena Geng Rea tidak di sini. Waktu terus berlalu hingga jam pelajaran sebentar lagi dimulai, Geng Rio kembali ke ruang kelas. Pada saat di perjalanan mereka melihat Geng Rea masih asik bercanda ria di taman tadi, itu membuat Rio sedikit berkomentar. "Terus aja kalian tertawa senang hingga lupa jam berapa sekarang," ucap Rio yang lewat dekat dari taman bersama geng-nya. "Ah, Rio sayang. Makasih loh sudah mengingatkan kami," jawab Monic menggoda, namun Rio terlihat biasa saja. "Hey, Monic. Kamu bilang apa tadi?" tanya Rea, terlihat Sifa juga ingin mendengarkan jawaban Monic dengan serius, tampaknya Rea punya perasaan aneh saat Monic memanggil Rio seperti itu. "Bilang Rio sayang, hehee. Memangnya ada apa Rea?" "Gak, gak ada apa-apa. Ya udah ayo kita ke kelas!" "Loh, kemana tadi Rio dan teman-temannya?" tanya Monic yang penasaran dengan reaksi Rio jika di panggil seperti itu, tapi mereka sudah pergi duluan ke kelas. Geng Rea segera beranjak menuju kelas, sesampainya di sana memang benar Geng Rio sudah berada di dalam kelas. Monic dan Sifa memberi senyum kepada mereka, sedangkan Rea dan Feny tampak cuek saja dan terus melangkah ke arah tempat duduk mereka. Senyuman yang diberikan Sifa membuat Fahri terpana, pipinya sedikit memerah kemudian memalingkan pandangan ke arah lain, sedangkan Rio mulai menahan tawa karena ingat dengan rencana kejahilan tadi sebelum ke kantin. Rea duduk di kursinya, mengecek sebentar ponselnya ternyata tidak ada yang perlu dibalas, dia memasukkan ponsel itu ke dalam tas. Karena dosen belum juga datang, Rea memanfaatkan waktu untuk membuka buku catatan miliknya yang ada di meja, saat membuka buku itu. "Hiih, apa apaan ini. Siapa yang melakukan ini? Kurang ajjar banget," ucap Rea dengan kesal saat melihat gambar gadis mirip dirinya. "Ada apa Rea?" tanya Feny. "Nih liat, kurang ajjar banget kan!" "Hahaha... Lucu banget gambarnya," kata Sifa dan Monic dengan tertawa lucu, Feny juga terlihat sedang menahan tawa. "Kalian ini malah tertawa." "Maaf maaf, cuma bercanda. Habisnya lucu banget gambarnya." Rea kemudian memicingkan mata ke arah Rio yang sedang menahan tawa, Rea sangat kesal dan segera menyobek kertas yang ada gambarnya itu lalu mengepalnya hingga menjadi bola kertas. "Rio, ini pasti ulahmu. Nih rasakan!" teriak Rea. Dilemparnya bola kertas tadi ke arah Rio, namun Rio berhasil menangkapnya, hal itu membuat Rea semakin kesal. "Wekk... Gak kena," ucap Rio sambil memasang wajah lucu. "Dasar Pria Bego!" Saat mereka bertengkar, seorang dosen wanita datang. Semua mahasiswa yang sebelumnya terdengar berisik langsung terdiam seketika. Semua mempersiapkan diri untuk serius belajar, Rea juga berusaha melupakan kejahilan Rio yang baru saja terjadi. Dosen tersebut memberi sapaan kepada semua peserta didiknya dan segera memulai pembelajaran. Semua mahasiswa terlihat sangat antusias mendengar dan memperhatikan dosen menerangkan materi pelajaran. Dosen wanita tersebut sebenarnya adalah Bu Vena, dosen yang terkenal tegas dalam mengajar, sulit untuk diajak bercanda tawa. Suasana di ruang kelas itu terlihat sangat tenang tanpa ada suara berisik dari para mahasiswa, tampaknya mereka sedang mengerjakan beberapa soal. Waktu pembelajaran terus berjalan dengan serius dan menegangkan, tidak ada canda tawa dan yang terdengar hanya suara Bu Vena menerangkan materi pelajaran. Para mahasiswa hanya mengatakan jika memang ada yang perlu dipertanyakan. Pada akhirnya jam pelajaran habis, Bu Vena segera berpamitan dan meninggalkan ruang kelas. Suara sorak bahagia para mahasiswa terdengar keras karena merasa lega, namun tiba-tiba Bu Vena kembali memasuki ruang kelas. Semua mahasiswa langsung membisu, terdiam dan situasi mendadak berubah hening. "Maaf anak-anak, ponsel saya ketinggalan di meja." Semua mahasiswa tidak bisa berkata apa-apa, diam bagai patung, termasuk Geng Rio dan teman-teman Rea. Sedangkan Rea dan Andy terlihat sedang memberi senyum pada Bu Vena, mereka pun mendapat senyum balasan dari Bu Vena. "Oke anak-anak, kalau begitu sampai jumpa. Hati-hati di jalan!" "Sampai jumpa Bu Vena," jawab semua mahasiswa serentak. Bu Vena memberi senyuman lalu pergi meninggalkan ruang kelas, kali ini para mahasiswa mencoba memastikan bahwa Bu Vena tidak akan kembali lagi ke ruang kelas. Semua mahasiswa menghela napas panjang, kecuali Rea dan Andy yang tampak tertawa pelan mengetahui tingkah teman-temannya yang shock karena kedatangan mendadak dosen tegas itu, sebagian mahasiswa merasa ingin pingsan dengan kejadian tersebut. "Fiuhh, akhirnya selesai juga," keluh Rio sambil mengusap keringat di kening. Para mahasiswa di sekitar Kampus terlihat ramai berhamburan karena ingin pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Rea mengajak teman-temannya ke perpustakaan untuk menemaninya meminjam sebuah buku sekalian membantu mencarinya. Semua setuju kecuali Monic, karena dia ada keperluan penting yang harus segera diselesaikan. Monic meminta maaf pada Rea sekalian berpamitan untuk pulang lebih dulu. Rea tidak masalah dengan itu karena sendirian saja sebenarnya sudah cukup. "Oke Monic, hati-hati di jalan!" "Makasih Rea. Bye semuanya!" ucap Monic melambaikan tangan kemudian melangkah pergi. Rea, Feny dan Sifa sudah sampai di depan pepustakaan Kampus, keadaan di situ cukup sepi karena pelajar banyak yang sudah pulang. Namun ada seorang cowok berbadan tinggi dan berkulit coklat di samping perpustakaan, sesekali dia melihat ke arah Rea dan teman-teman memasuki perpustakaan. Ruang perpustakaan sangat luas, bersih dan rapi. Ada beberapa mahasiswa yang sedang membaca buku di sana, Rea dan teman-teman memberi senyum kepada mereka kemudian segera mencari buku tentang kisah sukses seorang wanita biasa, Feny dan Sifa membantunya. Tak butuh waktu lama, sekitar 5 menit mereka menemukan buku itu. Namun setelah ketemu, Sifa meminta agar jangan pulang dulu, ternyata dia berpikiran ingin meminjam sebuah buku. Mencari buku novel tentang percintaan yang romantis. Sifa meminta bantuan untuk memilih buku mana yang paling menarik sambil senyum-senyum kepada Rea dan Feny. "Dasar Sifa, cinta mulu yang dipikirkan. Oke deh kami bantu," kata Rea, sedangkan Feny hanya menghela napas. "Hehehe, makasih semuanya." Selanjutnya mereka mencari dan memilih beberapa buku novel dengan judul yang paling menarik menurut mereka, di sana terdapat banyak buku novel romantis. Ternyata saat membaca judul-judul Novel, Rea tampak senyum-senyum karena tertarik, begitu juga dengan Feny. "Tuh kan, kalian juga tertarik, dasar," ucap Sifa, mereka berdua hanya tertawa pelan. Sifa mencari ke bagian belakang paling pojok, saat sedang mencari dengan serius tiba-tiba cowok yang di luar perpustakaan tadi berada di sampingnya. "Hay, manis. Lagi mencari apa nih?" kata cowok itu menggoda. "Mau ngapain kamu?" Mengetahui keadaan sedang sepi, cowok itu melakukan sesuatu tanpa pikir panjang dan mengganggu Sifa, dia mengelus dagu Sifa dengan lembut. Mendapat perlakuan itu, Sifa berteriak keras agar cowok itu pergi menjauh darinya. Rea dan Feny mendengar teriakan itu dan bergegas mencari Sifa. Rea melihat cowok itu sedang berusaha ingin mencium Sifa. "Woii...! Apa yang kamu lakukan pada Sifa?" teriak Rea sambil berlari ke arah mereka, diikuti Feny dari belakang juga berlari. "Kamu gak usah ikut campur atau kamu akan terima akibatnya!" "Dia sahabatku, jadi kamu harus berurusan denganku dulu," balas Rea menantang dan melindungi Sifa. "Minggir kamu! Aku hanya ingin gadis imut itu." "Aku gak akan minggir selangkah pun. Sekali lagi kamu menyentuh Sifa, kamu akan menyesal!" "Kurang ajjar! Berani sekali kamu." Cowok tersebut marah dan mencoba menampar Rea, namun dengan cepat Rea menangkis tamparan itu dengan tangan kanan, kemudian memukul perut cowok itu dengan tangan kiri, pukulan Rea membuatnya kesakitan dan terdorong mundur. Sifa segera menjauh mendekati Feny, sedangkan Feny terkesan melihat aksi Rea sambil tersenyum bangga. "Siallan kau!" ucap cowok itu semakin marah. Selanjutnya cowok tersebut maju ingin memukul Rea, akan tetapi Rea dengan gesit menghindar ke samping, diraihnya tangan kanan cowok itu lalu ditekuk ke belakang badannya hingga terpelintir. Cowok itu teriak merasa kesakitan karena tangan kanannya terpelintir, terlihat tangan cowok itu lemas, dia memegang tangan kanannya dengan tangan kiri untuk menahan rasa sakit. "Masih ingin melawan?" tanya Rea. "Ampun, ampun. Aku minta maaf," kata cowok itu ketakutan. "Sekali lagi kamu berbuat macam-macam kepada gadis, aku tidak akan segan-segan menghajarmu lagi, ingat itu!" Mendengar peringatan Rea, cowok itu lari menjauh untuk kabur, Rea tersenyum senang melihatnya. Feny memberi tepuk tangan karena bangga dengan sahabatnya. "Hahaha... Belum tau dia, siapa sebenarnya Rea," kata Feny. Sifa langsung lari dan memeluk Rea, sambil terisak dia berkata, "Hiks, hiks... Rea terima kasih banyak. Untung kamu segera datang, kalau tidak, apa yang akan terjadi padaku pasti sangat buruk." "Tenang aja Sifa. Selama ada aku, semua akan aman." Rea dan Feny mencoba menenangkan Sifa atas kejadian ini, kemudian melanjutkan mencari buku novel. Setelah mencari beberapa menit, akhirnya mereka sudah memutuskan novel pilihan mereka. Sifa meminjam 2 buku novel romantis, sedangkan Rea dan Feny masing-masing 1 buku novel romantis. Selanjutnya mengurusi syarat peminjaman buku perpustakaan kepada Pustakawan. Setelah beres, mereka bertiga bergegas pulang ke rumah masing-masing. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD