2. MAJU BERSAMA

1162 Words
Kondisi pagi hari di ruang kelas sudah terjadi keributan karena ulah Rio Farezi yang menjahili Rea Feliza. *** Waktu jam pelajaran masih belum selesai, Rea masih sedikit kesal dengan kejadian mengejutkan itu, bibir manisnya terlihat cemberut sambil menulis catatan ke bukunya. Sedangkan Rio masih senyum-senyum merasa senang. Beberapa menit berlalu, semua mahasiswa diam tanpa kata karena mencoba menyelesaikan sebuah soal, kemudian ... "Rio Farezi!" panggil Ibu dosen. "Ya, Bu," jawab Rio sedikit kaget. "Coba kamu maju ke depan, selesaikan soal ini!" "Loh, Kenapa harus aku, Bu?" "Udah gak usah membantah. Ini demi kebaikan kamu supaya menjadi mahasiswa pintar." Mendengar itu Rio tidak bisa menolak lagi, dia menghela napas pelan, berdiri sambil menggaruk-garuk kepala belakang, dia maju dengan langkah ragu-ragu. Rea yang melihat itu merasa senang dan tertawa pelan. Saat Rio maju beberapa langkah, Rea melempar bola kertas dan mengenai kepala belakang Rio, sontak membuat Rio berhenti dan langsung menoleh ke belakang karena merasa kesal. "Perbuatan siapa tadi, berani-beraninya?" Rea hanya berpura-pura tidak tahu dan terus menulis, namun tampak sekali sedang menahan tawa. Semua mahasiswa hanya terdiam tidak menjawab, sedangkan teman-teman Geng Rio juga kebetulan tidak melihat siapa yang melempar bola kertas itu dan hanya geleng-geleng kepala. Mengetahui semua tidak menjawab, Rio melirik ke arah Rea sambil memicingkan mata. "Ngapain liat aku sampai begitu? Suka sama aku ya?" tanya Rea dengan bercanda. "Uhuk, uhuk, uhuk! Percaya diri banget kamu berpikiran sampai ke situ," jawab Rio sampai terbatuk-batuk mendengar ucapan Rea barusan. Beberapa mahasiswi terlihat menahan tawa melihat Rio sampai terbatuk-batuk seperti itu. "Buruan Rio, tunggu apa lagi!" perintah Ibu dosen. "Iya Bu, maaf!" jawabnya dan segera maju ke depan. Rea merasa lega karena Rio segera diperintah Ibu dosen. Di depan Rio mencoba menyelesaikan soal yang menurutnya itu cukup sulit, namun bagi Rea itu adalah soal yang mudah. Rio menyelesaikan soal itu hingga pertengahan, setelah itu berhenti karena tidak tahu cara selanjutnya, dia hanya menggaruk-garuk kepala saja di sana, tampak sedang bingung. Sebenarnya Rio memiliki kecerdasan yang sedang, namun soal itu memang tergolong sulit, mungkin hanya ada sedikit mahasiswa yang bisa menyelesaikan soal itu, termasuk Rea. "Bagaimana Rio, sudah selesai belum?" tanya Ibu dosen, sedangkan Rio hanya menjawab dengan senyuman tanda tidak bisa menyelesaikan soal itu. "Huuu!" sorak Rea dari belakang. "Rea Feliza, kamu maju bantuin Rio menyelesaikannya!" perintah Bu dosen mengetahui Rio tidak bisa. "Loh, kenapa aku Bu?" "Tidak ada kata menolak," jawab Ibu dosen tegas. "Mampus aku. Ngapain aku harus kerja sama dengan si Pria Bego itu," gumam Rea pelan, namun dengan terpaksa dia maju ke depan. Sesaat setelah Rea sampai di depan kelas berdua dengan Rio. Sorak dan tepuk tangan para mahasiswa sangat ramai, mungkin mereka senang karena jarang melihat Rio dan Rea bekerjasama, namun ... "Diam kalian!" teriak Rio dan Rea bersamaan. Kemudian semua langsung terdiam mendengar itu, suasana kelas mendadak hening. Ibu dosen malah terlihat tersenyum melihat itu, sedangkan teman-teman geng mereka tampak sedang menahan tawa. Max memberi acungan jempol kepada Rio, hal itu membuat Rio melebarkan kedua bola matanya tanda tidak suka, Max malah tertawa pelan. Selanjutnya Rea mengajari Rio cara menyelesaikan soal itu, Rio memperhatikan dengan seksama. "Jangan dekat-dekat, geser ke sana!" ucap Rea. "Fiuhh ... Siapa juga yang pengen dekat-dekat," balas Rio sedikit menjauh. Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, Rea mampu menyelesaikan soal itu, hal itu membuat dosen bangga padanya. "Bagus Rea, Ibu bangga padamu. Bagaimana denganmu Rio, apa kamu sudah paham?" "Sudah Bu," jawab Rio, sedangkan Rea hanya tersenyum karena dosen membanggakan dirinya. Ibu dosen segera menyuruh mereka berdua untuk kembali ke tempat duduk. Saat mereka berjalan, Rio mendorong Rea dengan siku kanannya, hal itu membuat Rea kesal dan balas mendorong Rio, mereka malah saling dorong hingga beberapa kali. Melihat tingkah mereka, Ibu dosen menggelengkan kepala dan bergumam, "Mereka berdua ini, mau sampai kapan tidak akur seperti itu." Waktu terus berlalu hingga jam pelajaran berakhir, Ibu dosen segera berpamitan kepada semua anak didiknya. Sesaat kemudian setelah Ibu dosen meninggalkan ruang, hampir semua mahasiswa merasa lega, karena Ibu dosen yang ini memang tergolong tegas dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, hal itu sangat penting agar semua bisa serius dalam belajar, nama Ibu dosen itu adalah Ibu Vena. Karena waktu pelajaran berikutnya masih cukup lama, mereka menyempatkan waktu luang itu. "Guys, ke kantin yuk! Belum sarapan nih!" ajak Rio pada teman-temannya. "Jelas mana sempat kamu sarapan. Berangkat ke kampus aja buru-buru," kata Kevan. "Hehee, kamu tau aja Kevan." Segera Geng Rio beranjak menuju kantin, namun entah kenapa Rio berhenti di depan pintu luar kelas, seperti merencanakan sesuatu. "Ssstt! tunggu bentar ya!" Beralih ke tempat Rea yang masih beres-beres perlengkapan belajarnya, karena sebelumnya dia malah asik memperhatikan layar ponselnya. "Rea, yuk ke kantin! Laper nih," ajak Sifa, kemudian Rea setuju dengan ajakan itu. Monic yang lagi asik berkaca segera beranjak bersama ke kantin, begitu juga dengan Feny yang dari tadi asik membaca layar ponsel. Geng Rea berjalan dengan santai sambil ngobrol. Rea paling depan, namun saat Rea melewati pintu keluar, ada sebuah kaki menjegalnya, Rea terjatuh karena itu. "Rea!" teriak teman-temannya. Akan tetapi sebelum badannya menyentuh lantai, dia segera menahan dengan kedua tangan dan melompat dengan gesit, serta terlihat bergaya sangat keren. Rea tidak jadi terjatuh, karena dia sudah ahli dalam mengatasi kejadian seperti itu, pastinya karena Rea selalu ikut latihan bela diri. Teman-teman Rea kagum dan bertepuk tangan, sedangkan teman-teman Rio melongo melihat kehebatan Rea tadi. "Haha, mau mencoba mencelakai aku ya? Hal semacam itu gak akan mempan," ucap Rea dengan senyum sinis. Kemudian mengajak pergi teman-temannya, sedangkan Rio masih terdiam membatu karena kesal rencananya gagal. "Cihh, hebat juga si Gadis Jelek itu," ucap Rio. "Gila, aku baru tau Rea bisa sehebat itu," kata Fahri yang belum lama mengenal Rea. "Iya, aku juga baru tau," tambah Max. "Apa-apaan kalian, cuma hal seperti itu aja kagum," balas Rio yang sudah terbiasa melihat gaya Rea dari dulu, sedangkan Kevan sudah mengenal Rea sejak SMA, namun sedikit terkagum karena menurutnya Rea semakin hebat. Rio dan Kevan sudah bersahabat sejak masih SMA dan juga satu kelas, sedangkan Fahri dan Max baru mengenal akrab Rio sekitar 4 bulan, karena saat ini mereka adalah mahasiswa semester pertama. Rio bertemu dengan Fahri dan Max pada saat mereka dihajar oleh 5 mahasiswa nakal dari Fakultas lain, bagaimana mereka mampu melawan dikeroyok oleh 5 orang. Rio yang merasa tidak suka melihat itu menghajar habis-habisan 5 mahasiswa nakal itu, hingga membuat mereka kapok dan minta maaf. Rio di bantu oleh Kevan pada waktu itu. Sejak hari itu Fahri dan Max menjadi teman akrab Rio, mereka berdua belajar bagaimana cara berkelahi dan melindungi diri dengan baik, agar tidak ada orang lain yang meremehkan mereka lagi. Rio kemudian mengajak teman-temannya ke kantin, sambil berjalan dia memberitahukan kalau kehebatan Rea dengan Fahri atau Max mungkin sama, atau malah lebih hebat Rea, jadi Rio memperingatkan agar jangan coba-coba berani melawan Rea sendirian tanpa Rio. Kata-kata Rio membuat Fahri dan Max tercengang hampir tidak percaya. Tidak lama kemudian sampailah Geng Rio di kantin, di sana sudah ada Geng Rea yang asik makan bersama sambil mengobrol santai. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD