Bab 6

1615 Words
"Mbak nic, aku mau ijin kuliah dulu ya tapi tenang aja semua pekerjaan udah di beresin kok." ucap maya Ya maya memang masih kuliah, dia bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan reyhan sangat mendukung akan hal itu dengan membantu maya sebisanya, contohnya saja reyhan yang sengaja memberikan maya sebuah pekerjaan. Reyhan itu penolong orang di saat-saat kesusahan, terbukti dirinya juga yang kini mendapat pekerjaan dari reyhan. "Iya may hati-hati, nanti kalau pulangnya mampir ke toko dulu mbak mau nitip bakso soalnya." "Siapp mbak." Pengunjung di toko kue milik reyhan tidak pernah sepi pelanggan. Maka dari itu nica harus selalu siap siaga, apalagi di saat dirinya di tinggal oleh maya seperti sekarang. Pastinya akan lebih menguras tenaga karena tidak ada yang membantunya. Meski tugas nica hanya sebagai kasir, tapi tetap saja jika salah satu pelayan toko tidak masuk dirinya harus turun tangan. "Hey bengong aja." "Ngapain sih deon ngagetin aja. Gak lucu tau." "Hehhe,, kamu itu gak berubahtau, dari dulu selalu manggil aku deon." "Ya terus aku mesti manggil kamu apa?" "Nama aku kan Reyhan kalau kamu lupa. Mungkin jika kamu panggil aku dean gak masalah, tapi jangan deon dong itu kan panggilan aku waktu masih unyu." "Nggak mau, deon lebih keren tau kamunya aja kuper.” "Eh malah ngatain orang ya dasar monyet." "Biarin wleee dasar deon tua. Lagiankan monyet juga nenek moyang manusia, artinya masih nenek moyang kamu yon. Itu juga kalau kamu masih menganggap diri kamu manusia sih," "Kamu aja sana yang sodaraan sama monyet, kalau aku sih no.” “Sayang banget ya. Padahal kamu itu yang mirip monyet.” “Awas ya kamu, berani banget ngatain orang ganteng. Sini aku bakal tangkap kamu." Deon dan nica saling mengejar satu sama lain, dan tanpa mereka sadari sepasang mata dari tadi memperhatikan mereka. "Ekhheemm, permisi." suara berat itu menyadarkan dua insan yang masih saling bertukar tawa. "Eh maaf, selamat datang tuan." Sapa deon yang dengan sopan seperti biasanya. Sementara nica hanya mematung dan enggan menyapa, karena nica tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ya suaminya ada disini, pria yang datang berkunjung barusan adalah revan dan tentunya pasti dia melihat peristiwa barusan, apa dia bakal marah? Mana mungkin dia marah, justru dia bakal senang karena dengan begitu akan lebih mempermudahnya untuk menceraikan nica. Tapi untuk apa revan datang ke toko kue? "Saya butuh kue ulang tahun untuk seseorang yang pastinya sangat special." ucap revan bangga. Seakan hal yang di ucapkannya itu pantas untuk seorang pria yang sudah bersuami. Nica tentu tau kata special itu di tujukan buat siapa, tentu saja buat kekasihnya. "Pasti tuan disini kami menyiapkan berbagai macam kue, dan salah satunya kue ulangtahun." jawab reyhan ramah seperti halnya yang di lakukan pelayan terhadap pelanggannya. "Jangan kaku begitu rey, tentu saja aku tau kalau di toko kamu menyediakan berbagai macam kue, makannya aku datang kesini." "Apa revan manggil deon dengan sebutan rey berarti mereka saling menganal." Batin nica "Beneran bang, kan abang sendiri yang bilang kalau di luar rumah jangan sok akrab." "Ya ampun rey itu dulu jaman kamu masih minta abang gendong ketika mau pergi dan saat itu juga kamu selalu ngintilin abang. Pantas dong jika abang kesel waktu itu." Apalagi ini tuhan, dulu nica tau jika papa mertuanya pernah mempunyai simpanan bahkan sampai memiliki seorang anak. Tapi jangan bilang jika reyhan itu anak dari hasil perselingkuhan mertuanya. Bila benar begitu berarti revan dan reyhan adalah sodara seayah. "Jadi sekarang reyhan boleh manggil abang?" seperti dapat durian runtuh, reyhan terlihat sangat bahagia atas apa yang di ucapkan revan. "Tentu kenapa tidak." "Bang revan" ujar reyhan dan langsung memeluk revan. Nica yang menyaksikan keduanya hanya menggelengkan kepala. Sungguh kurang pantas ada orang dewasa berpelukan seperti teletubis. "D..deonn dia abang kamu." tanya nica ragu. Tapi untuk memastikan apa yang di dengarnya, nica kudu bertanya. Seperti halnya pepatah bilang ‘malu bertanya sesat di jalan’. "Oh iya nic, kenalin ini abang aku namanya bang revan, dia yang sering aku ceritain ke kamu." "Wow deon, nama apa itu rey." tanya revan "Itu bang, nica memang suka manggil aku dengan sebutan deon katanya sih lebih keren. Padahal itu panggilan saat masih sd." Dulu saat masih kecil reyhan memang di besarkan oleh orang tua revan karena setelah melahirkannya ibu reyahan menghilang begitu saja tanpa kabar apapun. Setelah beberapa tahun kemudian ibunya datang kembali dan menginginkan agar reyhan bisa tinggal bersamanya. Meski mendapat penolakan keras dari rara ibunya reyhan tetap memaksa bahkan sampai mengancam akan membawa revan sebagai gantinya. "Kalau begitu abang juga akan manggil kamu deon, sama seperti wanita itu. Ah ngomong- ngomong siapa namanya, abang lupa tadi." "Namannya monica bang tapi biasa di panggil nica, iya kan nic." Tiba-tiba revan menjabat tangan nica, sementara pemilik tangan hanya diam kaku taka da niatan untuk membalasnya. "Revan" ujar revan seperti orang yang baru saja saling mengenal. Anggap saja begitu, toh memang salama ini revan hanya menganggapnya orang asing. "N..nic..a" jawab nica ragu bak orang gagap. Revan tidak langsung melepaskan tangan nica, dia meremas tangan istrinya itu dengan kuat hingga nica meraskan sakit. "Oh ya bang, pasti kue yang abang pesen buat istri abang ya, nanti kalau abang ada waktu kenalin sama ya bang." "Pasti deon, tapi sayangnya ini bukan buat istri abang kok." "Terus buat siapa. Ah paling juga buat temen abang kan." "Buat kekasih abanglah deon." Sesantai itu revan bilang kekasih, apa dia tidak berpikir bahwa di hadapannya saat ini adalah istri sahnya. Dan dengan seenak jidatnya dia bilang kekasih. "Maksud abang kekasih bagaimana sih bang, apa abang menyebut istri abang dengan kekasih." Sebenarnya reyhan tak teralalu kepo dengan kue yang dipesan abangnya. Tapi tiba- tiba saja revan mengucapkan kata-kata yang menurutnya aneh. "Tentu tidak, ini memang murni buat kekasih dalam artian dia pacar abang bukan istri abang." "Terus istri abang gimna, apa dia tau abang memiliki seorang kekasih?" Sementara nica kini menatap nanar dua sosok di depannya dengan perasaan sakit luar biasa, bagaimana tidak suaminya sendiri bilang dia punya kekasih sekaligus istri dan yang benar saja bahkan dia tidak mengakui nica sebagai istrinya malah seolah-olah revan tidak mengenalinya sama sekali. "Dia tau, bahakan sangat tau." Ingin rasanya nica meneriaki suaminya itu. Namun sayang nica tak punya keberanian sejauh itu. Reyhan terkejut dengan ucapan revan bagaimana mungkin abangnya seperti ini, ya reyhan akui memang dia tidak terlalu mengenal abangnya karena reyhan sendiri tinggal jauh dari sang kakak, tapi kenapa revan mau mengulang kesalahan ayah mereka dulu. Padahal reyhan sangat tau jika mama revan sangat menderita ketika sang suami mengakui penghitan dirinya. "Udahlah kamu gak bakal tau betapa rumitnya ini." "Jadi abang pengen kue yang sederhana namun terlihat luarbiasa." lanjut revan "Baik bang, diantar atau abang bawa sendiri." "Di antar nanti malam aja ya, sekarang abang mesti kembali ke kantor masih banyak kerjaan." "Iya bang." Sepeninggalan revan, nica mencoba mencerna semua yang telah dirinya saksikannya. "Nic kok kamu begong sih, kebiasaan banget tau." "Eh nggak kok." "Kamu pasti kaget ya, aku punya abang seganteng itu." "Hehehe iya yon. Kok kakak kamu ganteng banget sih." nica menyeringai jahil. "Ingat kamu jangan sampai naksir okey, dia itu udah punya istri dan lagi katanya dia punya kekasih. Bisa kamu bayanginkan kalau jadi orang ke empat itu giman" ujar reyhan langsung duduk menghadap nica dengan wajang yang serius. Padahal niat awal nica hanya sekedar iseng gak lebih. "Aku denger kok yon kalau dia udah punya istri." "Ya iyalah, abang aku aja ngomongnya keras banget jadi pasti kedengaran sama kamu." Sementara nica hanya tersenyum mendengar penuturan reyhan. "Lagian aku heran kenapa bang revan menduakan istrinya, apa dia udah gak cinta sama istrinya huh aku jadi penasaran sama istri bang revan." lanjut reyahan heran "Istri abang kamu ada di depan kamu deon, ini aku wanita yang tak pernah di cintai abang kamu." batin nica "Jangan kepo kamu yon, ntar yang ada kamu nyesel gimna kalau abang kamu pikir kamu suka sama istrinya." "Nggaklah, lagian kasian aja istrinya masa di duain sih, kata mama rara istri bang revan itubaik tapi bang revan aja yang tegaan." Reyhann mengingat ucapan mama revan waktu mengabari deon bahwa revan telah menikah, walau mama revan masih kurang menyukai reyhan beserta ibunya tapi sebenarnya mama revan sangat menyayangi deon sebagaimana putranya. Buktinya reyhan di rawat oleh rara dari bayi hingga kanak-kanak dan selama itu pula reyhan selalu mendapatkan kasih sayangnya. "Masa sih, kamu kan belum tau orangnya . Laigian ini itu mah masalah rumah tangga orang jangan terlalu merecoki." "Ya makannya dari itu aku pengen cari tau." Nica hanya diam dan menelan salivanya susah payah, reyhan itu sama keras kepalanya dengan revan mungkin ini turunan dari papa tio mertuanya. Bisa aja kan dulu mertuanya keras kepala makannya semua anaknya mewarisi sifatnya. *** Sudah larut malam tapi revan belum pulang apa acara ulangtahun shilla sangat lama sampai-sampai suaminya belum juga pulang. "Apa mas revan nginap di tempat shilla ya." ucap nica Sibuk dengan semua pikiran negatifnya nica mendengar ketokan pintu. Udah di pastikan itu pasti orang yang tengah ditunggunya. Tok Tok Tok "Eh anda asistennya mas ini bukan?" tanya seseorang pria yang nica tidak tau siapa namanya, mata nica menatap sosok suaminya yang kini sedang di papah. "Bukan, tapi saya istrinya. Kenapa dengan suami saya. " Sangat jelas jika pria itu terkejut mendengar perkataan nica. Anatara percaya dan tidak percaya. Pasalnya yang dia tau bahwa kekasih revan adalah wanita yang bernama shila, wanita yang baru saja merayakan ulang tahunnya. Mana tau kalau sebenarnya pria ini telah beristri, memang ya jaman sekarang kalau pria kaya plus tebel dompet, wanitanya itu di mana-mana.  "Terserah andalah mau siapanya juga tapi, masnya ini oh salah maksud saya suami anda mabuk di bar tempat saya kerja, jadi saya antar ke sini." "tapi dari mana anda tau alamat suami saya." "Dari mbak shilla, dia juga yang menyuruh saya mengantarkan suami anda." "Terimakasih siapa nama anda." Masih sempet-sempetnya nica menanykan nama pria itu. Bukannya apa, tapi supaya dia bertemu kembali bisa menyapanya karena pria itu juga sudah berbaik hati membantu suaminya. "Sama-sama saya wendi, kalau begitu saya permisi." Sementara nica susah payah membawa revan kekamarnya. "Heh jalang ngaphhain lo ke kamhar gue, lo mau rayu gue HAH." bentak revan "Mas bersihin dulu pakaiannya ya." Nica mulai menanggalkan pakaian suaminya yang kotor karena cairan-cairan yang di muntahkan revan. "Heh ja..jalanggghh guee mau lo malam ini." Dengan senyum evilnya revan mulai menarik tubuh nica hingga terjatuh kepelukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD