Bab 5

872 Words
Plak Plak "Mama benar-benar kecewa sama kamu, mama malu nica. Apa kata orang di luar sana mengetahui jika kamu malah menjebak seorang pria yang akan menikah agar tidur bersama. "Isak mama nica. Sari merupakan istri kedua papanya, semenjak mamanya meninggal nica memang menyuruh papanya untuk menikah kembali. Agar sangat papa tak selalu merasa kesepian. Hingga ayahnya bertemu sari, wanita yang penuh kasih sayang. "Maafin nica ma, nica benar-benar nyesel." "Nyesel kamu bilang, sekarang udah terjadi nica, mama selalu ngingatin kamu untuk tidak macam-macam tapi kamu malah mencoreng muka mama dengan perbuatan bodoh mu itu."  Nica akui jika dirinya patut disalahkan, bukan hanya mencoreng nama keluarga. Namun nica sudah menghancurkan masa depannya sendiri. Apa dengan kejadian ini revan bakal menyayanginya? Tentu saja tidak. Bahkan reaksinya pas melihat kami ada dalam ranjang yang sama, dia sangat kecewa dan mungkin malah akan membencinya.  "Kamu bukan anak mama lagi, mama sangat kecewa sama kamu." lanjut mama nica. "Nggak mam, maafin nica." "Sekarang apa bedanya kamu dengan p*****r hah, melempar tubuh mu sendiri pada seorang pria itu adalah perbuatan paling hina." Hiks..hikss.. Nica hanya terus menangis, besok adalah pernikahannya dengan revan dan ini bukan yang nica inginkan, memang nica sangat berambisi untuk menghancurkan pernikahan revan tapi bukan berarti dia ingin menikah dengan revan yang sama sekali tidak mencintainya. Sekarang orangtua nica pun sangat membencinya, dirinya sungguh kotor sehingga dianggap p*****r oleh keluarga sendiri. Tak terasa waktu yang telah nica lalui hingga hari pernikahan pun tiba. Nica begitu cantik saat mengenakan kebaya putih sangat pas di badannya dan itu terlihat anggun mempesona, begitupun dengan revan yang tak kalah mempesona dari nica. Mereka pasangan yang sangat pas namun tidak dengan hati mereka yang justru saling menolak. "Mama harap setelah ini kamu tidak mempermalukan keluarga kita lagi." ucap mama nica berbisik. Sementara nica hanya meresponnya dengan mengangguk. Nica benar-benar tak percaya dengan semua yang terjadi sekarang, tepat di depan matanya, bahkan dirinya sendiri yang kini jadi perhatian semua orang yang hadir. Apa mungkin ini hanya mimpi? Jawabannya adalah tidak. Beribu penyesalan pun tak dapat menghentikan acara ini. Andai nica tidak berbuat nekat, mungkin semuanya tidak bakal terjadi. "Sayang kemari nak, mama harap kamu bahagia dengan revan ya." ucap mama revan antusias. "Iya ma, maafin nica yang telah menghancurkan semuanya." "Nggak sayang, jangan seperti itu mama tau kamu juga gak menginginkan ini, justru mama yang minta maaf karena telah memaksa kalian menikah." ucap rara yang tak lain adalah mama revan. Dari awal rara memang kurang setuju dengan pernikahan revan dan bella, ia menginginkan revan menikah dengan nica, tapi tanpa di duganya rara malah melihat revan dan nica sedang tidur dalam ranjang yang sama, bagai memenangkan lotre, tentu rara sangat bahagia dan membuat suasana menjadi berpihak padanya. Seakan semuanya adalah jalan takdir untuk anaknya, rara membuat berbagai macam alasan agar mereka menikah. Rara meminta agar revan dan nicalah yang melangsukan pernikahan dengan mereka telah berbuat malu keluarga besar mereka sendiri. Sebenarnya jika rara mau, ia tidak akan menyuruh nica menjadi istri revan, namun bagaimanapun rara lebih tidak setuju lagi jika dia memiliki menantu seperti bella. "Hey jangan melamun, lebih baik kamu samperin suami kamu." ujar tio papa revan yang langsung di angguki oleh rara. "Tapi mam, pah nica takut." "Udah gak papa kok." sahut rara Nica memilih diam dan tidak melakukan anjuran dari kedua mertuanya, dia lebih memilih diam hingga acara tersebut selesai. "Revan kok istri kamu di anggurin sih." "Apaan sih ma, biarin aja lagian dia juga udah gede." "Nah sekarang, kamu ikut sama suami kamu ya ke kamar" titah pada nica "Iya ma" Sementara revan hanya melihat sekilas dengan tatapan jijiknya pada nica dan berjalan meninggalkan nica. Meski tau suaminya itu tak menyukainya, tapi nica tetap harus menjaga soapan santunnya di rumah ini. Jangan sampai nica melakukan kesalahan yang berakibat buruk lagi.  "Ngapain lo masuk kamar gue." "Tadikan mama nyuruh aku ikutin kamu." Memang benar mertua nica menyuruhnya untuk mengikuti revan ke kamar. Dan itu mang harus dilakukan oleh setiap pengantin baru.  "Ah jalang sialan lo, gue gak sudi sekamar sama lo, sana lo pulang punya rumahkan." "Tapi, aku gak mungkin pulang kerumah." Ya nica gak mungkin pulang kerumah, bukan karena dia pengantin baru tapi karena keadaan keluarga nica yang seolah-olah telah membuanya membuat nica enggan untuk pulang.  Jangankan pulang, hanya untuk berkunjung pun nica tidak yakin keluarganya masih mau menerimanya. Sekarang nica hanyalah sebuah aib yang sudah tak layak untuk di anggap keluarga. "Terserah lo, dan lo tidur di bawah karena gue gak mau seranjang sama lo." Mendangar penuturan itu nica hanya menelan ludah, sungguh selama ia hidup tak pernah dirinya tidur hanya beralaskan lantai. Setidaknya itu dulu, di saat dirinya masih di hidupi oleh sang ayah. Beda dengan saat ini, dirinya hanya numpang hidup pada revan sosok pria yang telah berstatus sebagai suaminya. "B..bbaikk." Dengan susah payah niica memejamkan matanya, karena hawa dingin dari lantai sangat terasa bahakan samapai ke tulang. "Lo akan menderita b***h, gue akan membuat lo mati secara perlahan karena telah menghancurkan hidup gue." gumam revan yang masih bisa terdengar oleh nica. Nica merutuki Kebodohannya, ngapain juga dirinya nekat membeli obat tidur, dan lagi malah memasukannya kedalam makan malam revan. Harusnya nica memasukan obat itu pas menjelang akad. Dasar saja nica nya memang bodoh dan ceroboh.  Saatnya nica harus mulai terbiasa dengan perubahan sifat revan. Nica harus sadar bahwa semua kejadian yang terjadi saat ini merupakan hasil dari perbuatannya sendiri. Menyesal pun tak ada gunanya. Minta maaf pun sudah tak mungkin lagi termaafkan. Sudahlah, pilihan nica tinggal satu yaitu menjalaninya. FLASHBACK OF 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD