Chapter Two - Tragedy of The Road ✓

1560 Words
Lima tahun kemudian Siang ini matahari bersinar dengan begitu teriknya. Membuat rasa panas dan juga polusi-polusi semakin tak terkendali. Di seberang jalan terlihat anak kecil masih mengenakan seragam sekolahnya berlari-lari dari kejaran orang dewasa dibelakangnya. Menghiraukan sinar panas yang menyengat kulit. "Tuan Muda !! Tunggu !! Tuan !!" teriak Dika, salah satu dari dua orang berbadan besar yang sibuk berlarian mengejar anak kecil itu. Mendengar salah satu teriakan bodyguard nya. Anak kecil ini hanya menoleh sembari memeletkan lidahnya pada dua bodyguard nya, "Wleee!!" Lantas kepala kecilnya menoleh ke depan, di kejutkan oleh sesosok lelaki dewasa tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya, berdiri menjulang. Anak kecil itu tak dapat menghentikan larinya dan terjatuh di pelukan pria yang tak lain adalah Papanya. Hap! "Sudah berapa kali kau melakukan kenakalan seperti anak nakal, hm? Katakan pada Papa!" Pria ini yang tak lain adalah Ajisaka Mahendra Ranjaya. Duda berbuntut satu yang sekarang belum menemukan tambatan hatinya sejak istrinya meninggal lima tahun silam. Anak kecil dalam gendongannya itu pun langsung berontak pada Papanya. "Paaaa ... Turunkan Lio, turunkan!" Saka, pria tersebut memandang bodyguard dengan tatapan tajam, geram karena berhasil di bodohi bocah berusia lima tahun. Mengabaikan pemberontakan Lio dalam gendongannya, Saka memberikan peringatan. "Lio diam! Atau Papa akan memberimu hukuman ketika sampai di rumah!" Saka memandang Lio, melihatnya dengan wajah datar. Saka membenarkan gendongannya pada Lio agar tidak terjatuh. Saka mengisyaratkan bodyguard agar kembali bekerja, dan urusan Lio akan Saka beri pelajaran sedikit di rumah nanti. Lio harus menerima konsekuensi atas kenakalan yang selalu ia lakukan. *** Seharian ini Saka frustasi akan kenakalan putranya di sekolah. Lio selalu saja mencari masalah dengan teman-teman sebayanya. Berkali-kali pula, Saka menerima surat panggilan dengan kasus yang sama. Pekerjaan yang masih menumpuk dan sikap Lio yang selalu menentangnya membuat Saka ingin meledak. Namun apalah daya, Lio adalah putranya sendiri. Seperti sekarang ini, di ruang kerja yang berada di dalam rumah. Saka mendudukkan Lio di sofa dengan memberikan tatapan intimidasinya, seakan tak mempan, Lio hanya diam. "Celio Danendra Ranjaya! Kamu dengar apa yang Papa katakan bukan ?!" ucap Saka pada putranya. "Iyaaa Papa ... Lio hanya bosan kalau harus dirumah terus," jawab Lio dengan wajah cemberutnya. Saka memijat keningnya. "Sekarang sudah jam 3 sore, lebih baik Lio pergi ke kamar dan mandi!" titahnya. "Tapi Pa, Lio mau -..." "SEKARANG! Celio!" mendengarkan ucapan Sang Papa yang tegas, membuat anak kecil itu menurut, dengan cemberut meninggalkan ruang kerja Saka dengan membanting pintu. Saka memandang pintu yang baru saja dibanting oleh putranya dengan tatapan lelah. 'Anakmu sekarang sudah besar Sofia dan ... Nakal' batin Saka dalam diam. Lio menghentakkan kakinya kesal. Kesal dengan sikap otoriter Papanya. Kesal dengan semua peraturan Papanya. Kesal dengan omelan Papanya yang paling utama. Lio masuk ke kamar bernuansa Thomas and Friends nya. Menjatuhkan tubuh kecil di atas kasur berbentuk kereta berwarna biru muda tersebut. Tiba-tiba Lio teringat dengan Kirana. Salah satu teman sekolahnya yang enam bulan ini selalu absen masuk sekolah karena kanker darah yang di deritanya. 'Sekarang Kirana bagaimana ya, apa Kirana baik-baik aja'? pikir Lio. Lio berpikir demikian karena nyatanya Kirana bukan anak yang takut karena kanker. Kirana selalu tersenyum dan ceria saat bersamanya di sekolah. Bahkan Kirana tak keberatan jika harus memberikan bekalnya untuk Lio. Kirana selalu menyembunyikan air mata saat kemoterapi di rumah sakit yang katanya sakit. Ia hanya mengatakan jika kemoterapi, hanya terasa sakit sebentar dan rasanya mual. Sudah dua bulan ini Kirana di rumah sakit. Itulah alasan Lio selalu lolos dari pengawasan bodyguard Papanya. Lio tak pernah menceritakan tentang Kirana pada Papanya. Hingga Saka berpikir, Lio semakin nakal dengan main kabur-kaburan. "Lio sudah berjanji pada Kirana kalau hari ini akan menemaninya kemoterapi, bagaimana cara keluar dari rumah tanpa ketahuan Papa ya?" kata Lio gelisah. Rupanya bocah kecil dan nakal itu tak hilang akal. Lio selalu saja menemukan cara untuk lolos dari bodyguard Papanya. "Om Dika!" teriak Lio dalam kamarnya. Mendengar teriakan Lio, Dika Romano, langsung masuk ke kamar Lio. "Ada apa Tuan Muda," jawab Dika dengan sopan. Dika tau bocah kecil ini memiliki 1001 cara mengelabuhi musuh. Jadi Dika harus berhati-hati. "Lio lapar, buatkan Lio spagety saus keju sekarang!" perintah Lio pada Dika. "Tapi- .." "Sekarang !! Lio mau sekaraaang !!" teriak Lio kesal. "Baik Tuan Muda, segera saya siapkan" Dika bergerak cepat untuk menyiapkan apa yang diminta oleh Lio. Setelah kepergian Dika, Lio tersenyum senang, "Om Dika memang polos ya. Pasti lupa kalau Lio alergi keju." Lio tersenyum geli mendengar ucapannya sendiri. Lio lantas pergi mengendap-endap keluar dari rumah dan menuju gerbang utama. Membuka gerbang dan Lio segera lari menuju rumah sakit. Menemui Kirana, teman terbaiknya di sekolah. *** Mengalihkan pandangannya pada setumpuk pekerjaan di meja kerjanya, membuat Saka mendengus jenuh, "Kapan pekerjaan ini akan hilang! Aku sungguh muak!" teriaknya kesal. Saka keluar dari ruang menuju dapur. Saka sungguh butuh kopi sekarang. Saat ini di dapur, Saka melihat Dika sedang memasak. Meskipun Dika, terbilang masih muda ia bisa memasak karena kondisi hidup mandiri. Entah apa yang Dika masak. Tidak seperti biasanya anak muda itu mau memasak di dapur majikannya. "Kau memasak?" tanya Saka pada Dika yang sibuk di masakannya. "Eh, pak Saka!" ucap Dika kaget, dia tidak menyadari Saka ada di belakangnya. "Kau memasak apa?" ulang Saka. "Spagety saus keju untuk Tuan Muda Lio," ucap Dika tanpa beban. Saka yang mendengar ucapan Dika kaget. "Lio alergi keju, apa kau lupa!" "APA !! Tapi Tuan Muda Lio yang menyuruh saya," jawab Dika bingung. "Kau di bohongi olehnya. Entah sudah berapa kali kau mudah ditipu," jawab Saka datar. "Apa Tuan Muda- .." "YA!" Saka menyela ucapan Dika. 'Lihat, anak itu pasti kabur lagi.' Itulah gunanya Saka memberi bodyguard pada Lio. Anak itu suka sekali membuat semua orang kerepotan. Membuat keributan dan mencari masalah, Saka pusing jika harus menghadapi Lio yang nakal. "CARI SEKARANG!" bentak Saka pada Dika. Mendengar bentakan sang majikan membuat pria 22 tahun itu lari terbirit-b***t keluar mencari Tuan Mudanya. "Anak itu selalu saja merepotkan!" Saka bergegas mencari kunci mobilnya. Memasuki pajero sport dan menjalankan mobilnya untuk mencari Lio. Setengah jam berlalu tak membuat Saka berhenti berhenti untuk mencari Lio yang kabur. Entah apa yang membuat Lio senakal ini. Dulu Lio tak pernah membantah ucapannya, semua perintah Saka, Lio dilakukan dengan baik. Tapi sekarang, Lio malah suka kabur. Suka menghilang di tempat ramai. Dan suka merepotkan semua orang. Tak jarang pula, Saka mendapat banyak laporan atas kenalakan putranya di sekitar tetangga perumahannya. *** "Maaf Mbak caffe kami tidak memerlukan karyawan baru," ucap salah satu karyawan di cafe tersebut. "Kau mau cek kembali? Mungkin saja masih perlu pelayan di sini," mohon gadis berambut panjang tersebut. "Maaf Mbak sekali lagi, mohon pergi. Kami sangat sibuk sekarang." kalimat yang belasan kali gadis itu terima hari ini. Tampak gadis berambut panjang sepunggung itu menghela napas lelah. Sudah beberapa hari ini gadis ini mencari pekerjaan tetapi belum dapat sampai sekarang. Ia sudah melamar dari karyawan kantor hingga pelayan kafe. Gadis itu, Xamella Libertina. Gadis panti asuhan sejak berumur 10 tahun. Karena kecelakaan mobil, membuat orang tua Ella menjadi korbannya. Meninggalkan hutang pada Ella karena pada saat kecelakaan perusahaan orang tuanya sedang collabs, awalnya orang tuanya akan mencari bantuan dana pada perusahaan lain. Namun, kecelakaan terjadi begitu saja. Terpaksa rumah bersama isinya disita. Hanya menyisakan Ella dengan koper berisi baju dan foto kedua orang tuanya. Ella yang dulu masih kecil di dititipkan di panti asuhan karena tidak ada anggota keluarga yang menjemput dan merawat. Di hari itu juga Ella di asuh dan dibesarkan di panti hingga sekarang berusia 20 tahun. Sepuluh tahun Ella hidup dengan suka duka teman-teman di pantinya dulu. Sekarang Ella sudah keluar dari panti asuhan untuk mencari pekerjaan. Agar Ella tidak merepotkan ibu panti. Juga membantu meringankan beban sekolah adik-adiknya. Ella juga telah memiliki apartemen sederhana yang ia beli dengan harga cukup murah. Ditengah keputusasaannya, Ella mengedarkan pandangannya lelah, tampak dari sisi kanan seorang anak kecil sedang berlari kearahnya. Terlihat menengok ke belakang dan ke depan terus saja seperti itu. Anak kecil ini terus saja berlari tanpa melihat ke depan dan saat melihat seorang wanita berdiri di hadapannya, anak kecil itu kaget dan tanpa sengaja menabraknya. Brukkk "Awhhhh ... ssshhh sakit," ringis anak kecil tersebut. Ella yang juga jatuh terduduk pun, menghampiri anak kecil itu. Membantunya untuk berdiri. "Apakah kamu terluka?" "Maaf Kak, Lio tidak tau ada Kakak di sini," ucap Lio sembari membersihkan bajunya yang kotor. "Apa yang- .." "Maaf Kak, Lio harus lari dari mereka!" setelah mengatakannya, Lio berlari menyebrang jalan tanpa melihat jalan. Ella yang masih memperhatikan kecerobohan anak kecil itu terbelalak kaget melihat sebuah mobil sport warna merah melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arah Lio. "AWAAASSS!!" teriak Ella. Tanpa memperdulikan keadaannya Ella lari secepat mungkin ke arah anak tersebut. Melindungi Lio dari tabrakan yang akan terjadi. Namun tabrakan tak terelakkan, saat Ella sudah memeluk Lio, mobil sport merah itu melaju cepat tepat di depan matanya. Tiinnnn Tiiinnnnnn Braaaakkk Ella pun merasa melayang sebelum menabrak aspal jalan. Terasa sakit kian merenggut kesadaran, dengan anak kecil yang masih bergetar dalam pelukannya. Gelap semakin menghampiri, pelukannya pada Lio makin terlepas dan terkulai lemas. Lio yang pelukannya mengendur, mendongak melihat perempuan yang menyelamatkannya penuh dengan darah dan lecet. Lio menangis dengan kencang. Anak kecil itu takut dan pingsan dengan memeluk Ella. Seketika jalanan macet. Banyak pengendara berhenti untuk menolong wanita dan anak kecil tersebut. Tampak seorang pria muda menerobos kerumunan dan membelalak mata kaget dengan apa yang dilihatnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD