Chapter Three - Apologies of Lio ✓

1350 Words
Saka mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang menyala. Panggilan dari Dika, bodyguard Lio. "Pak Saka, saya sudah menemukan Tuan Muda Lio," suara Dika, menyapa indra pendengaran Saka. "Katakan!" jawab Saka tegas. "Jalan raya Persimpang Tiga, Tuan Muda berlari ke arah cafe." Panggilan di akhiri oleh Saka. Segera ia melajukan mobil pajero sport nya menuju alamat yang diberitahu Dika. Saat sampai pada alamat yang disebutkan oleh Dika, Saka tak melihat keberadaan Lio. Bahkan jalanan itu sepi. Hingga ponsel yang berada di bangku penumpang samping berdering. Saka mengangkat panggilannya, dan terbelalak kaget. "Tuan Muda Lio kecelakaan di depan Caffe Rain!" Mendengar informasi dari seberang telepon, membuat Saka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga depan cafe Saka melihat banyak kerumunan di pinggir jalan dengan mobil ambulance. Langsung saja Saka berlari menuju kerumunan. Meninggalkan mobilnya terparkir di sembarang jalan. Belum sempat Saka menerobos kerumunan, Dika menghampiri Saka. "Pak, Tuan Muda Lio sudah di masukkan ke dalam ambulance dengan seorang wanita!" mendengar hal tersebut Saka langsung berlari menuju mobilnya. Mengikuti ambulance yang membawa Lio. *** "Tidak ada luka pada pasien. Semuanya sehat. Pasien hanya shock hingga membuatnya pingsan. Sebentar lagi pasien sudah akan sadar. Saya permisi dulu," ucap pria berjas putih itu kepada Saka. Saka hanya mengangguk, mengerti penjelasan dokter tersebut. Saat ini Saka sudah berada di ruang VVIP. Menjaga Lio yang kini berbaring di atas brankar rumah sakit. Tubuh kecilnya terpasang selang infus yang menyakitkan untuk anak seusia Lio. Untuk permasalahan mobil yang menabrak Lio, Saka menyerahkan urusan itu pada Dika. Menurut informasi Dika, pengendara dalam keadaan mabuk dan bertelepon hingga menyetir dengan sembarangan. Mengenai wanita yang menyelamatkan Lio, Saka belum menemuinya. Saka menunggu Lio hingga sadar dan akan menemui wanita penyelamat Lio nanti. "Enghhh... Papa," ringisan Lio membuat Saka mengalihkan pandangannya pada Lio. "Hei, jagoan Papa sudah bangun. Dimana yang sakit? Hmm... Katakan pada Papa," ucap Saka mengelus putranya. "Kepala Lio pusing, tangan Lio yang ini sakit Papa," ucapnya dengan menunjukkan tangan yang di pasang selang infus. "Kakak tadi, berdarah banyak sekali Papa, karena Lio... Hikss...hiksss," Lio berkata dengan sesenggukan dan menangis kencang. "Sudah Lio, Kakak tadi tidak apa. Nanti kita menjenguknya ya," ucap Saka menenangkan Lio yang menangis. "Papa berjanji?" Lio memberikan jari kelingkingnya pada Saka. Saka pun tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya yang besar pada kelingking Lio yang mungil, "Papa berjanji untuk Lio." Lio tersenyum dan menghambur ke pelukan Papanya. Saka mengelus rambut putranya. Berusaha membuat anaknya nyaman. Ketika mendengar suara dengkuran halus dari Lio. Saka membaringkannya di brankar. Merapikan selimut Lio dan mencium keningnya lama. "Lekas sembuh anak Papa. Papa selalu menyayangimu." Saka berjalan keluar dari ruang rawat anaknya. Menutup pintu dengan sepelan mungkin agar tidak membuat Lio terbangun dari istirahatnya. *** Dalam ruangan yang sepi, tampak seorang gadis berbaring di brankarnya itu mulai mengerjapkan matanya. Rasa sakit pada kepala juga anggota tubuhnya yang lain mulai ia rasakan. Gadis yang tak lain adalah Ella itu mengedarkan pandangannya.'Rumah sakit?' pikirnya. Mengingat-ingat kejadian yang tadi dialaminya. Perlahan memori beberapa jam yang lalu mulai terkumpul. Ella menolong anak kecil yang akan tertabrak mobil, naasnya malah dirinya yang terluka. Entah bagaimana keadaan anak kecil itu sekarang. "Awhhh... Sakit sekali," ringis Ella. Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan seorang pria berjas putih di ekori seorang wanita di belakangnya membawa sebuah buku. "Apa yang kau rasakan saat ini, Nona?" tanya pria berjas putih kepada Ella. "Kepalaku pusing dan sakit. Badanku juga sakit terutama lengan kanan," Jawab Ella pelan. Suster tersebut mencatat semua keluhan Ella untuk hasil observasi perawatan yang lebih intensif. "Tidak apa-apa, kami akan mengantar makanan dan obat kemari," kata dokter pada Ella. "Terima kasih Dok!" ucap Ella. "Baiklah, berdasarkan hasil keluhan dan pemeriksaan semuanya normal. Hanya rasa sakit dan nyeri yang nanti akan menghilang," Ucap dokter dengan melihat hasil catatan perawat di sampingnya. Ella hanya mengangguk paham. Setelah membacakan hasil observasi, dokter beserta perawat itu pergi meninggalkan Ella diruang rawatnya. Tak lama, perawat lain datang dengan membawa troli makanan. "Selamat malam Nona Ella," ujar perawat itu dengan tersenyum. "Malam suster!" jawab Ella pada suster yang sedang menyiapkan makanan di meja dekat brankar. "Emm, suster saya ingin menanyakan biaya administrasi rumah sakit atas nama saya sendiri," tanya Ella padanya. "Nona tenang saja, semua biaya perawatan ditanggung oleh keluarga Ranjaya, keluarga anak kecil yang Nona tolong," ucap suster bername tag Siska, diiringi senyuman dibibirnya. Mendengar hal itu membuat Ella berpikir bagaimana keadaan anak kecil itu? Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia terluka? Lamunan Ella terpecah oleh suara perawat Siska "Makanlah bubur dan obatnya. Jangan memikirkan yang lain, dan oh satu lagi mengenai anak kecil keluarga Ranjaya itu selamat. Dia hanya shock saja." "Syukurlah, aku berharap dia baik-baik saja." timpal Ella. "Baiklah, saya harus mengantar makanan lain. Semoga lekas sembuh Nona Xamella." pamit perawat Siska pada Ella. Ella hanya tersenyum. Menatap bubur putih nan lembek dengan beberapa macam obat di samping mangkuk tersebut. "Aku membenci makanan lembek berwarna putih ini." gerutu Ella melirik nampan di nakas meja. Namun tak lama Ella memakan perlahan makananya dengan pelan dan khidmat. *** Pagi ini, suasana ramai begitu terasa di salah satu kamar rawat VVIP di rumah sakit. Seorang gadis bersenda gurau dengan anak kecil yang kemarin ia tolong. Siapa lagi, jika bukan Lio. Anak baik itu terkadang juga jahil. Tadi pagi saja ketika Ella masih tidur di brankarnya. Ella tidak bisa menghirup udara. Bukan karena sesak napas. Tapi Lio sengaja menjepit hidungnya hingga Ella tidak bisa bernapas dan akhirnya terbangun. Sungguh anak kecil itu sangat ajaib. "Oh iya, Apa Lio tadi datang sendiri?" tanya Ella pada Lio yang duduk di atas brankarnya. "Lio kesini dengan Oma Kak Ella, tapi tadi Dokter memanggil Oma. Papa tidak bisa menjenguk Kakak, karena ada rapat di tempat yang jauh." jelas Lio pada Ella. "Harusnya Lio kesini sama Oma. Nanti kalo Lio tersesat bagaimana?" "Hehehe.. Tanya sama suster dong Kak. Lio kan anak ganteng jadi pasti banyak yang bantu Lio." cerocos Lio. "Memangnya Lio ganteng?" tanya Ella menahan senyum. "Iyaaa Kak, Oma yang bilang." Mendengar celutuk Lio yang terkesan polos membuat Ella tertawa. "Iyaa dehh, Lio emang ganteng." Mengenai Lio, kemarin anak kecil itu sudah di perbolehkan untuk pulang. Karena Lio baik-baik saja hanya shock ringan. Kemarin Lio juga sudah berkenalan dengan Ella dan meminta maaf karena membuat Ella sakit. Ella pun tersenyum dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Dan janji sang Papa untuk berkunjung bersama Lio nyatanya teringkar. Karena Saka harus mengurus bisnis di luar kota selama beberapa hari. Jadinya Lio bersama Oma Risma, ibunya Saka. Saat asyik bercerita, pintu dibuka dari luar menampilkan Oma Risma yang tersenyum. Mengalihkan pandangan sang gadis dengan anak kecil tersebut. "Omaaaa!" teriak Lio menuruni brankar. "Lio hati-hati.." ucapan Ella terpotong mendengar suara debuman di lantai. Bruukkk "--Nanti terjatuh," Ella meringis melanjutkan ucapannya. "Hehehe... Lio tidak apa-apa." Sedangkan Oma Risma yang melihat cucunya terjatuh hanya tersenyum. Kemudian membantu Lio dan menarik kursi di dekat brankar Ella. Memangku Lio untuk duduk di kursi. "Bagaimana kabarmu Nak? Apakah masih sakit?" tanya Risma. "Baik Bu Risma. Hanya kadang-kadang pusing saja." "Syukurlah kalau begitu. Maafkan cucu Oma yang bandel ini ya." ucap Oma Risma dengan berpura-pura menjewer telinga Lio. "Awwwwhhh Oma, sakit!" rajuk Lio. "Oma tidak bersungguh-sungguh. Kenapa harus sakit? Dasar anak nakal!" ucap Oma Risma dengan menciumi pipi gembil Lio. Ella yang memandang hanya tertawa melihat kerisihan Lio saat dicium Oma Risma. "Lio sudah meminta maaf dengan Kak Ella?" tanya Oma Risma pada Lio. "Sudah Oma, kemarin Lio sudah meminta maaf," jawab Lio "Tapi Oma belum mendengar permintaan maaf Lio. Coba Lio ulangi. Oma ingin mendengar!" "Tidak perlu Bu Risma. Lio tidak bersalah." ucap Ella nimbrung. "Tidak apa Ella. Kadang anak nakal ini harus di beri pelajaran. Ayo ucapkan sekali lagi," titah Oma Risma. "Kak Ella maafkan Lio ya, karena Lio anak ganteng dan baik jadi harus di maafkan kalau tidak nanti di cium Oma lagi," ucap Lio dengan mata polosnya. Mendengar ucapan Lio membuat Oma Risma dan Ella tertawa. "Itu namanya bukan permintaan maaf Lio," gemas dengan tingkah Lio, Oma Risma lalu mencium Lio lagi. "Omaaa jangan cium Lio lagi!" teriak Lio melengking. Mengusap pipinya dan merengut. Melihat itu, membuat Ella tertawa. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD