Chapter Four - Hope and Pray ✓

1181 Words
Hari ini Ella sudah di perbolehkan untuk pulang. Sudah tiga hari ia di rawat di rumah sakit. Malu rasanya bila setiap hari Lio dan Oma Risma berkunjung. Apalagi biaya pengobatan di tanggung keluarga Ranjaya, Papanya Lio. Namun hingga detik ini Ella belum pernah bertemu dengannya. "Ella, semua sudah selesai kan? Ayo kita pulang, sopir sudah menjemput di depan," ucap Oma Risma membuyarkan lamunan Ella. "Iya Bu Risma, Ella sudah selesai." ujar Ella tersenyum. Sampai di dalam mobil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Lio. "Ella tidak melihat Lio, apa Lio tidak ikut?" tanya Ella sembari mengedarkan pandangannya. "Papa Lio sudah pulang dari luar kota. Sekarang Lio meminta untuk pergi ke Dufan dengan Papanya. Jadi Lio pergi berlibur dengan Papanya. Dia sangat manja," Oma Risma tertawa ketika mengingat sikap manja Lio pada Saka. Pasti membuat Saka kelimpungan sendiri. Ella hanya mengangguk mengiyakan perkataan Oma Risma. Sebenarnya Ella penasaran dengan Mama Lio, sejak awal bertemu anak itu selalu bercerita tentang Papa dan Omanya. Hanya sosok Mama yang terlewat dari cerita Lio "Mama Lio sudah meninggal," ucap Oma Risma tiba-tiba. Ella hanya menatap Oma Risma yang matanya sudah berkaca-kaca. "Tak apa Bu Risma, jangan bercerita--" "Tidak Ella, aku tau kau penasaran dengan Lio. Karena anak itu selalu bercerita tentang Papanya padamu." "Lio anak yang baik sebenarnya, meskipun jahil. Ia sedikit nakal karena sejak kecil Lio tak pernah di berikan kasih sayang seorang ibu. Lio jadi seperti ini, terkadang suka menentang perkataan Saka, membuat kekacauan di sekolah dengan menjahili temannya sehingga menangis. Dan Saka yang selalu dibuat pusing dengan kenakalan Lio." Oma Risma tersenyum mengingat kenakalan Lio. Ella yang mendengar semua itu, hanya terdiam mencerna semua perkataan Oma Risma. Seketika itu rasa iba menelusup di hatinya. 'Aku bersyukur, setidaknya dulu aku pernah merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap.' batin Ella. Lamunan Ella terbuyar saat mobil berhenti di depan lobi apartemennya. Ella bersiap turun dari mobil. "Kau yakin Nak, tak ingin ikut mampir ke rumah?" tanya Oma Risma. Ella tersenyum kecil, "Terima kasih atas tawarannya. Mungkin lain kali Ella akan mampir." "Baiklah, kalau begitu. Istirahatlah yang cukup, maaf tidak mengantarmu hingga depan pintu apartemen karena ada keperluan mendesak." "Iya Bu Risma. Hati-hati di jalan." Ella melambaikan tangan pada mobil yang baru saja di tumpanginya. Melangkah masuk kedalam apartemen dengan membawa tas jinjing di tangan kanannya. *** "Papa, Lio ingin naik itu!" ucap Lio sembari menunjukkan wahana yang ia inginkan. "Lio belum cukup tinggi badannya. Jadi tidak boleh!" larang Saka dengan menggeret anaknya menjauh. "Ayolah Pa, Lio ingin itu!" ucap Lio dengan menunjukkan puppy eyes nya. "Tidak!" ucap Saka tegas. Bagaimana mungkin Lio yang masih berumur lima tahun ingin menaiki wahana roaller coaster! Bahkan tinggi badannya saja belum cukup. Apa Lio berniat ingin Papanya terkena serangan jantung di usia muda? Bahkan beberapa saat lalu Lio menangis sambil berguling-guling dengan tak tau malunya di tengah jalan karena tak ingin diajak pulang. Tak ingin merasa malu berkali lipat Saka membatalkan niatnya pulang dan menemani Lio hingga anak itu lelah sendiri. Saka sebenarnya malas jika harus ke Dufan, apalagi ini weekend tentu saja akan ramai. Jika saja Saka tidak menyayangi anaknya yang bandel itu, mana mau Saka pergi ke tempat wisata yang hampir semua wanita melihat ke arahnya hanya karena tingkah Lio. Mungkin Saka tidak akan mau pergi ke tempat ramai seperti ini. Ya anggap saja sebagai pengganti karena harus meninggalkan Lio saat di rumah sakit karena ada rapat mendadak di luar kota. "Lio, ayo kita pulang saja. Papa sudah capek!" "Huuuu, Papa memang payah. Belum juga kita mencoba semua wahana sudah minta pulang, Papa memang sudah tua makanya cepat lelah!" jawab Lio polos. Mendengar jawaban dari anaknya sendiri. Saka menganga tidak percaya. 'Dasar anak ini! Untung aku sayang. Jika tidak sudah kubuang ke selokan!' batin Saka mendumel. "Ayo Papa kita kesana. Aku ingin berfoto dengan Princess Belle yang cantik itu!" teriak Lio dan berlari ke arah sekumpulan cosplay tokoh kartun. Saka yang melihat itu, hanya menghela napas lelah. Tidak ada cara lain selain menuruti semua permintaan Lio. Bahkan mereka sudah dari pagi hingga sore berada di Dufan tapi Lio bahkan masih lincah. Energi anak itu benar-benar luar biasa. *** Malam ini udara cukup dingin, tak membuat gadis cantik nan manis itu kedinginan. Meskipun hanya menggunakan kaos, gadis itu tak menghiraukan udara yang menusuk kulit. Gadis itu hanya terdiam menatap jalanan dari balkon kamarnya yang mulai sepi. Jam menunjukkan pukul 23.30 semua penghuni apartemen pastinya sudah terlelap, hanya Ella yang masih terjaga. Entahlah, Ella tak bisa tidur malam ini. Memikirkan bahwa hingga sekarang ia belum mendapat pekerjaan. Apartemennya yang kecil dengan fasilitas yang menurut Ella cukup untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Dengan harga yang terjangkau, memang sebelumnya apartemen ini milik seorang nenek Yuani, yang sudah tidak menempatinya. Nek Yuani menawarkan apartemennya pada Ella karena Nek Yuani akan ikut anak serta mantunya pergi ke Kalimantan. Masih teringat jelas saat Ella menolong Nek Yuani yang saat itu yang sedang kesusahan membawa belanjaan dari pasar tradisional. Ella hanya membantu, dan akhirnya Nek Yuani menawarkan apartemennya pada Ella dengan harga cukup murah karena Nek Yuani akan menghabiskan masa tuanya dengan menemani cucunya bermain. Dan apartemen itu Ella tempati hingga kini. Sudah lebih dari tiga bulan Ella tinggali, ia selalu menjaga kebersihan dan kerapian apartemen. Dan dalam satu bulan ini Ella masih mencari pekerjaan. Karena tempat kerja Ella sebelumnya bangkrut dan gulung tikar tepaksa Ella mencari perkejaan lain untuk memenuhi hidupnya. Lamunan Ella terpecah oleh suara ponselnya yang berbunyi nyaring. Ella beranjak dan mengambil ponselnya. Terdapat sebuah pesan e-mail karena penasaran Ella Langsung membukanya. Matanya membulat terkejut ketika ia mendapat undangan interview pada salah perusahaan yang dua minggu lalu ia datangi untuk melamar kerja. Ella berpikir jika lamarannya kemarin ditolak namun apa yang ia dapat sekarang. Sungguh luar biasa! To : xamella.libertina From : hrd.ran'scompany Subject : interview Selamat malam Nona Xamella. Saya HRD perusahaan Ran's memberikan respon atas lamaran yang Nona kirim kepada perusahaan kami. Dimohon atas kehadiran Nona ke perusahaan Ran's untuk mengikuti serangkaian acara interview besok pagi pukul 08.00 Terima kasih. Ella langsung saja membalas e-mail tersebut. Tersenyum bahagia, semoga saja ia diterima di perusahaan itu. To : hrd.ran'scompany From : xamella.libertina Subject : interview Selamat malam. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Setelah membalas pesan e-mail tersebut Ella menyiapkan keperluan untuk interview besok. Dimulai dari pakaian kerja berwarna biru navy, rok span hitam selutut, sepatu pantofel dengan tinggi 5 cm dan berkas-berkas lain ia masukkan ke dalam amplop cokelat apabila dibutuhkan. Dirasa semua sudah siap, Ella mendudukkan tubuhnya di atas kasur yang besarnya tak seberapa. Menutup mata dan berdoa untuk menyambut interview besok. "Mama.. Papa.. Doakan Ella, agar semuanya berjalan lancar. Ella percaya Mama dan Papa selalu menjaga dan mengawasi Ella di atas sana. Tuhan jagalah Mama Papa dan dia, karena Ella sangat menyayangi mereka dan berikanlah kemudahan untuk Ella hari ini, besok dan seterusnya," ucap Ella sembari menangkupkan tangannya. Lalu merebahkan tubuh dan kegelapan mulai mendatangi Ella yang terlelap. Memberikan mimpi indah agar tidurnya semakin nyaman. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD