Kalau Latisha punya keinginan, maka salah satunya adalah ini. Memelihara King Cobra dengan panjang enam meter. Ini masih ular remaja, belum dewasa.
"Gadis ini ... gila."
Latisha menggeleng mendengar makian Kairo. u*****n pria itu tertelan saat mereka datang untuk melihat-lihat berbagai koleksi reptil yang ada di toko hewan.
"Seingatku, ular dilindungi. Ini ular yang di sini atau yang sembunyi di dalam celana?"
Astaga. Tara ingin mengumpat rasanya. Dia tertawa canggung. Menjenggut rambut cokelat Kairo dengan kasar. Bar-bar tidak bisa ditanggung terlalu lama. Mereka harus menanggung rasa malu ini bersama-sama hanya karena tingkah Kairo yang mengesankan.
"Aku tertarik dengan hewan cantik ini," Latisha menunjuk pada ular berwarna abu-abu bercampur hitam pekat. Lidahnya menjulur ke luar, memindai Kairo yang pucat pasi dan Tara yang terus berdoa meminta perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Sumpah. Selama aku hidup, aku baru menemukan keluarga kaya luar biasa tapi minim otak. Ya, keluarga Latisha ini."
Kairo tahu benar kalau ayah Latisha pecinta hewan beringas. Contohnya, Cheetah. Kairo pernah salah menyebut hewan itu seperti Cheetos dan berujung dengan kejaran Cheetah yang lari memutari kandang hendak menyerbu Kairo yang berlutut memohon ampun. Alih-alih membantu, Papa Liam malah tertawa dan memuji hewan jantannya yang terlihat sangat jantan karena mau mengejar Kairo yang menghinanya.
Kedua, macan putih. Hewan ini dilindungi. Latisha mendapatkan peliharaan ini saat usianya sepuluh tahun. Karena Blue—nama macan putih itu terluka parah akibat serangan pemburu hewan liar. Dia dilindungi. Dan Papa Liam telah mendapatkan izin memelihara hewan buas itu resmi dari pemerintah dan dinas setempat. Tidak ada masalah dan sampai sekarang, keluarga kaya raya itu masih sejahtera tanpa disinggung siapa pun. Luar binasa.
Sekali lagi, orang kaya. Duit bicara.
Dan terakhir, Mama Tasha. Latisha sempat melempar lelucon karena ibunya punya peternakan buaya. Dia pikir hanya candaan karena Mama Tasha mengoleksi berbagai tas Hermes yang tidak manusiawi. Tapi ternyata itu benar. Peternakan buaya yang besar dan mengerikan. Kairo harus mencoret peternakan itu sebagai area terlarang. Masuk sana, auto neraka.
Jadi, rumah Latisha adalah hal terlarang. Tara mungkin akan seperti princess jika masuk. Dia bersifat kalem. Dan baru jumpalitan saat sampai di depan gerbang. Keluarga Latisha aneh, tapi mereka baik dan tulus. Tidak berpura-pura.
"Aku setuju kalau kau memelihara kucing atau anjing. Atau apa pun itu, sesukamu. Tapi demi Tuhan Latisha. Kau mau pelihara ular?"
"Ular ini bagus. Dia sangat jinak. Kalau kau—,"
"Jinak katamu?" Kairo mulai naik darah. "Coba keluarkan ular itu, ajak dia menari. Kalau dia tidak melemparkan bisanya padamu, kau aman. Ular ini bisa membunuh dalam hitungan menit. Ya Tuhan."
"Di sini ada biawak? Atau kodok? Atau apalah yang terlihat cute tapi mahal?"
Kairo menggeleng menatap Tara. "Lain kali, kau harus menjual naga. Aku bertaruh, tokomu akan laris."
Latisha memutar mata.
"For your information, King Cobra tidak menyemburkan bisa dari jauh. Dia tidak seperti ular kobra biasa yang melempar bisa dari jarak jauh."
"s**t, aku tidak peduli." Kairo berubah masam.
"Apa kau ingin membeli ini untuk koleksi pribadi atau hadiah?"
"Hadiah."
Tara mendadak pucat. Sebentar lagi dekat dengan hari ulang tahunnya. Latisha serius akan memberinya hadiah ular naga ini?
Kairo mengerti kondisi Tara yang pucat pasi mendadak gelisah. Dia merangkul sahabatnya, membawa Tara duduk di sebelah kolam kaca anakan python.
"Really? Sure. Kau bisa membawa ini. Aku menemukannya setelah dia sekarat karena kekurangan air. Dinas setempat mengizinkan aku untuk memeliharanya. Tapi jika usianya sudah cukup, kau bisa melepasnya ke alam bebas. Sesuai perjanjian."
"Ah," Latisha mengerti. "Ini hanya untuk sementara."
"Dude, kalau kau melepas ini apakah yakin dia tidak akan mengacau? Kita tidak pernah tahu titisan naga bonar ini akan menjadi ancaman?"
Pria berlesung pipit dengan kacamata yang mengenalkan dirinya sebagai pawang ular dan hujan tersenyum. Dia bekerja untuk pemerintahan bagian lingkungan. Untuk masalah ini, sudah menjadi bidangnya.
"Rantai makanan akan terus berputar. Selama kita memperbaiki ekosistem alam terus-menerus, alam tidak akan rusak. Elang dan ular termasuk rantai makanan paling penting selain rusa dan hewan herbivora lain."
"Kau dokter tapi bodoh."
"Kalau kau jadi aku, kau juga akan bodoh. Kau tidak lihat kalau Garaga ini sejak tadi menatapku?"
Latisha mencibir pelan.
"Wow. Aku tidak menyangka kalau artis setenar dirimu pecinta reptilia. Mereka biasanya menyukai hewan lucu yang memang diperuntukkan untuk dipelihara."
"Bung, kau tidak tahu kalau keluarganya adalah The Jungle Gang. Di saat orang-orang memelihara anjing atau rusa, keluarga memelihara Cheetah dan macan putih."
Latisha tertawa dan Tara masih duduk dengan pucat. Demi Tuhan. Latisha membawanya ke tempat ini adalah neraka. Mengira mereka akan menonton bioskop atau menghabiskan waktu sampai minggu selesai dan kembali bekerja dengan perasaan puas. Bebas keesokan harinya.
"Ini bukan untuk Papaku," Latisha berbisik. Mengulurkan tangannya pada tempat kaca untuk menyentuh ular yang tengah meliukkan badan bersikap antisipasi. "Aku ingin memberikannya pada orang lain."
"Jangan gila," Kairo mendesis. "Kalau kau ingin membunuh, lebih baik mencabiknya menjadi empat bagian."
Latisha menghela napas.
"Aku akan kembali lagi nanti. Setelah aku yakin, aku akan membawa ular ini pulang. Bagaimana?"
"Sure. Biar aku yang mengurus perizinannya nanti."
"Terima kasih."
Latisha balas tersenyum. Dan Tara bisa menghela napas lega menikmati udara malam yang terasa sesak nyaris setengah jam di dalam.
Ponsel Latisha berbunyi. Kairo mengangkat alis saat dia berjalan dan Latisha menarik langkahnya. Sekilas dia pikir Latisha akan menjawab, tapi gadis itu malah mematikan dan berjalan santai.
"Calvin?"
Latisha mengangkat bahu.
"Andai saja aku diperbolehkan memelihara hiu putih, aku akan melempar Calvin ke kolam itu. Calvin dan Lana."
Latisha menatap Tara yang bergeming. Saat dia menepuk pipinya dan berharap Tara sadar dari lamunannya. "Tidak penting memikirkan Calvin sekarang."
"Latisha,"
Kairo mendadak diam.
"Tentang Calvin ... aku minta maaf."
"Girls, apa kau merebut Calvin dari Latisha? Tidak. Pria itu b******k. Satu kata mewakilkan segalanya; b******n. Jadi, jangan pedulikan. Dia hampir melecehkanmu. Beruntung Latisha tidak membawanya ke kantor polisi. Predator seks itu bisa saja membunuh banyak para gadis."
Tara masih diam.
"Setidaknya aku diberi gambaran kalau dia pria buruk. Berkata cinta, tapi gemar menyiksa. He's not a gentlemen. Such a jerk. Jadi, lupakan saja. You deserve better, Tara."
"No, i am not. Kau yang pantas."
Kairo menghela napas. Ini seperti menonton Televonela zaman lampau. Tapi dia hanya diam. Menyaksikan dua sahabat perempuannya baik-baik saja cukup melegakan.