Suara riuh terdengar dari balik punggungku. Ketika netra ini menoleh ke arah sumber suara, rupanya makhluk yang sejak kemarin kunobatkan sebagai musuh bebuyutanku terpangpang nyata. Lihat! Bahkan aku bisa melihat mereka tersenyum mengejek. “Kurang ajar!” Aku bangkit dari duduk di atas akar besar. Kulipatkan pakaian kemeja lengan panjang yang juga dibalut sweater. Tak ubahnya seorang preman, perempuan ini bangun dengan beringasnya bertekad mengenyahkan kawanan hewan berbulu tersebut. “Wi, mau ke mana?” Amar bertanya, suaranya terdengar panik. “Membunuh mereka,” jawabku tanpa menoleh ke arah suara yang bertanya. Kufokuskan mata pada obyek yang tak boleh luput dari penglihatan. Mereka bergelantungan, mengayunkan tubuh-tubuh kecil mereka di atas ranting-ranting pohon. Wow jangan kira denga

