bc

Arah

book_age18+
469
FOLLOW
3.2K
READ
fated
second chance
powerful
brave
confident
drama
others
betrayal
first love
wife
like
intro-logo
Blurb

Selayaknya wanita lain. Dewi menginginkan cinta seindah tanaman surga. Namun mana kala Amar justru membawa sampan kehidupan mereka untuk bersauh ke tempat yang tak ia harapkan, Dewi tak bisa menerima itu.

Dewi berlari sambil menahan pengap di d**a. Mencoba memompa kembali paru-paru yang menciut, nyaris mengerdil. Ia tertatih, terseok dan berakhir merangkak.

Dewi kira waktu akan bisa mengobati lebam biru di hatinya. Rupanya waktu justru menghadiahkan sebuah pintu kutukan. Pintu yang  membuat ia kembali berjumpa dengan sang pemilik sembilu.

 

 

Picture by Canva

chap-preview
Free preview
Sayatan Masa Lalu
Mendengar suara yang tak pantas di dalam kamarku sendiri tentu saja bukan hal yang aku harapkan begitu pulang tadi. Sekarang aku melihat pemandangan yang tak pantas, setelah pintu terbuka. Sambil memegang pisau, aku membayangkan telah menghunuskan benda mengkilat tersebut ke d**a dua orang yang sedang berpeluh di atas ranjang. Ranjangku! Biadab! Mataku menatap lurus pada d**a telanjang yang terlihat salah tingkah. Onggokan selimut menutupi tubuh bagian bawahnya, pun wanita yang tak berani menoleh padaku. "Wi, simpan pisaunya." Dia meminta dengan suara bergetar. Kedua matanya terlihat gelisah. "Mati saja, kalian! b*****h!" Aku merangsek maju. Tanganku lurus ke arahnya. Sayangnya, lelaki itu memiliki kemampuan bela diri sehingga dengan mudah memelintir tanganku. Pisau dapur yang kubawa terlepas begitu saja. Dengan kakinya yang telanjang, dia menendang pisau tersebut hingga masuk ke bawah ranjang. "Wi, tenanglah!" Pintanya seranya memeluk tubuhku kuat. Tenang? Dia menyuruhku tenang setelah dia melumuri seluruh wajahku dengan kotoran. Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku. Setelah melarikan diri untuk bersama dengan lelaki b******k ini, inikah yang aku dapatkan? Sebuah pengkhianatan! "Ini tidak seperti yang kamu lihat, Wi. Percayalah!" Amar masih berusaha meyakinkan. Sayangnya ucapan yang ia kira bisa menjadi mantra penetralisir kemurkaanku tak berpengaruh apa pun bagiku. Tentu saja aku akan lebih percaya kepada mataku sendiri yang melihat dengan jelas apa yang sedang mereka perbuat, dibanding mendengar omong kosong dari lelaki sialan yang sedang memelukku erat dari belakang. Aku berontak, kalap, ingin kuterjang wanita yang dari tadi sibuk membungkus dirinya dengan selimut tebal berwarna putih itu. Selimut yang biasanya kami gunakan setelah melepaskan hormon endorfin. "Biar kubunuh wanita itu!" Risakku maju, meskipun pada akhirnya usahaku hanya sebuah kesia-siaan. Lelaki di hadapanku ini terlalu kuat memeluk tubuhku sehingga membuat stok oksigen di paru-paruku semakin menipis. "Jangan begitu sayang, dengarkan aku dulu. Kamu salah paham." Kembali Amar meyakinkan. Percuma! Telah kuharamkan telingaku untuk mendengar pengakuan apa pun dari mulut penuh tuba yang dimiliki lelaki ini! Salah paham?! Sungguh, Amar Sayid! ingin rasanya aku mengoyakkan tubuhmu hingga luluh lantah tak tersisa. "Kamu takut kekasihmu mati, Amar?” Aku tersenyum sumir, rasanya seperti ditimpa godam hingga hatiku hancur berkeping-keping. “Tenang Amar. Jangan khawatir. Sebab setelah w************n itu yang kuhabisi, akan tiba saatnya kamu yang kucincang habis." Kububuhi ucapan itu dengan tertawaan yang terdengar sumbang bercampur rasa sakit yang hanya aku yang tahu seberapa level rasa sakitnya. "Dewi, kumohon tenanglah!" Amar masih berusaha memegang kendali tubuhku. Sesekali aku masih mencoba berontak. Namun, semakin berontak, semakin habis ternagaku tersedot. "Kamu, Pergilah! Tapi ingat! Urusan kita belum selesai," ucap Amar. Wanita itu terlihat ragu dan menampakkan wajah yang ... entah apa. “CEPAT!” Amar memekik hingga membuat kakiku hampir saja melompat. Sama halnya dengan wanita itu, ia menatap nanap saat mendengarkan pekikkan Amar yang bisa memekakkan telinga. Wanita itu mengangguk lalu beringsut mengenakan pakaiannya. Aku tercengang. Sepeduli itukah dirinya pada selingkuhannya? Sehingga ia memilih membentak wanitanya dibanding wanita itu mati di tanganku. Padahal ingin sekali aku menjambak rambutnya, mengeluarkan semua bola api yang ada di dadaku. Dan apa yang tadi dia katakan? Urusan mereka belum selesai. Ya Tuhan, setidak ingin itu Amar meninggalkan wanita itu. Sesak, kurasa paru-paruku kini mulai menciut. Amar berhasil mengeluarkan wanita itu. Tak memedulikan aku yang terluka dengan mata menyala karna bara api angkara. "Sialan kamu, Amar! kamu lebih memedulikan dirinya dibanding aku!?" Racauku seraya mengeluarkan semua tenagaku, mengeluarkan tubuhku dari kungkungannya. Aku tak sudi ia menyentuh tubuhku! Tubuh itu adalah tubuh yang pernah ia pakai untuk berpeluh dengan wanita lain! Aku jijik! bodoh! Tentu saja suami sialanku akan lebih menyelamatkan wanita itu, lihat wanita tadi. Dia modis, cantik. Sedangkan aku? Saat ini bermandikan peluh dan ... Bau. "Kamu hampir membunuhnya. Jelas aku menghalangi. Itu bisa mencelakakanmu, Wi." "Mencelakkanku atau mencelakakan wanita simpananmu? Kamu takut aku meninggalkan bekas luka di kulit wanita jalang itu? Jika begitu kamu yang akan kubunuh terlebih dahulu, sialan!" *** “Hei ngelamun aja.” Ratna membuyarkan lamunanku, wanita itu menarik kursi di depanku dan mendaratkan bokongnya di kursi itu. Menyadari kehadirannya, segera kusimpan kembali liontin yang sedari tadi kupandangi. Liontin yang membuka memori masa lalu yang menyakitkan. “Pandangi terus. Mau sampai kapan?” Terlambat, Ratna sudah terlebih dulu melihat benda yang sedari tadi ada dalam genggamanku. “Balikan aja deh Wi, dari pada galau terus. Lima tahun apa tidak cukup waktu untuk menyadari semuanya?” ucap Ratna. Dia membenarkan duduknya, menopang dagu ke kedua tangannya yang disimpan di atas meja, menatapku dengan dengan tatapan menggoda. Sontak ucapannya hampir saja membuatku tersedak oleh ludahku sendiri. “Sinting! Maksud kamu, aku harus jadi madunya,?? Siapa yang mau menelan kembali ludah yang sudah dibuang. Itu menjijikkan!” Aku memutar mata malas, mengalihkan pandangan pada uap kopi yang meliuk-liuk di atas cangkir. “Bagaimana kalau mantan suamimu ternyata jodohmu?” “Kamu gila?! Kalau itu terjadi aku akan berdoa minta agar Tuhan merubah takdir itu.” “Ah Wi, kamu terlalu banyak melawan hatimu sendiri. Hati-hati, jangan sampai hidupmu susah sendiri karena kamu belum benar-benar berdamai dengan masa lalu kamu. Serius deh Wi, hati-hati." Ia menasehati. “Aku dengar proyek baru dipindah tangankan padamu. Benar?” tanya Ratna. Aku menyodorkan file berisi proyek yang akan aku kerjakan sebagai jawaban bahwa pertanyaannya itu benar. “Luar biasa.” Mata Ratna berbinar. “Kamu tau tidak, cantik? Aku denger partnermu itu tampan. Kamu beruntung.” Aku kembali memutar mata malas. Wanita di depanku ini terlalu membanggakan fisik, padahal fisik tak menjadi jaminan hubungan bahagia. Ratna, wanita belum menikah itu mana tahu kalau Amar itu ... ah lupakan! Hampir saja aku memuji fisiknya. “Aku harus kembali ke ruanganku. Aku duluan,” ucapku. Aku berdiri meninggalkan Ratna duduk sendiri di kantin kantor. Aku tak mau berlama-lama membahas tentang laki-laki, hubungan, percintaan. Bagiku semua itu menjijikkan. Sudah cukup hatiku koyak karena cinta. Aku tak ingin terluka lagi. Tak ingin! Aku berjalan menyusuri lorong kantor. Siang ini akan ada pertemuan antara Putra Jaya Group dengan seorang arsitek yang terpilih memegang proyek ini. Aku sampai di depan meeting room. Saat aku membuka hendel pintu, kulihat beberapa orang sudah duduk berjejer di meja meeting. Netraku mengedar, setelah tatapanku tertumpu pada satu titik, hampir saja jantungku lompat dari tempatnya andai aku tak segera mengendalikan diri. Pemandangan yang kulihat membuat mataku memanas. Seseorang di sana memandangku dengan sorot mata elangnya, aku seperti masuk ke dimensi waktu di mana ia menikamku dengan sebilah belati yang di isi dengan racun. Racun yang masih terus berada di dalam tubuhku sampai saat ini. Racun itu adalah kebencian, kemarahan, keputusasaan. Ya racun itu darinya, dari lelaki yang kini menampilkan ekspresi tak kalah mengejutkan denganku. Dia!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
50.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook