Seperti rencana kami barusan, agenda saat ini adalah mencari bahan makanan sebelum kembali membuat bivak. Satu jam lalu kami sudah membat dua jebakan. Jebakan yang sama seperti tadi pagi Amar buat. Tanah digali lalu ditutup oleh dedaunan. “Sekarang gimana?” Aku menghela napas panjang. Sudah hampir satu jam kami menelungkupkan diri selayaknya tentara di medan perang, memakukan pandangan ke arah jebakan tersebut. Menyedihkannya tak ada satu pun kelici yang lewat. Jangankan kelinci, seekor serangga pun enggan mendekat. Sekarang aku merasakan embun sudah mulai turun menerpa kulit leherku. Jika terus tak mendapatkan bahan santapan, bagaimana cara kami bisa bertahan hidup. Sedangkan cacing di perutku sudah mulai berdemo. Mungkin jika aku melihat menggunakan alat USG, cacing-cacing itu sedang

