BAB 3

1127 Words
"Eeuhhh, eeuuhhh, eeuhh, kalau sampai aku ketagihan kamu harus tanggung jawab kak!" Ucap Perempuan tersebut dengan mata melek-merem. Fero hanya tersenyum mendengarnya dan melanjutkan mencangkulnya dengan konsisten ketukan dan temponya, Bocoran yang yang diberikan Fero untuk ketahanan adalah sebagaimana kita pandai mengatur nafas dan selebihnya tetap harus pakai oli samping,hehe! Hal yang selalu dilakukan Fero saat menyervice konsumennya adalah foreplay yang cukup mengapa demikian? karena dia tahu rata-rata perempuan memiliki ketahanan yang cukup lama, dan untuk mengurangi durasi tersebut adalah dengan foreplay, itu alasan pertama bagi Fero dan alasan kedua adalah untuk menjamin kenikmatan yang di dapat oleh Fero maupun konsumen, karena jika langsung di tabrak saja posisi barang konsumennya masih kering sehingga perlulah dilakukan Foreplay agar sedikit basah dan licin, agar konsumennya juga tidak terlalu kesakitan saat dicangkul oleh Fero. Hal-hal dasar memang sudah cukup dikuasai Fero, bahkan dia sampai belajar bagaimana cara memaksimalkan hasrat konsumennya. 40 Menit berlalu Perempuan tersebut sudah mulai terlihat kelelahan, sekujur tubuhnya sudah di penuhi keringat padahal di dalam medan tempur ada pendingin ruangan yaitu AC. Namun Perempuan tersebut tak pernah sekalipun meminta untuk berhenti, sekali berhenti bukan untuk istirahat melainkan untuk berganti gaya. 1 jam berlalu Tempo mulai melambat Fero sudah memegangi pinggangnya pertanda serangan pegal melanda, nafasnya tidak bisa dia atur seperti biasanya, ini adalah komsumen yang membuat Fero harus bekerja keras. Perempuan tersebut mencoba meledeknya. "Segitu saja kemampuanmu anak muda?" Ucap perempuan tersebut sambil menoleh kebelakang karena sedang dalam gaya membelakangi Fero. "Ibarat lagu harus ada naik turunnya biar enak di nikmati!" Fero ngeles kepada perempuan tersebut. "Ohh begituu.." Ucap perempuan itu sambil sedikit tertawa. Karena Fero merasa mulai di remehkan dia mulai menaikan kembali temponya begitupun ketukannya terdengar sangat cepat, ke profesionalannya di pertaruhkan disitu. "Plakplakplakplakplakplak" Saking cepatnya sebenarnya sulit untuk di gambarkan dan diwakilkan oleh kata-kata. Karena tempo yang sangat cepat keduanya mencapai penghujung pertempuran, Fero pun langsung mencabutnya dan mengeluarkan pelurunya di luar. Ketepatan merupakan kunci dari kelancaran. Kedua orang tersebut langsung berbaring, keduanya sulit untuk menggerakan badannya karena lemas. Perempuan itu meski sulit menggerakan badannya namun dia malah tertawa-tertawa sendiri hingga membuat Fero heran. "Apakah yang kakak tertawakan?" Tanya Fero yang hanya mulutnya saja yang bergerak. "Dari sekian banyak pria kamulah yang mampu menyaingiku!" Ucap perempuan itu sambil menutupi tawan dengan tangannya. "Aku tersanjung kak mendengarnya!" Ucap Fero ikut tertawa kecil. "Oh iya kamu belum tahu namaku kan?" Tanya Perempuan itu sambil terus menatap keatas. "Belum kak aku tidak berani bertanya!" Jawab Fero. "Panggil saja aku Fey!" Ucap perempuan tersebut bernama Fey sambil berusaha merangkak bangun namun saking lemasnya dia kembali terjatuh. "Mau kemana kak? santai saja dulu!" Ucap Fero karena melihat upaya Fey untuk bangun. "Jangan kak, kak an lagi aku jdi kelihatan tua ya meskipun umurku aku diatasmu, aku mau ngambil minum tapi sulit menggerakkan badanku!" Ucap Fey. Fero pun langsung bangun dan mengambilkan minum untuk Fey. "Mau aku bantu untuk duduk?" Tanya Fero sambil membawa gelas berisi air. "Iya bantulah aku!" Fero pun membantu Fey untuk duduk, dan sekalian membantu Fey untuk minum. "Gllleeekkkk..gleeekkkkk.." "Ahhhhh memang air dingin sangat cocok untuk saat ini, saking dashyatnya aku merasa barangmu masih ada di dalam!" Ucap Fey dengan tersenyum. "Aku tidak menyangka sampai seperti itu,hahaha" Jawab Fero berjalan mengambil minum. "20 menit lagi kita berangkat ya menuju tempat kopi!" Ucap Fey kembali berbaring. "Baiklah!" Jawab Fero sambil mencekik gelas. 20 menit pun berlalu, mereka pun pergi meninggalkan medan tempur itu untuk sekali lagi bersama di kedai kopi, tapi bukan untuk bertempur melainkan menikmati penghujung malam dengan secangkir kopi. Mereka pun sampai di tempat kopi yang di rekomendasikan oleh Fey, Fero sebetulnya canggung kepada Fey karena memakai mobil, namun akan lebih parah jika dia menolak ajakan Fey. Fero pun turun dari motornya begitu juga Fey turun dari mobilnya. "Kreekkkk... glupppp" suara pintu mobil terbuka dan tertutup. "Disinilah aku sering menghabiskan sisa malamku!" Ucap Fey kepada Fero. Fey pun menggandeng tangan Fero. "Bagaimana tempatnya? baguskan?" Ucam Fey sambil tersenyum. "Bagus kak Fey!, tempatnya nyaman dan tidak terlalu berdempetan kursinya!" Ucap Fero sambil memandangi tempat kopi tersebut. Mereka pun masuk kedalam dan menuju tempat duduk paling pojok. "Waduhhh kak Fey tumben berdua!, siapaaaaa tuhh???" Ucap Kasir saat mereka berdua lewat. "Husss!!!, jangan ganggu yang lagi seneng yah!" balas Fey dengan tersenyum dan menggerak-gerakan tangannya kepada kasir itu. Mereka berdua pun duduk dan menunggu pelayan datang mengantarkan menu. "Kak Fey sering kesini sendirian?" Tanya Fero karena mendengar ucapan kasir tadi. "Ya begitulah mau sama siapa lagi iya kan, hihihihi" Jawab Fey sambil merapihkan rambutnya. Pelayan pun datang dan mereka memesan menu masing-masing, Fero yang tak terbiasa berada di tempat kopi sedikit gugup saat harus memilih menu. "Aku Latte dingin aja ya satu, sama kentang gorengnya dua!" Ucap Fey kepada pelayan. "Oke kak!" Jawab pelayan. Fero masih belum memilih menu, dan masih melihat-lihat menu minuman karena tidak banyak yang dia kenali menunya selain teh manis. Sampai-sampai pelayannya mengetukan pulpennya ke buku berkali-kali dengan pelan pertanda dia menunggu. "Espresso enak kali ya, dari namanya aja udah pasti seger!" Ucap Fero dalam hatinya. "Saya Espresso saja kak sama kentang juga 1 porsi aja!" Ucap Fero dengan berlaga seperti sudah biasa memesan di tempat kopi. "Single shoot atau double shoot kak Espressonya?" Tanya kembali pelayan Fero kembali berpikir, dan dia menyangka jika double shoot akan semakin segar dan manis. "Double shoot aja kak!" Jawab Fero. "Okeee kak kalau begitu di tunggu ya pesanannya!" Ucap Pelayan tersebut sambil pergi menuju tempatnya kembali. Karena Fero memesan Espresso double shoot Fey pun terkejut dan menyangka Fero adalah peminum kopi. "Kamu udah biasa minum kopi ya Fer?" Tanya Fey seperti kagum kepada Fero. "Ya begitulah!" Jawab Fero dengan so iyehnya, padahal selama ini Fero hanya mengkonsumsi kopi sachet yang ada di warung namun karena tidak mau terlihat culun jadi dia berlaga sepertinya pecinta kopi kafe atau kedai. "Ohhh iya sudah berapa lama kamu bekerja seperti itu Fer kalau boleh tau?" Tanya Fey sambil mendekatkan wajahnya ke Fero. "Udah lama kak sekitar 5 tahunan!" Jawab Fero. "Uhhhh ternyata udah lama, petulangan dengan perempuannya sudah banyak dong yah!" Ucap Fey sambil mengangkat dahinya. "Ya begitulah kak!" Jawab Fero sambil tertawa kecil. "Tidak adakah masalah selama kamu bekerja?, misalkan ketahuan sama siapanya pelanggan kamu atau gimans gitu!" Tanya Kembali Fey semakin penasaran kepada Fero. "Ya selama ini belum ada sih karena aku selalu menutup diri kepada kebanyakan konsumenku kak, hanya kepada beberapa orang saja aku mau berhubungan lebih lanjut setelahnya, misalkan pelanggan setia, tapi hanya sekedar saat mau bertempur saja kami berhubungan!" Ucap Fero sambil mendekatkan Wajahnya karena takut terdengar oleh orang lain. "Euuummm begituya baguslah kalau begitu!" Ucap Fey sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya. Pesananan mereka pun sampai dan pembicaraan harus di hentikan terlebih dahulu. "Inikak pesanannya!, 1 espresso,1 late dan 3 kentang goreng yah!" Ucap pelayan sambil menyimpan pesanan di meja. "Okeee kak terimakasih ya!" Ucap Fey kepada pelayan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD