BAB 2

1051 Words
Fero menggeluti dunia tersebut sudah sekitar 5 tahun, sudah cukup lama dia melakukan pekerjaan tersebut, awalnya Fero begitu tidak menikmati pekerjaannya karena terlalu menyimpang dari kebanyakan masyarakat. Namun lama kelamaan Fero mulai bisa menyukai pekerjaan kotornya itu, banyak sekali cerita kehidupan yang dia dapatkan, tak jarang Fero menjadi wadah untuk curhat para konsumennya permasalahan-permasalahan. Hingga dia merasa bahwa ternyata bukan hanya dirinyalah yang di hantam oleh pahitnya kenyataan, dia tidak merasa lagi kesepian dan merasa paling sial di dunia. Ada yang sambil bertempur menceritakan kisah pekik hiidupnya, tak jarang dari beberapa konsumennya menjadi nakal karena diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekitarnya, ada yang menjadi nakal karena kecewa dengan pasanganya, ada juga yang benar-benar sial hingga berakhir di dunia kenakalan yang dia anggap kotor oleh kebanyakan. Fero menjadi pendengar yang baik dan juga memberikan service yang memuaskan, Fero bermodalkan wajah tampan dan ketahanan. Fero pun selesai membeli makanan untuk adiknya dan segera pergi menuju rumah untuk memberikannya. Adiknya bernama Yuni Dwi anggara, masih duduk di bangku sekolah SMP, yang adiknya tahu kakaknya bekerja sebagai driver online sehingga dia tidak curiga ketika kakaknya pulang pergi tiap malam. Dudududududududutt.... Suara motor Fero sampai di depan rumah dan terdengar oleh adiknya, adiknya pun keluar dan menyambut kakaknya.. Kreeekkk... suara pintu tua terbuka. "Kakakkkkkk... Aku lapar sekali kemana saja?" Teriak Yuni dengan kesal dan memperlihatkan wajah cemberut kepada kakaknya. "Sudah jangan cemberut, ini kakak bawakan makanan dan minuman buatmu!" Fero mentengteng bungkus nasi dan minuman ke adiknya. "Waaaahhhh... makasih kakak ku terbaik di dunia!" Ucap Yuni Tersenyum memeluk kakaknya dengan manja. "Kakak harus pergi dulu ya masih ada pekerjaan!" Ucap Fero kembali menaiki motornya. "Masa kaka sudah mau pergi lagi!, seharian aku baru ketemu kaka!" Celoteh Yuni kembali cemberut kepada kakaknya. . "Nanti sepulang bekerja kaka belikan cemilan yang banyak yah!" Ucap Fero sambil menyalakan motornya. "Wuuaahhh.. baiklah kaka hati-hati di jalan, semangat bekerjanya!" Teriak Yuni dengan raut wajah gembira. Fero pun pergi menuju tempat medan tempur kembali, Yuni hanya menatap kakaknya yang sedang pergi di depan pintu, sebetulnya yang Yuni inginkan dalam hatinya adalah kehadiran kakaknya untuk saat ini. Dijalan Fero begitu senang karena adiknya sudah bisa makan, namun di sisi lain dia sedih karena harus kembali membohongi adiknya, namun jika adiknya tahu bakalan menjadi sulit persoalannya. Tak lama kemudian Fero sampai di depan kamar 104. Tookkk..Toook..Tookkk "Kak saya sudah kembali!" Ucap Fero dengan pelan mendekatkan wajahnya ke pintu. Kreeekkkk.. Pintu terbuka. "Sudahkah? masuk saja langsung kedalam!" Ucap perempuan yang merupakan konsumen Fero. Fero pun masuk kedalam dan perempuan tersebut melihat-lihat kembali situasi di luar dan kembali menutup rapat pintu. Fero sudah mulai membuka pakaiannya, Perempuan tersebut menutupi badannya dengan handuk ala orang kaya. "Langsung lanjut sajakah kak?" Tanya Fero sambil mempreteli kancing kamejanya. "Duduklah dulu aku ingin mendengarkan ceritamu!" Ucap Perempuan tersebut langsung duduk di samping Fero. "Cerita apa kak?" Tanya kembali Fero dengan tersenyum pura-pura bego. "Masih sekolahkah adikmu?" Tanya Perempuan tersebut dengan penasaran, dan perkataan nya mencoba meng akrabkan diri. "Iya kak dia masih sekolah kelas 2 SMP!" Jawab Fero menundukan kepalanya merasa canggung menceritakan keadaan hidupnya. "Aku tidak bermaksud tidak-tidak, hanya saja aku merasa kamu dan aku sama-sama memiliki permasalahan hidup yang rumit, dan aku rasa kamu adalah orang yang cocok mendengarkan permasalahanku!" Ucap Perempuan tersebut menghadapkan wajahnya ke atap. "Tidak kak tidak, aku tidak bermaksud seperti itu hanya saja aku tidak enak menceritakannya kepada kakak!" Ucap Fero sambil naik turunkan bahunya. Perempuan tersebut langsung menidurkan kepalanya ke paha Fero dan menghadapkan wajahnya. "Jika kau berkenan ceritakanlah!" Ucap Perempuan tersebut dengan lembut dan membelai dagu Fero. "Aku hidup berdua dengan adikku, hanya berdua saja dari aku masih SMP kelas 3 dan adiku saat itu masih belum sekolah , aku sekolah sambil bekerja untuk menghidupi aku dan adiku, untuk mencari pekerjaan sampingan di usia ku itu aku menjadi kuli angkut saat itu dan hanya di gaji 30rb perhari, hal itu membuat aku dan adikku terbiasa makan dengan nasi dan garam!, bertahun-tahun aku menjalani pekerjaan itu sambil berdagang namun itu tak mencukupi kehidupan kami seiring bejalannya waktu, aku mencari-cari pekerjaan yang layak tak aku dapatkan mungkin karena aku tidak tamat sekolah, dan sekarang berakhir dengan pekerjaan seperti ini!" Ucap Fero dengan tersenyum pura-pura kuat. "Bila boleh ku tahu memangnya kemana orang tua kalian?" Tanya Perempuan tersebut. "Ibuku sudah tiada di bunuh ayahku, dan ayahku kabur meninggalkan kami, yang kuingat tentang ibuku adalah 2 pisau yang menancap di tubuhnya dan yang ku ingat dari ayahku kekejaman yang dia perbuat!" Ucap Fero mulai merasa sedih. Mau bagaimanapun luka lama yang di ingat-ingat kembali akan menjadi kerisauan kembali. "Kejamm sekali ayahmu, maapkan aku malah bertanya seperti itu!" Ucap perempuan tersebut dengan kesal namun merasa bersalah karena tidak enak kepada Fero. "Tidak papa aku sudah baik-baik saja sekarang!" Ucap Fero dengan senyuman namun mata yang berkaca-kaca. "Tapi yang aku heran apakah memang kamu tidak di bantu keluargamu yang lain?" Tanya kembali perempuan tersebut. "Untuk hal itu aku minta maap tidak bisa ceritakan, terlalu panjang dan rumit!" Ucap Fero menunduk kembali. "Baiklah aku mengerti, jadikanlah aku rekanmu atau keluargamu jika kamu kesulitan hubungi aku, aku akan membantumu karena di hidupku pun aku tidak memiliki banyak rekan ataupun keluarga yang peduli kepadaku!" Ucap Perempuan tersebut sammbil berusaha duduk kembali. "Namun bukan berarti kita tidak bisa main kuda-kudaan lagi ya, aku senang dengan caramu bermain dan membelaiku, hal yang tidak aku rasakan saat masih dengan mantan suamiku!" Ucap Perempuan tersebut dengan tersenyum nakal. "Terimakasih karena sudah peduli denganku, bisa ku hitung jari orang-orang yang peduli denganku!" Ucap Fero menghadapkan wajahnya kepada perempuan tersebut. "Begitupun aku!" Ucap perempuan tersebut sambil membuka kembali rel sleting celana Fero. "Sehabis ronde dua ini bisakah kau temani aku? untuk sekedar mendengarkan ceritaku?" Ucap Perempuan Tersebut sambil memijat-mijat barang Fero. "Baiklahh akan ku temani !" Ucap Fero sambil mendorong tubuh Perempuan itu ke kasur. Pertempuran kedua pun terjadi, Tempo sekarang lebih cepat dari sebelumnya, untung saja kasurnya terbuat dari bahan yang kuat dan tidak terlalu bersuara nyaring. Fero paham betul perempuan itu sangat merindukan belaian yang sesungguhnya, Fero pun bermain dengan penuh gairah dan liar, begitulah cara sang ahli melakukan service kepada konsumennya. Di ronde ini perempuan itu berkali-kali mengigit jari, mau bagaimana tidak barang milik Fero cukup jumbo untuk ukuran lelaki biasanya. semua pelanggan Fero tidak pernah merasa kecewa dengan service nya, karena Fero memiliki prinsip 'setiap ketukannya harus dengan kasih sayang' begitulah ucapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD